FasilitasPeralatan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis

serius dan memadai agar dampak negatif yang terjadi dapat dihindari atau dikurangi.

5.2.2 Volume Timbulan Limbah Padat Medis dan Non Medis RSUD Dokter Tengku Mansyur

Berdasarkan hasil observasi langsung diperoleh gambaran bahwa jumlah volume timbulan limbah padat medis yang diangkut adalah ±19,6 kghari. Dengan diketahuinya jumlah limbah padat medis setiap hari maka akan menentukan jumlah dan volume sarana penampungan lokal yang harus disediakan, pemilihan insenerator dan kapasitasnya serta bila rumah sakit memiliki tempat pengolahan sendiri jumlah produksi dapat diproyeksikan untuk memperkirakan pembiayaan, dan lain-lain. Penentuan jumlah sampah dapat menggunakan ukuran berat atau volume Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh RSUD Dokter Tengku Mansyur dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jumlah tempat tidur, jumlah pegawai, jumlah kunjungan dan lama rawat inap pasien. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu jumlah sampah yang dihasilkan di rumah sakit tergantung pada berbagai faktor seperti jumlah tempat tidur, kapasitas rumah sakit, jumlah staff medis, jenis layanan kesehatan yang diberikan, status ekonomi, sosial budaya dari pasien, serta kondisi umum letak daerah rumah sakit Fauziah, 2005.

5.3 FasilitasPeralatan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitasperalatan RSUD Dokter Tengku Mansyur masih perlu dibenahi untuk memaksimalkan proses kerja pengelolaan limbah. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku Mansyur hanya menyediakan tempat sampah medis yang dilapisi plastik berwarna hitam dan Universitas Sumatera Utara sebagian tempat sampah medis diberi label limbah patologis. Seharusnya sesuai dengan KEPMENKES 1204MenkesSKX2004 bahwa jenis tempat sampah medis dilapisi plastik berwarna kuning dan diberi label dengan tulisan limbah padat infeksius. Sebaiknya Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Tengku menyediakan beberapa tempat sampah yang sesuai dengan jenis dan kategorinya. Maka dari itu, setiap unit hendaknya dengan cepat dan tanggap menyediakan tempat penampungan dengan bentuk, ukuran, dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampah serta kondisi setiap unit ruangan. Dengan tersedianya berbagai peralatan untuk melakukan proses pengelolaan sampah akan menciptakan kualitas sampah yang sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Depkes RI, 2002 Incinerator tidak digunakan karena rusak dalam waktu yang cukup lama. Untuk itu perlu dilakukan pengawasan khusus untuk incinerator yang digunakan dan perbaikan secepatnya. Masalah ini tentunya mempengaruhi kinerja para petugas pengelola sampah sehingga perlu ditangani dengan adanya perencanaan pengadaan alat dan fasilitas setiap periode tertentu atau perencanaan untuk membuat MOU antara RS dan pihak yang melakukan pemusnahan limbah medis. Hal ini sesuai dengan penelitian Pruss 2005, yaitu jika satu rumah sakit tidak memiliki incinerator sendiri, maka rumah sakit tersebut harus mengadakan kerjasama MOU dengan rumah sakit yang memiliki incinerator. Rumah sakit sebagai institusi yang sosio-ekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara menyediakan sarana dan prasaran yang lengkap dalam pengelolaan limbah padat, termasuk didalamnya menyediakan Tempat Penampungan Sementara TPS yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan rumah sakit Adisasmito, 2007.

5.4 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSUD