dan intonasi adalah bagian dari unsur suprasegmental. Setiap bagian unsur tersebut dijelaskan sebagai berikut.
2.7.1 Nada
Pranowo 2009:77 mengemukakan bahwa aspek nada dalam bertutur lisan memperngaruhi kesantunan berbahasa seseorang. Nada adalah naik turunnya
ujaran yang menggambarkan suasana hati penutur ketika sedang bertutur. Jika suasana hati sedang senang, nada bicara penutur menaik dengan ceria sehingga
terasa menyenangkan. Jika suasana hati sedang sedih, nada bicara penutur menurun dengan datar sehingga terasa menyedihkan. Jika suasana hati sedang
marah, emosi, nada bicara penutur menaik dengan keras, kasar sehingga terasa
mekutkan.
Nada bicara tidak dapat disembunyikan dari tuturan. Dengan kata lain, nada bicara penutur selalu berkaitan dengan suasana hati penuturnya. Namun,
bagi penutur yang ingin bertutur secara santun, hendaknya dapat mengendalikan diri agar suasana hati yang negatif tidak terbawa dalam bertutur kepada mitra
tutur. Muslich 2009:112 berpendapat bahwa dalam penuturan bahasa Indonesia,
tinggi-rendahnya nada suara tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembedaan makna, nada dalam bahasa
Indonesia tidak fonemis. Walaupun demikian, ketidakfonemisan ini tidak berarti nada tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuens getaran yang tinggi, tentu akan disertai
dengan nada tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan dengan frekuensi getaran rendah, tentu akan disertai juga dengan nada rendah. Karena hal itu, nada
dibedakan menjadi empat macam Achmad Alek, 2013:33−34, yaitu:
1 Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4
2 Nada tinggi, diberi tanda dengan angka 3
3 Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2
4 Nada rendah, diberi tanda dengan angka 1
2.7.2 Tekanan
Berbeda dengan nada, tekanan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam tataran kalimat, tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam
tataran kata. Pada tataran kalimat, tidak semua kata mendapat tekanan yang sama. Hanya kata-kata yang dipentingkan atau dianggap penting saja yang mendapatkan
tekanan. Oleh karena itu, pendengar harus mengetahui ‘maksud’ di balik makna tuturan yang didengarnya Muslich, 2009:113.
Achmad dan Alek 2013:33−34 berpendapat bahwa tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan
arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang
diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga amplitudonya menyempit,
pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara
sporadis, mungkin juga telah berpola; mungkin juga bersifat distingtif, dapat membedakan makna,mungkin juga tidak distingtif
2.7.3 Intonasi