Suatu tuturan dalam kategori melecehkan muka terjadi bila penutur dengan sengaja mengucapkan suatu tuturan yang membuat mitra tutur tersinggung. Hal
inilah yang membuat suatu tuturan dalam kategori ini menjadi tidak santun. Tuturan yang termasuk dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka
ditemukan sembilan belas tuturan. Kesembilan belas tuturan tersebut terbagi dalam lima subkategori, yaitu subkategori kesal, memerintah, menyindir,
mengejek, dan mengancam. Berikut ini contoh wujud tuturan tersebut.
4.2.3.1 Subkategori Kesal
Subkategori kesal pada kategori melecehkan muka terjadi ketika penutur mengungkapkan ekspresi kekesalan dan ketidaksenangannya kepada mitra tutur.
Tuturan tidaksantun dalam kategori ini memang dituturkan oleh penutur dengan sengaja, sehingga mitra tutur merasa tersinggung. Berikut ini contoh tuturan yang
termasuk dalam subkategori kesal. Cuplikan tuturan 17
MT : “Misi, Budhe.” P :
“Yak yakan” C4 Sembrono
Konteks tuturan: Penutur perempuan berumur 35 tahun. Mitra tutur perempuan berumur 12 tahun. Penutur adalah tetangga mitra tutur. Tuturan terjadi di depan
rumah penutur saat siang hari. Mitra tutur sedang bermain dengan anak penutur di tempat yang sama. Mitra tutur tidak sengaja menginjak kaki penutur saat
berjalan ke dalam rumah penutur. Penutur menegur mitra tutur yang dianggap tidak memperhatikan jalan.
Cuplikan uturan 20
MT : “Aku ngerti ngopo Ibu mageri mburi omah.” Aku tahu kenapa Ibu membuat pagar di belakang rumah.
P :
“Has luweh Sak karep omonganmu opo.” C7
Tidak peduli Terserah omonganmu apa.
Konteks tuturan: Penutur perempuan berumur 45 tahun. Mitra tutur perempuan berumur 20 tahun. Penutur adalah ibu dari mitra tutur. Tuturan terjadi di dapur,
saat malam hari. Mitra tutur sedang memasak. Penutur menemani mitra tutur memasak. Mitra tutur mencoba membuka pembicaraan dengan penutur. Topik
pembicaraan yang diangkat oleh mitra tutur tidak berkenan oleh penutur.
Dari kedua tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud
ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut.
1 Wujud ketidaksantunan linguistik
Tuturan C4:
“Yak yakan” Sembrono
Tuturan C7:
“Has luweh Sak karep omonganmu opo.” Tidak peduli Terserah omonganmu apa.
2 Wujud ketidaksantunan pragmatik
Tuturan C4: Penutur berbicara dengan volume yang keras. Penutur
berbicara dengan membentak mitra tutur. Penutur berbicara dengan ekspresi marah. Penutur telah membuat mitra tutur tersinggung dan takut. Penutur
sadar bahwa mitra tutur adalah anak tetangganya.
Tuturan C7: Penutur berbicara dengan memotong kalimat mitra tutur.
Penutur berbicara dengan membentak mitra tutur. Penutur berbicara dengan ekspresi kesal. Penutur telah membuat mitra tutur tersinggung. Penutur sadar
bahwa mitra tutur adalah anaknya.
3 Penanda ketidaksantunan linguistik
Tuturan C4: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar.
Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan pada kata “yak-yakan”. Intonasi
yang digunakan penutur ialah intonasi seru.
Tuturan C7: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar.
Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan C7 ialah “has” Penutur berbicara dengan nada naik
tinggi. Tekanan pada kata “luweh”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi seru.
4 Penanda ketidaksantunan pragmatik
Konteks tuturan C4: Penutur perempuan berumur 35 tahun. Mitra tutur
perempuan berumur 12 tahun. Penutur adalah tetangga mitra tutur. Tuturan terjadi di depan rumah penutur saat siang hari. Mitra tutur sedang bermain
dengan anak penutur di tempat yang sama. Mitra tutur tidak sengaja menginjak kaki penutur saat berjalan ke dalam rumah penutur. Penutur
menegur mitra tutur yang dianggap tidak memperhatikan jalan. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur menegur mitra tutur yang dinggap tidak
memperhatikan jalan ketika akan masuk ke dalam rumah penutur. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan
tindak perlokusi mitra tutur diam saja lalu meninggalkan penutur.
Konteks tuturan C7: Penutur perempuan berumur 45 tahun. Mitra tutur
perempuan berumur 20 tahun. Penutur adalah ibu dari mitra tutur. Tuturan terjadi di dapur, saat malam hari. Mitra tutur sedang memasak. Penutur
menemani mitra tutur memasak. Mitra tutur mencoba membuka pembicaraan dengan penutur. Topik pembicaraan yang diangkat oleh mitra tutur tidak
berkenan oleh penutur. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur menolak membicarakan topik yang dipilih oleh mitra tutur. Tindak verbal dari tuturan
penutur ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur langsung diam tidak melanjutkan pembicaraan.
5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan C4: penutur bermaksud menegur mitra tutur yang tidak sengaja
menginjak kakinya.
Tuturan C7: penutur hanya bermaksud mengungkapkan rasa kesalnya
kepada mitra tutur yang dianggap terlalu ingin mencari perhatian.
4.2.3.2 Subkategori Memerintah