me nyatakan “bodoh” pada kalimat 2 disebut makna penutur speaker meaning.
Makna linguistik maknamenjadi bahan kajian semantik, sedangkan makna penutur maksud menjadi bahan kajian pragmatik. Kalimat 3 jelas memiliki
perbedaan makna gramatikal dengan kalimat 4. Kalimat 3 adalah kalimat aktif, sedangkan kalimat 4 adalah kalimat pasif. Akan tetapi, berdasarkan isi
tuturan secara objektif kedua kalimat di atas menyatakan informasi yang sama, yakni “ayah yang membeli buku” dan “buku yang dibeli ayah”.
2.9 Kerangka Berpikir
Ketidaksantunan merupakan suatu fenomena baru dalam sudi pragmatik. Ketidaksantunan berbahasa muncul dari perkembangan pengguna bahasa yang
pada kenyataannya belum bisa berbahasa santun dalam kehidupan sehari-hari. Ketidaksantunan berbahasa biasanya muncul di dalam keluarga. Ketidaksantunan
ini berkembang dalam ranah keluarga karena berbagai faktor. Kini, di dalam keluarga, tidak ada lagi batas antara orang tua dan anak. Saat ini, batas-batas yang
dulu sangat terlihat justru semakin dihapus dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya adalah pertimbangan kedekatan emosional. Hubungan antara anggota
keluarga kini diharapkan saling terbuka dan semakin erat, tetapi keadaan tersebut telah memunculkan permasalahan yang mungkin tidak disadari oleh anggota
keluarga tersebut. Permasalahan tersebut adalah pemakaian bahasa yang tidak santun oleh setiap anggota keluarga. Hal inilah yang menjadi fenomena baru
dalam studi pragmatik dan menjadi kajian dari penelitian ini, yaitu ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga.
Penelitian ini menggunakan lima teori ketidaksantunan berbahasa untuk menguraikan
tuturan ketidaksantunan
yang diperoleh.
Pertama, teori
ketidaksantunan menurut Miriam A Locher 2008, yaitu tindak berbahasa yang melecehkan muka face-aggravate. Kedua, teori ketidaksantunan berbahasa
menurut Bousfield 2008, yaitu perilaku berbahasa yang mengancam muka, dan ancaman tersebut dilakukan secara sembrono gratuitous, sehingga tindakan
berkategori sembrono demikian mendatangkan konflik conflictive, atau bahkan pertengakaran, dan tindakan tersebut dilakukan dengan kesengajaan purposeful.
Ketiga, teori ketidaksantunan berbahasa menurut Culpeper 2008, yaitu perilaku komunikasi yang diperantikan secara intensional untuk membuat orang benar-
benar kehilangan muka face lose, atau setidaknya orang tersebut merasa kehilangan muka. Keempat, teori ketidaksantunan berbahasa menurut Terkourafi
2008, yaitu ketidaksantunan tuturan penutur yang membuat mitra tutur merasa mendapat ancaman addressee terhadap kehilangan muka, tetapi penutur tidak
menyadari bahwa tuturannnya telah memberikan ancaman muka mitra tuturnya. Kelima, teori ketidaksantunan berbahasa menurut Locher and Watts, yaitu lebih
menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang secara normatif dianggap negatif karena dianggap melanggar norma-norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Berdasarkan teori-teori ketidaksantunan tersebut hasil penelitian ini berupa wujud-wujud linguistik dan
pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan penutur dalam ranah keluarga, khususnya keluarga di lingkungan
Kadipaten Pakualaman Yogyakarta.
Berikut ini adalah bagan dari kerangka berpikir yang sudah dipaparkan di atas.
PENANDA KETIDAKSANTUNAN
LINGUISTIK DAN PRAGMATIK
FENOMENA KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM RANAH KELUARGA DI LINGKUNGAN
KADIPATEN PAKUALAMAN YOGYAKARTA
CULPEPER 2008
LOCHER AND WATTS 2008
TEORI KETIDAKSANTUNAN
TEUKORAFI 2008
BOUSFIELD 2008
LOCHER 2008
HASIL PENELITIAN
MAKSUD KETIDAKSANTUNAN
WUJUD KETIDAKSANTUNAN
LINGUISTIK DAN PRAGMATIK
61
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang uraian jenis penelitian, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, metode dan teknik
analisis data, sajian hasil analisis data, serta trianggulasi hasil analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ketidaksantunan pragmatik dan linguistik dalam ranah keluarga ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang mencoba untuk memberikan gambaran secara sistematis tentang situasi, permasalahan, fenomena, layanan atau program, ataupun menyediakan
informasi tentang, misalnya kondisi kehidupan suatu masyarakat serta situasi- situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu
fenomena, dan pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat Widi, 2010:47
–48. Tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara konkret dan terperinci fenomena kebahasaan yang
berkaitan dengan seluk-beluk ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ketidaksantunan berbahasa
ini adalah pendekatan kualitatif, sehingga penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Herdiansyah 2010:9 mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu
penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang