Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

Jumlah produksi sampah domestik diperkirakan 2 Kg per-orang hari.Untuk mendapatkan angka yang lebih tepat sebaiknya dilakukan survei sampah di rumah sakit yang bersangkutan. Jumlah sampah dengan 500 tempat tidur adalah 3,25 Kg per pasienhari Depkes RI, 2002. 2. Jumlah disposibel Meningkatkan jumlah sampah berkaitan erat dengan meningkatkan penggunaan barang disposibel. Daftar barang disposibel merupakan indikator jumlah dan kualitas sampah rumah sakit yang diproduksi. Berat, ukuran, dan sifat kimiawi barang-barang disposibel mungkin perlu dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi yang bermanfaat dalam pengelolaan sampah Depkes RI, 2002. 3. Jumlah menurut volume Volume juga harus diketahui untuk menentukan ukuran bak dan sarana pengangkutan. Konversi dari berat ke volume dapat dilakukan dengan membagi berat total dengan kepadatan Depkes RI, 2002.

2.6 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Limbah

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sarana tools. Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan, maka sebaiknya rumah sakit harus menyediakan sarana pengelolaan limbah medis padat dimulai dari wadah pemilahan limbah, troli untuk pengangkutan limbah medis padat dari ruangan penghasil limbah ke tempat penampungan sementara bak penampung, dan menggunakan insenerator untuk pembuangan terakhir. Universitas Sumatera Utara Pengelola limbah disediakan alat pelindung diri seperti apron, sarung tangan dan sepatu boots. Rumah sakit menyediakan troli untuk pengangkutan sampah padat dari ruangan ruangan penghasil sampah ke tempat penampungan sementara, tetapi sampah tidak di tempatkan di wadah yang tertutup, langsung di tempatkan ke bak penampung, dapat terjadi kemungkinan tumpahan pada saat pengangkutan. Menggunakan insenerator untuk pembuangan akhir. Pengelola sampah disediakan alat pelindung diri seperti apron, sarung tangan dan sepatu boots Abor Bouwer, 2007. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto RSPAD menyediakan kantong plastik berwarna hitam yang diletakkan dalam wadah limbah non medis dan menyediakan kantong plastik berwarna kuning dalam wadah limbah medis di setiap ruangan. Menggunakan troli untuk mengangkut limbah medis dan non medis. Menggunakan insenerator untuk pembuangan akhir. Pengelola limbah disediakan alat pelindung diri seperti apron, sarung tangan dan sepatu boots Paramita, 2007.

2.7 Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit

2.7.1 Pengelolaan Limbah Padat Medis Rumah Sakit

Menurut Kepmenkes RI No.1204 2004, Pengelolaan limbah medis yaitu rangkaian kegiatan mencakup segresi, pengumpulan,pengangkutan,penyimpanan, pengolahan dan penimbunan limbah medis. Menurut WHO 2005, beberapa bagian penting dalam pengelolaan limbah rumah sakit yaitu minimisasi limbah, pelabelan dan pengemasan, transportasi, penyimpanan, pengolahan dan Universitas Sumatera Utara pembuangan limbah. Proses pengelolaan ini harus menggunakan cara yang benar serta memperhatikan aspek kesehatan, ekonomis, dan pelestarian lingkungan. Pengelolaan limbah rumah sakit harus dilakukan dengan benar, efektif dan memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai sesuatu yang tidak dimanfaatkan lagi, tidak disenangi, dan yang harus dibuang maka limbah harus dikelola dengan baik. Syarat yang harus dipenuhi dalam pengelolaan limbah adalah tidak mengkontaminasi udara, airtanah, tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan kebakaran, dan sebagainya. Suatu kebijakan dari manajemen dan prosedur- prosedur tertentu yang berhubungan dengan segala aspek dalam pengelolaan sampah rumah sakit sangat diperlukan dalam pengelolaan limbah rumah sakit Chandra, 2012.

1. Minimisasi Limbah

Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya yang berasal dari kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara reduksi pada sumbernya dan pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle,dan recovery Kepmenkes RI No.1204, 2004. Konsep minimisasi limbah berupa reduksi limbah langsung dari sumbernya menggunakan pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi perubahan bahan baku pengolahan bahan dan modifikasi bahan, perubahan teknologi modifikasi proses dan teknologi bersih, praktek operasi yang baik housekeeping, segresi limbah, preventif maintenance, dan perubahan produk yang tidak berbahaya. Universitas Sumatera Utara Pemanfaatan limbah medis yaitu upaya mengurangi volume, konsentrasi toksisitas dan tingkat bahaya yang menyebar di lingkungan. Pemanfaatan limbah dapat dilakukan setelah melakukan upaya reduksi pada sumber. a. Penggunaan kembali reuse Merupakan upaya penggunaan barang atau limbah untuk digunakan kembali untuk kepentingan yang sama tanpa mengalami proses pengolahan atau perubahan bentuk. Walaupun dapat digunakan kembali, rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk membersihkan dan mensterilkan peralaan tersebut. b. Daur ulang recycle Merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui perubahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun produk yang berlainan dengan maksud kegunaan yang lebih. Limbah lampu neon, kontainer bertekanan, pelarut, formalin dan alkohol adalah limbah berbahaya yang dapat didaur ulang agar dapat menjadi produk yang dapat digunakan kembali A.Pruss, 2005. c. Perolehan kembali recovery Merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara memproses untuk memperoleh kembali materi atau energi yang terkandung di dalamnya atau merupakan suatu proses pemulihan. Menurut Pruss 2005, proses perolehan kembali biasanya tidak dilakukan oleh rumah sakit, kecuali untuk pengambilan perak dari fixing bath yang digunakan dalam pengolahan foto rontgen Universitas Sumatera Utara

2. Pemilahan Limbah

Pemilahan limbah berdasarkan warna atau kontainer plastik yang digunakan merupakan cara yang paling tepat dalam pengelolaan limbah medis. Proses pemilahan dan pengurangan jumlah limbah merupakan persyaratan keamanan yang penting untuk petugas yang mengelola limbah. Menyediakan minimal tiga wadah terpisah pada sumbernya yang diberi label yang tepat dan ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat dan terjangkau sehingga limbah dapat dengan mudah dipisahkan. Untuk limbah berbahaya dan sangat berbahaya, sebaiknya menggunakan kemasan ganda yaitu kantong plastik di dalam kontainer untuk memudahkan pembersihan Pruss, 2005.

3. Pengumpulan Limbah Medis

Menurut Depkes RI 2006, pada tahap pengumpulan limbah, maksimal 23 bak sampah terisi sudah harus diambil, sedangkan menurut Pruss 2005, kontainer harus diangkat jika sudah 34 penuh. Rumah sakit harus mempunyai program rutin untuk pengumpulan limbah karena limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan. Limbah harus dikumpulkan setiap hari dan diangkat ke tempat penampungan yang telah ditentukan. Proses pengumpulan limbah medis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto RSPAD menggunakan tempat sampah yang dilapisi dengan kantong kuning berukuran 50x75 cm di dalamnya. Penyebaran tempat limbah medis dapat ditemui di ruang perawatan, ruang bedah, ruang poliklinik, ruang kebidanan dan laboratorium Paramita, 2007. Universitas Sumatera Utara Setelah diangkut, limbah medis dikumpulkan dalam ruang khusus, penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan maksimal 48 jam dan musim kemarau maksimal 24 jam. Kemudian dibakar di incenerator Depkes RI, 2002.

4. Pengangkutan Limbah Medis

Setelah proses pengumpulan, tahap selanjutnya adalah pengangkutan limbah. Pengangkutan limbah dilakukan oleh petugas kebersihan dari sumber penghasil limbah. Pengangkutan limbah medis harus menggunakan alat angkut berupa kereta, gerobak atau troli. Limbah harus diangkut dengan alat angkut yang sesuai untuk mengurangi resiko yang dihadapi pekerja yang terpajan limbah. Pengangkutan limbah dari ruang unit yang ada di rumah sakit ke tempat penampungan limbah sementara melalui rute yang paling cepat yang harus direncanakan sebelum perjalanan dimulai atau yang sudah ditetapkan Pruss, 2005. Menurut Chandra 2005, proses dimulai dari pengangkutan limbah dari wadah penampungan yang diletakkan pada lokasi tertentu sampai ke tempat pembuangan. Secara mekanis, limbah dapat diangkut dengan sejenis sistem conveyor yang akan membawa limbah tersebut ke lokasi pembuangan akhir. Pada bangunan bertingkat, pengangkutan limbah biasanya dibantu dengan penggunaan cerobong limbah atau lift pada sudut bangunan. Kendala yang ada pada sistem lift atau cerobong tersebut adalah pada upaya pembersihannya, resikonya menjadi tempat perkembangbiakan kuman, resiko bahaya kebakaran, dan pencemaran udara. Bangunan yang menggunakan sistem tersebut juga harus dilengkapi dengan Universitas Sumatera Utara sarana pemadam kebakaran. Pengangkutan limbah klinis memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan disiplin dari pihak petugasnya. Apabila diangkut dengan kontainer khusus, kontainer yang digunakan harus kuat dan tidak bocor, serta mudah dibersihkan. Kendaraan yang dipakai harus memenuhi syarat dalam hal kemudaha pemakaian dan pembersihannya, selain dilengkapi juga dengan alat pengumpul kebocoran. Dalam kendaraan pengangkut limbah, ruang supir secar fisik harus terpisah dari ruang limbah, selain dilengkapi dengan kode atau tanda peringatan.

