5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan A4: Penutur bermaksud memprotes mitra tutur yang terlalu kaku
terhadap waktu.
4.2.2 Kategori Ketidaksantunan Mengancam Muka Sepihak
Terkourafi 2008:3 –4 memandang ketidaksantunan sebagai, ‘impoliteness
occurs when the expression used is not conventionalized relative to the context of occurrence; it threatens the addressee’s face but no face-threatening intention is
attributed to the speaker by the hearer.’ Jadi, perilaku berbahasa dalam
pandangannya akan dikatakan tidak santun bilamana mitra tutur addressee merasakan ancaman terhadap kehilangan muka face threaten, dan penutur
speaker tidak mendapatkan maksud ancaman muka itu dari mitra tuturnya. Suatu tuturan dalam kategori mengancam muka sepihak terjadi bila
penutur tidak sengaja mengucapkan suatu tuturan yang membuat mitra tutur tersinggung. Hal inilah yang membuat suatu tuturan dalam kategori ini menjadi
tidak santun. Tuturan yang termasuk dalam kategori ketidaksantunan mengancam muka
sepihak ditemukan sembilan tuturan. Kesembilan tuturan tersebut terbagi dalam lima subkategori, yaitu subkategori menyindir, memerintah, menjanjikan, kesal,
dan mengejek. Berikut ini contoh wujud tuturan tersebut.
4.2.2.1 Subkategori Menyindir
Subkategori menyindir dalam kategori mengancam muka sepihak terjadi ketika penutur secara tidak sengaja membuat mitra tutur tersindir atau tersinggung
akibat tuturan penutur. Berikut ini contoh tuturan yang termasuk dalam
subkategori menyindir.
Cuplikan tuturan 11 MT : “Mas, aku njaluk pit ro bapak ora oleh.”
Mas, saya minta sepeda sama bapak tidak boleh. P :
“Masalahnya kamu itu ngeyel.” B7
MT : “Ngeyel piye? Ora yo.” Ngeyel bagaimana? Tidak kok.
Konteks tuturan: Penutur laki-laki berumur 22 tahun. Mitra tutur laki-laki berumur 12 tahun tahun. Penutur adalah kakak mitra tutur. Tuturan terjadi di
depan rumah, saat sore hari. Mitra tutur bertanya kepada penutur mengapa orang tuanya tidak mau membelikan sepeda. Penutur menjawab pertanyaan mitra
tutur.
Cuplikan tuturan 12 MT : “Piye iki?”
Bagaimana ini? P :
“Diajari bola-bali kok ra dong-dong” B8 Dilatih berkali-kali kok tidak mengerti
MT : “Wis ora sida.” Sudah tidak jadi.
Konteks tuturan: Penutur laki-laki berumur 23 tahun. Mitra tutur laki-laki berumur 55 tahun tahun. Penutur adalah anak mitra tutur. Tuturan terjadi ruang
keluarga, saat sore hari. Mitra tutur meminta bantuan penutur untuk mengajarinya memakai komputer. Penutur sudah berkali-kali mengajari mitra
tutur. Mitra tutur tidak bisa mengingat ajaran penutur.
Dari kedua tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud
ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut.
1 Wujud ketidaksantunan linguistik
Tuturan B7:
“Masalahnya kamu itu ngeyel.”
Tuturan B8:
“Diajari bola-bali kok ra dong-dong” Dilatih berkali-kali kok tidak mengerti
2 Wujud ketidaksantunan pragmatik
Tuturan B7: Penutur berbicara dengan ekspresi sinis. Penutur berbicara
dengan tidak memperhatikan mitra tutur. Penutur tidak bermaksud menyindir mitra tutur. Penutur tidak sadar telah membuat mitra tutur tersinggung.
Tuturan B8: Penutur berbicara dengan ekspresi sinis. Penutur berbicara
dengan tidak memperhatikan mitra tutur. Penutur tidak bermaksud menyindir mitra tutur. Penutur tidak sadar telah membuat mitra tutur tersinggung.
3 Penanda ketidaksantunan linguistik
Tuturan B7: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa populer yang
merupakan bahasa sehari-hari. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan digunakan pada kata “ngeyel”. Intonasi yang digunakan penutur
ialah intonasi berita.
Tuturan B8: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar.
Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan B8 ialah “kok”. Penutur berbicara dengan nada naik
tinggi. Tekanan digunakan pada frasa “ra dong-dong”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi seru.
4 Penanda ketidaksantunan pragmatik
Konteks tuturan B7: Penutur laki-laki berumur 22 tahun. Mitra tutur laki-
laki berumur 12 tahun tahun. Penutur adalah kakak mitra tutur. Tuturan terjadi di depan rumah, saat sore hari. Mitra tutur bertanya kepada penutur
mengapa orang tuanya tidak mau membelikan sepeda. Penutur menjawab pertanyaan mitra tutur. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur
menjawab pertanyaan mitra tutur sesuai dengan kenyataan. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak
perlokusi mitra tutur memberikan pembelaan diri.
Konteks tuturan B8: Penutur laki-laki berumur 23 tahun. Mitra tutur laki-
laki berumur 55 tahun tahun. Penutur adalah anak mitra tutur. Tuturan terjadi ruang keluarga, saat sore hari. Mitra tutur meminta bantuan penutur untuk
mengajarinya memakai komputer. Penutur sudah berkali-kali mengajari mitra tutur. Mitra tutur tidak bisa mengingat ajaran penutur. Tujuan penutur dari
tuturannya ialah penutur mengungkapkan kelelahannya kepada mitra tutur yang selalu menanyakan hal yang sama. Tindak verbal dari tuturan penutur
ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur tidak jadi meminta bantuan penutur.
5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan B7: Penutur bermaksud mengejek mitra tutur yang dianggap
selalu tidak patuh.
Tuturan B8: Penutur bermaksud mengungkapkan rasa kesalnya kepada
mitra tutur yang selalu meminta diajari.
4.2.2.2 Subkategori Memerintah