c. Takut sukses, takut sukses mungkin lebih karakteristik pada wanita ketimbang
pria.  Apabila  cukup  kuat,  takut  sukses  itu  dapat  mendorong  N.Ach  seseorang dan melahirkan perasaan-perasaan negatif terhadap prestasi yang baik.
2 Faktor Eksternal
Banyak  perbedaan  dalam  prestasi  akademik  bukan  disebabkan  oleh bedanya  kemampuan  ataupun  motif,  tetapi  karena  berbedanya  lingkungan.
Lingkungan  sekolah  misalnya,  amat  bervariasi  :  gedungnya,  fasilitas  fisik lainnya,  peralatannya,  perpustakaannya,  kesempatan  untuk  memperluas  dan
memperkaya pengetahuan, disiplinnya, kualitas dan penghasilan guru-gurunya. Sudah barang tentu bukan lingkungan sekolah saja tetapi juga lingkungan lain
seperti: lingkungan rumah tangga dan kualitas lingkungan keluarga. Prestasi  belajar  dikatakan  meningkat  bila  indikator  prestasi  belajar
meningkat,  indikator  prestasi  belajar  itu  meliputi  aspek  kognitif,  afektif,  dan psikomotorik. Aspek kognitif dilihat dari perkembangan hasil evaluasi tiap-tiap
akhir pembelajaran dan perkembangan hasil tes akhir pada PTK, aspek afektif dapat  diamati  dari  peningkatan  kehadiran  siswa,  kemampuan  siswa  dalam
mengajukan  pertanyaan,  kemampuan  mengajukan  gagasan  dan  aktivitas belajar,  prestasi  belajar  aspek  psikomotorik  dilihat  dari  aktivitas  siswa  dalam
menyiapkan,  menggunakan,  menjaga  alat-alat  sebagai  penunjang  proses belajar.
Indikator prestasi belajar
8
: a.
Ranah Cipta kognitif 1.
Pengamatan Dapat menunjukkan
Dapat membandingkan Dapat menghubungkan
2. Ingatan
Dapat meyebutkan Dapat menunjukkan
3. Pemahaman
Dapat menjelaskan Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
4. Aplikasipenerapan
Dapat memberikan contoh Dapat menggunakan secara tepat
5. Analisis pemeriksaan dan pemilihan secara teliti
Dapat menguraikan Dapat mengklarifikasimemilah-milah
6. Sintesis membuat paduan baru dan utuh
Dapat menghubungkan materi-materi, sehingga menjadi kesatuan baru Dapat menyimpulkan
Dapat menggeneralisasikan membuat prinsip umum
b. Ranah rasa afektif
1. Penerimaan
Menunjukkan sikap menerima Menunjukkan sikap menolak
2. Sambutan
Kesediaan berpartisipasiterlibat Kesediaan memanfaatkan
3. Apresiasi sikap menghargai
Menganggap penting dan bermanfaat Menganggap indah dan harmonis
Mengagumi
4. Internalisasi pendalaman
Mengakui dan meyakini Mengingkari
5. Karakterisasi penghayatan
Melembagakanmeniadakan Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
8
Muhibbin Syah, 2008, Psikologi Belajar, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, hlm.217-218
c. Ranah Karsa psikomotor
1. Kemampuan bergerak dan bertindak
Kecakapan  mengkoordinasikan  gerak  mata,  tangan,  kaki,  dan  anggota tubuh lainnya.
2. Kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal
Kefasihan melafalkanmengucapkan Kecakapan membuat mimik dan gerakan jasmani
3. Belajar
Dalam  kamus  besar  bahasa  Indonesia  belajar  adalah  berusaha  memperoleh kepandaian  atau  ilmu;  berlatih;  berubah  tingkah  laku  atau  tanggapan  yang
disebabkan  oleh  pengalaman
9
.  H.C.  Witherington  dalam  Eveline  Siregar menjelaskan  pengertian  belajar  sebagai  suatu  perubahan  di  dalam  kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan  kepribadian  atau  suatu  pengertian.  Sedangkan  menurut  Gagne  dalam
Eveline Siregar belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan  dari  pengalaman  masa  lalu  ataupun  dari  pembelajaran  yang
bertujuandirencanakan.  Pengalaman  diperoleh  individu  dalam  interaksinya dengan  lingkungan,  baik  yang  tidak  direncanakan  maupun  yang  direncanakan,
sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.
10
Definisi belajar juga dikemukakan oleh beberapa para ahli yang ditulis oleh Fudyartanto
11
: 1
Menurut  Arthur  J.  Gates  Belajar  adalah  perubahan  tingkah  laku  melalui pengalaman dan latihan.
2 L.  D.  Crow  dan  A.  Crow  mengemukakan  bahwa  belajar  adalah  suatu  proses
aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan.
9
Hasan Alwi, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 756
10
Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, hlm. 4
11
Fudyartanto, 2002, Psikologi Pendidikan : Dengan Pendekatan Baru, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, hlm. 149-151
3 Melvin  H.  Marx  berpendapat  bahwa  belajar  adalah  perunahan  yang  dialami
secara  relatif  abadi  dalam  tingkah  laku  yang  mana  adalah  suatu  fungsi  dari tingkah laku sebelumnya.
4 R.S.  Chauhan  definisi  belajar  adalah  membawa  perubahan-perubahan  dalam
tingkah laku. 5
Gregory  A.  Kimble  mengatakan  belajar  adalah  perubahan  yang  relatif permanen dalam potensialitas tingkahlaku yang terjadi sebagai suatu hasil alat
praktek yang diperkuat.
4. Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran  Sejarah  adalah  perpaduan  antara  aktivitas  belajar  dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat
kaitannya  dengan  masa  kini
12
.  Dari  pendapat  tersebut  dapat  di  simpulkan  jika mata  pelajaran  sejarah  merupakan  bidang  studi  yang  terkait  dengan  fakta-fakta
dalam  ilmu  sejarah  namun  tetap  memperhatikan  tujuan  pendidikan  pada umumnya.  Sedangkan  sejarah  berasal  dari  bahasa  Arab
“  Syajaratun”  yang berarti  “pohon”  atau  “keturunan”  yang  kemudian  berkembang  menjadi  bahasa
Melayu “Syajarah”  dan  dalam  bahasa  Indonesia  menjadi  “sejarah”
13
.  Menurut Sutrasno  sejarah  adalah  segala  kegiatan  manusia  dan  segala  kejadian  yang  ada
hubungannya  dengan  kegiatan  manusia  sehingga  mempunyai  akibat  adanya perubahan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan, dan kesemuanya itu di tinjau
dari sudut-sudut perkembangannya.
14
.
5. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran  kooperatif  bukanlah  sesuatu  yang  baru.  Sebagian  guru  dan siswa  kita  pernah  menggunakannya  atau  mengalaminya  sebagai  contoh  saat
12
I .G.Widja, 1989, Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta :Depdikbud,  hlm.23
13
I.G.Widja, 1988, Ilmu Sejarah : Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan, Semarang: Satya Wacana, hlm.6
14
Sutrasno,1975,Sejarah Ilmu Pengetahuan History and Science, Jakarta: Pradya Paramita,hlm.8
bekerja  dalam  laboratorium.  Dalam  belajar  kooperatif,  siswa  dibentuk  dalam kelompok-kelompok  yang  terdiri  dari  4  atau  5  orang  untuk  bekerja  sama  dalam
menguasai  materi  yang  diberikan  guru.  Bahwa  dalam  belajar  kooperatif  siswa belajar  bersama  sebagai  suatu  tim  dalam  menyelesaikan  tugas-tugas  kelompok
untuk  mencapai  tujuan  bersama.  Jadi,  setiap  anggota  kelompok  mempunyai tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya
15
. Pembelajaran  kooperatif  bernaung  dalam  teori  kontruktivis.  Pembelajaran
ini  muncul  dari  konsep  bahwa  siswa  akan  lebih  mudah  menemukan  dan memahami  konsep  yang  sulit  jika  mereka  saling  berdiskusi  dengan  temannya.
Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah  yang kompleks.  Jadi,  hakikat sosial  dan penggunaan kelompok
sejawat  menjadi  aspek  utama  dalam  pembelajaran  kooperatif.  Selama  belajar secara  kooperatif  siswa  tetap  tinggal  dalam  kelompoknya  selama  beberapa  kali
pertemuan.  Mereka  diajarkan  keterampilan-keterampilan  khusus  agar  dapat bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif,
memberikan  penjelasan  kepada  teman  sekelompok  dengan  baik,  berdiskusi,  dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik siswa diberi lembar kegiatan yang berisi
pertanyaan atau tugas  yang direncanakan untuk  diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok,  tugas  anggota  kelompok  adalah  mencapai  ketuntasan  materi  yang
disajikan guru dan saling membantu di antara teman sekelompok untuk mencapai
15
Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:Prenada Media,hlm 56