Subkategori Menyalahkan Kategori Ketidaksantunan Menghilangkan Muka

5 Maksud ketidaksantunan penutur Tuturan D3: Penutur bermaksud meremehkan mitra tutur yang dianggap tidak lebih pintar dari dirinya. Tuturan D13: Penutur hanya bermaksud bercanda kepada mitra tutur.

4.2.4.3 Subkategori Menyalahkan

Subkategori menyalahkan dalam kategori menghilangkan muka muncul akibat penutur yang merasa bahwa mitra tutur telah melakukan suatu kesalahan. Namun, akibat dari tuturan tidak santun yang sengaja dituturkan oleh penutur membuat mitra tutur tersinggung dan malu. Berikut ini contoh tuturan yang termasuk dalam subkategori menyalahkan. Cuplikan tuturan 37 P : “Mak, prajurit sing klambine ireng-ireng kae jenenge apa?” Mak, prajurit yang bajunya hitam-hitam itu namanya apa? MT : “Sik endi? Prajurit ireng pa?” Yang mana? Prajurit ireng kah? P : “Ngawur, sembarangan wae, ngawur dudu kuwi” D5 Sembrono, sembarangan saja, sembrono bukan itu. Konteks tuturan: Penutur perempuan berumur 35 tahun, sebagai anak dari mitra tutur. Mitra tutur seorang perempuan berumur 58 tahun. Penutur sedang duduk bersantai di luar rumah, saat sore hari. Penutur bertanya kepada mitra tutur yang baru saja keluar dari rumah. Mitra tutur duduk di sebelah penutur Penutur menganggap jawaban mitra tutur salah. Dari tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut. 1 Wujud ketidaksantunan linguistik Tuturan D5: “Ngawur, sembarangan wae, ngawur dudu kuwi” Sembrono, sembarangan saja, sembrono bukan itu. 2 Wujud ketidaksantunan pragmatik Tuturan D5: Penutur memberikan sangkalan dengan kasar. Penutur berbicara sangat dekat dengan mitra tutur. Penutur berbicara kepada orang tua. Penutur telah membuat mitra tutur malu. 3 Penanda ketidaksantunan linguistik Tuturan D5: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar. Bahasa nonstandar ditandai dengan penyisipan kata “sembarangan” yang merupakan kata dalam bahasa Indonesia. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan pada kata “ngawur”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi seru. 4 Penanda ketidaksantunan pragmatik Konteks tuturan D5: Penutur perempuan berumur 35 tahun, sebagai anak dari mitra tutur. Mitra tutur seorang perempuan berumur 58 tahun. Penutur sedang duduk bersantai di luar rumah, saat sore hari. Penutur bertanya kepada mitra tutur yang baru saja keluar dari rumah. Mitra tutur duduk di sebelah penutur. Penutur menganggap jawaban mitra tutur salah. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur menyangkal jawaban mitra tutur. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur berpikir ulang dan berbicara dengan volume suara yang lebih kecil. 5 Maksud ketidaksantunan penutur Tuturan D5: Penutur bermaksud mengungkapkan rasa kesalnya kepada mitra tutur yang memberikan jawaban salah.

4.2.4.4 Subkategori Memerintah