Kepadatan lalat ini dibagi atas beberapa tingkatan yaitu : 0-2
:Rendah Tidak menjadi masalah 3-5
:Sedang Perlu
dilakukan pengamatan
terhadap tempat-tempat
berkembangbiaknya lalat 6-20
:TinggiPadat Populasinya cukup padat dan perlu pengamatan di tempat- tempat berbiaknya lalat, dan bila mungkin direncanakan
upaya pengendalian
21 : Sangat TinggiPadat Populasinya padat dan perlu adanya pengendalian
Gambar 2.9 Fly gril
2.12 Dampak Kesehatan Akibat Tingginya Kepadatan Lalat
Lalat merupakan vektor mekanis jasad-jasad patogen terutama penyebab penyakit usus dan bahkan beberapa spesies khususnya lalat rumah dianggap
sebagai vektor thypus abdominalis, salmonellosis, cholera, disentri tuberculosis, penyakit sapar dan trypanosominasi. Lalat Chrysops dihubungkan dengan
penularan parasit filaria loa-loa dan pasteurella tularensis penyebab tularemia pada manusia dan hewan Sucipto, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Secara lebih detail, Sucipto 2011 menjelaskan beberapa penyakit yang disebabkan oleh lalat antara lain:
1 Disentri, dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas karena terhambat
peredaran darah dan pada kotoran terdapat mucus dan push. 2
Diare, dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu. Disentri dan diare termasuk penyakit karena Shigella spp atau
diare bisa juga karena Eschericia coli. 3
Thypoid, gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu, penyebabnya adalah Salmonella spp.
4 Kolera, gejala muntah-muntah, demam, dehidrasi, penyebabnya adalah Vibrio
cholera. 5
Pada beberapa kasus, sebagai vektor penyakit lepra dan yaws Frambusia atau Patek.
6 Kasus kecacingan pada manusia dan hewan juga banyak ditularkan oleh lalat
rumah, lalat hijau dan Sarcophaga spp. Misalnya seperti cacing jarum atau cacing kremi Enterobius vermin cularis, cacing giling Ascaris
lumbricoides, cacing kait Anclyostoma sp., Necator, cacing pita Taenia, Dypilidium caninum, cacing cambuk Trichuris trichiura.
7 Belatung lalat Musca domestica, Chrysomya dan Sarchopaga dapat juga
menyerang jaringan luka pada manusia dan hewan. Infestasi ini disebut myasis atau belatungan.
Universitas Sumatera Utara
2.13 Upaya Pengendalian Vektor Lalat
Tujuan dari upaya pengendalian lalat adalah untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat, dengan cara menekan atau menurunkan
angka kepadatan lalat. Menurut Ditjen PPM PLP 2001, cara yang dapat ditempuh dalam pengendalian lalat adalah ditujukan terhadap larva lalat dan lalat
dewasa, yaitu dengan cara: 1.
Perbaikan lingkungan atau sanitasi untuk mengurangi tempat-tempat yang potensial sebagai tempat perindukan lalat:
a. Sampah-sampah terutama sampah dapur ditampung pada tempat sampah yang baik dan tertutup rapat dan dalam waktu maksimum 3 hari
harus sudah dibuang. b. Pengangkutan dan pembuangan sampah dilakukan setiap hari dengan
cara yang baik, alat angkut menggunakan troli yang tertutup dan mudah untuk dibersihkan.
c. Tempat pembuangan sampah diberi alas yang kedapa air, misalnya besi plat, seng, dan lainlain. Pada TPS harus dilengkapi dengan saluran
pembuangan lendircairan yang berasal dari pembusukan sampah. d. Untuk tempat pembuangan kotoran digunakan w.c. yang selalu dalam
keadaan bersih, serta dilengkapi septictank yang tertutup. 2.
Tindakan perlindungan screening Tindakan ini tidak untuk mengurangi jumlah lalat, namun sangat penting
untuk mencegah hinggapnya lalat pada makananminuman. sedangkan tindakan perlindungan terhadap gedungdapat dilakukan dengan memasang tabir-tabir pada
Universitas Sumatera Utara
semua jendela dan pintu serta pintu-pintu harus selalu dalam keadaan tertutup. Ditempat-tempat dimana pintu sering dibuka dan ditutup, maka dapat perlu
dipasang tabir angin wind screen. 3. Tindakan mekanis
Ini hanya merupakan tindakan pelengkap, tidak dapat memberikan hasil yang besar. Misalnya dengan memasang kertas perekat atau jebakan berperekat di
lokasi-lokasi yang terdapat lalat. 4. Penyemprotan residu insektisida
Penyemprotan dilakukan terhadap permukaan yang menjadi tempat hinggap, tempat makan atau tempat istirahat lalat, terutama pada tempat-tempat hinggap
pada malam hari. Sedangkan kemungkinan waktu kontak antara lalat dengan insektisida cukup lama. Insektisida yang digunakan dapat dari golongan
organophospate yang memiliki residu 2-4 minggu sehingga dengan demikian harus diulangi 2-4 minggu sekali. Alat penyemprot yang dipergunakan adalah
swing fog tipe SN 11, spraycan dan mist blower
Universitas Sumatera Utara
2.14 Kerangka Konsep