2.14 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Profil RSUD Dokter Tengku
Mansyur. 2. Kebijakan
pengelolaan limbah padat medis dan non
medis RSUD Dokter Tengku Mansyur
3. Karakteristik Limbah padat Medis dan Non Medis
- Sumber
- Volume
Pengelolaan Limbah Padat Medis dan
Non Medis Memenuhi
syarat Kepmenkes RI
No. 1204 tahun 2004
Tidak Memenuhi
syarat Kepmenkes RI
No. 1204 tahun 2004
Sistem pengelolaan
limbah padat yang meliputi : metode
penampungan, pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan,
pemusnahan dan pembuangan akhir limbah
Kepadatan Lalat di tempat sampah RSUD Dokter Tengku
Mansyur
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian. Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas.
Rumah sakit tidak hanya menghasilkan sampah biasa, namun juga menghasilkan sampah infeksius dan sampah medis lainnya yang dapat
mengganggu kesehatan dan salah satu media penyebaran penyakit. Jika tidak diolah dengan benar, maka limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit
dapat mencemari lingkungan. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit. Sanitasi lingkungan
rumah sakit juga perlu diperhatikan secara cermat. Sanitasi lingkungan yang baik akan berdampak kepada penghuni rumah sakit juga kepada masyarakat sekitar
Pruss, 2005. Limbah yang dihasilkan dari upaya medis seperti puskesmas, poliklinik
dan rumah sakit yaitu jenis limbah yang termasuk dalam kategori biohazard yaitu jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, dimana disana banyak
terdapat buangan virus, bakteri maupun zat zat yang membahayakan lainnya. sehingga harus dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu di atas 800
o
C 1
Universitas Sumatera Utara
LPKL, 2009. Namun pengelolaan limbah medis yang berasal dari rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan maupun laboratorium medis di Indonesia masih di
bawah standar professional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Nepal menyimpulkan bahwa
sistem pengelolaan sampah di Rumah Sakit Narayani Sub Regional belum dilakukan pemisahan sampah rumah sakit, semua sampah rumah sakit
dikumpulkan dalam satu tempat, tempat sampah tidak tertutup, pengangkutan menggunakan kantong plastik yang tidak tertutup rapat memungkinkan terjadinya
tumpahan yang berbahaya bagi kesehatan. Tidak terdapat fasilitas ruang penyimpan sampah sementara. Tenaga pengelola sampah kurang memperdulikan
tempat penyimpanan limbah infeksius, dan insenerator sudah tidak digunakan lagi. Departemen ruamh tangga belum menjalankan fungsinya dengan baik.
Rumah sakit harus mengembangkan perencanaan manajemen pengelolaan sampah sesuai dengan petunjuk pengelolaan limbah nasional. Pelatihan tenaga maupun
organisasi pengelola sampah harus dikembangkan di seluruh bagian Abor Bouwer, 2007
Pengelolaan sampah padat Rumah Sakit Umum tipe B di Jakarta terdapat dua organisasi pengelola sampah rumah sakit tersebut yaitu sub bagian urusan
sanitasi dan pihak koperasi hal ini menyebabkan kurang fokusnya pembagian tanggung jawab pengelolaan sampah, tenaga pengelola sampah belum sesuai
dengan persyaratan, kedisiplinan untuk memakai APD masih kurag baik, peralatan untuk pengelolaan sampah masih belum memenuhi persyaratan,
penampungan limbah benda tajam belum tersedia di semua unit pelayanan medis,
Universitas Sumatera Utara
tahapan pengangkutan sampah menggunakan rute jalur yang sama dengan jalur pengunjung dan karyawan, menggunakan areal tanaman yang diubah fungsinya
sebagai pembuangan dan pembakaran sampah non medis dari kegiatan taman atau kebun Kuswanto, 2000.
Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, maupun laboratorium medis yang terus bertambah. Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah rumah
sakit di Indonesia mencapai 1.632 unit. Fasilitas kesehatan lain diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat dan tidak dijelaskan berapa jumlah yang tepat
Kepmenkes RI, 2011. Menurut Astuti dan Purnama 2014, bahwa rumah sakit di Indonesia
memproduksi limbah padat sebesar 376.089 tonhari dan produksi limbah cair 48,985,70 tonhari, sehingga dari gambaran tersebut dapat diperkirakan besarnya
kemungkinan potensi limbah rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan mengakibatkan kecelakaan serta penularan penyakit jika tidak
dikelola dengan. Pada penelitian tahun 2013 terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali rata- rata menghasilkan limbah sebesar 3,2 kgtempat tidurhari. Analisis
lebih lanjut menunjukkan bahwa produksi limbah padat berupa limbah padat non medis sebesar 76,8 dan limbah padat medis sebesar 23,25.
Pada penelitian tahun 2013 terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali rata-rata menghasilkan limbah sebesar 3,2 kgtempat tidurhari. Analisis lebih
lanjut menunjukkan bahwa produksi limbah padat berupa limbah padat non medis
Universitas Sumatera Utara
sebesar 76,8 dan limbah medis padat sebesar 23,2. Pada penelitian tahun 2014 menunjukkan bahwa rumah sakit di Indonesia memproduksi limbah padat sebesar
376.089 tonhari dan produksi limbah cair 48.985,70 tonhari, sehingga dari gambaran tersebut dapat diperkirakan besarnya kemungkinan potensi limbah
rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan mengakibatkan kecelakaan serta penularan penyakit jika tidak dikelola dengan benar Astuti dan
Purnama, 2014. Penanganan limbah padat juga cukup berpengaruh terhadap kehidupan
vektor, bakteri patogen dan binatang pengganggu. Limbah yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biak dan bersarangnya bermacam-
macam vektor penyakit, seperti: lalat, kecoa, protozoa, dan helminthes dimana lalat ini sangat cepat berkembang dan gemar pada sampah.
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur merupakan rumah sakit tertua dan juga menjadi rumah sakit rujukan dari 8 Puskesmas, 13
Puskesmas Pembantu dan 18 Pos Kesehatan Kelurahan. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 303MenkesSKIV1987 telah
ditetapkan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur menjadi Rumah Sakit Tipe C dengan jumlah tempat tidur sebanyak 115 buah.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan diperoleh informasi bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur sudah melakukan kegiatan
pemisahan limbah padat medis dan non medis. Namun masih ditemukan kesenjangan dalam pengelolaan limbah padat medis dan non medis seperti belum
memadainya sarana dan prasarana rumah sakit, keadaan insenerator di Rumah
Universitas Sumatera Utara
Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur juga tidak berfungsi optimal sebagaimana mestinya serta limbah padat medis dan non medis yang dibuang ke
TPSTempat Penampungan Sementara masih tercampur. Dalam kegiatan pengelolaan limbah padat non medis juga ditemukan vektor lalat di sekitar tempat
sampah rumah sakit. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui pengelolaan limbah padat medis dan non medis serta angka kepadatan
lalat di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur Tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah