3 Penanda ketidaksantunan linguistik
Tuturan B3: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa populer yang
merupakan bahasa sehari-hari. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan B4 ialah “ta”. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan digunakan
pada kata “sebentar”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi berita.
4 Penanda ketidaksantunan pragmatik
Konteks tuturan B3: Penutur laki-laki berumur 42 tahun. Mitra tutur laki-
laki berumur 4 tahun. Penutur adalah ibu mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat siang hari. Penutur sedang menggendong adik mitra tutur.
Mitra tutur meminta penutur untuk memakaikan baju superman. Penutur belum bisa memakaikan baju kepada penutur karena masih menggendong
adik mitra tutur. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur belum bisa memakaikan baju kepada mitra tutur karena masih menggendong adik mitra
tutur. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah komisif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur adalah menangis.
5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan B3: Penutur bermaksud memberikan pengertian kepada mitra
tutur.
4.2.2.4 Subkategori Kesal
Subkategori kesal dalam kategori mengancam muka sepihak terjadi ketika penutur mengungkapkan ekspresi ketidaksenangannya kepada mitra tutur.
Namun, tuturan penutur secara tidak sengaja telah membuat mitra tutur
tersinggung karena tidak berkenan oleh mitra tutur. Berikut ini contoh tuturan
yang termasuk dalam subkategori kesal.
Cuplikan tuturan 8 MT 1 : “Kenapa takut sama simbah kakung?”
P :
“Nggak suka mbah kakung.” B4
MT 2 : “Simbah ki ora nyokot, kok wedi.” Simbah itu tidak menggigit, kok takut.
Konteks tuturan: Penutur perempuan berumur 7 tahun, kelas 2 SD. Mitra tutur 1 perempuan berumur 21 tahun, sebagai tamu. Mitra tutur 2 laki-laki berumur 61
tahun, sebagai kakek penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu, saat siang hari. Penutur berbincang dengan mitra tutur 1. Mitra tutur 1 bertanya kepada penutur
mengapa takut kepada mitra tutur 2. Mitra tutur 2 mendengar tuturan penutur.
Dari tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud
ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut.
1 Wujud ketidaksantunan linguistik
Tuturan B4:
“Nggak suka mbah kakung.”
2 Wujud ketidaksantunan pragmatik
Tuturan B4: Penutur berbicara dengan ekspresi datar dan tidak merasa
takut ketika berbicara. Penutur tidak menyadari bahwa tuturannya terdengar oleh mitra tutur 2. Mitra tutur 2 merasa tersingung.
3 Penanda ketidaksantunan linguistik
Tuturan B4: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar.
Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan kata yang tidak baku, yaitu kata “nggak”. Penutur berbicara dengan nada turun datar. Tekanan digunakan
pada frasa “nggak suka”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi berita.
4 Penanda ketidaksantunan pragmatik
Konteks tuturan B4: Penutur perempuan berumur 7 tahun, kelas 2 SD.
Mitra tutur 1 perempuan berumur 21 tahun, sebagai tamu. Mitra tutur 2 laki- laki berumur 61 tahun, sebagai kakek penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu,
saat siang hari. Penutur berbincang dengan mitra tutur 1. Mitra tutur 1 bertanya kepada penutur mengapa takut kepada mitra tutur 2. Mitra tutur 2
mendengar tuturan penutur. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur menjawab mitra tutur 1 dengan malu-malu karena takut terdengar oleh mitra
tutur 2. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur 2 adalah menimpali jawaban
penutur.
5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan B4: Penutur bermaksud mengungkapkan ketidaksengannya
terhadap mitra tutur.
4.2.2.5 Subkategori Mengejek