5. Penampungan Sementara Limbah Medis

Tempat penampungan sementara harus memilki lantai yang kokoh dengan dilengkapi drainase yang baik dan mudah dibersihkan serta didesinfeksi. Selain itu tidak boleh berada dekat dengan dapur. Harus ada pencahayaan yang baik serta kemudahan akses untuk kendaraan pengumpul limbah. Menurut Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2004, penyimpanan limbah padat medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan maksimal 48 jam dan musim kemarau maksimal 24 jam. Untuk limbah medis RSPAD setelah pengangkutan dilakukan, limbah dalam kantong kuning tersebut dikumpulkan terlebih dahulu dalam ruang khusus dengan kapasitas + 23m 3 . Fungsi penyimpanan ini adalah untuk mengumpulkan limbah medis sebelum dibakar untuk mencegah terjadinya penularan baik melalui udara, kontak langsung maupun melalui binatang Paramita, 2007. Universitas Sumatera Utara

6. Pemusnahan Limbah Medis

Menurut Chandra 2005, Kegiatan pemusnahan merupakan tahap akhir dari proses pengolahan limbah rumah sakit. Limbah dari lokasi penampungan akhir rumah sakit diangkut ke luar rumah sakit dengan menggunakan sarana angkutan dinas kebersihan kota atau pun swasta, khususnya untuk limbah non medis. Untuk limbah medis yang mudah terbakar dimusnahkan dengan menggunakan insenerator. Dalam hal ini diperhatikan lokasi penempatan insenerator yang berkaitan dengan jalur pengangkutan limbah, jalur pembuangan abu, dan sarana gedung untuk melindungi insenerator dari bahaya kebakaran. Untuk limbah medis yang tidak mudah terbakar, limbah tersebut disterilkan dahulu dengan autoclave baru kemudian dibuang. Tahap akhir pengelolaan limbah medis di RSPAD adalah dengan menggunakan incenerator. Limbah medis yang telah terkumpul dalam ruang penyimpanan kemudian dibakar dan pembakaran dilakukan dua hari sekali dengan kapasitas maksimal incenerator. Limbah medis yang telah terkumpul dalam ruang penyimpanan kemudian dibakar dan pembakaran dilakukan dua hari sekali dengan kapasitas maksimal incenerator 5m 3 Paramita, 2007.

7. Pembuangan Akhir Limbah Medis

Menurut Chandra 2005, Hasil dari pengolahan limbah medis berupa abu merupakan tahap akhir dari pengelolaan limbah medis, biasanya dengan cara penimbunan landfill. Tujuan dari penimbunan limbah medis di tempat penimbunan adalah untuk menampung dan mengisolasi limbah medis yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan menjamin perlindumgan terhadap kesehatan menusia Universitas Sumatera Utara dan lingkungan dalam jangka panjang. Tempat atau lokasi yang diperuntukkan khusus sebagai tempat penimbunan secure landfill limbah medis didesain sesuai dengan persyaratan penimbunan limbah B3.

2.7.2 Pengelolaan Limbah Padat Non Medis Rumah Sakit

Menurut Atik 2011, Banyak limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit. Tidak semua limbah berbahaya yang dihasilkan, tetapi prosedur penanganan yang paling berbahaya dan membutuhkan spesifik yang tidak menimbulkan ancaman saat menangani. Secara umum, tahap mengelola limbah padat baik medis maupun non medis, terdiri dai pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, dan pembuangan atau pembakaran.

1. Pemilahan dan Penyimpanan

Sampah biasanya ditampung di tempat produksi sampah untuk beberapa lama. Untuk itu, setiap unit hendaknya disediakan tempat penampungan dengan bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah sampahserta kondis setempat. Hendaknya sampah tidak dibiarkan di tempat penampungan terlalu lama atau dapat pula langsung diangkut ke tempat penapungan blok atau pemusnahan. Adapun persyaratan penampungan sampah antara lain Depkes, 2002. a. Bahan tidak mudah berkarat. b. Kedap air terutama untuk menampung sampah basah. c. Bertutup rapat. d. Mudah dibersihkan. e. Mudah dikosongkan atau diangkut. f. Tidak menimbulkan bising. g. Tahan terhadap benda tajam atau runcing. Universitas Sumatera Utara Untuk memudahkan pengosongan dan pengangkutan, penggunaan kantong plastik pelapis dalam bak sampah sangat disarankan. Kantong plastik tersebut membantu membungkus sampah saat mengangkut sehingga mengurangi kontak langsung mikroba dengan manusia, mengurangi bau dan tidak terlihat sehingga lebih elastis dan memudahkan pencucian bak sampah. Dimana pencucian bak dilakukan untuk menjaga peralatan dan kondisi setempat yang dilakukan setelah pengosongan dan kemudian disarankan untuk dilakukan desinfeksi. Pengelolaan limbah rumah sakit sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara pemisahan limbah padat yang dihasilkan di setiap kamar limbah medis dengan kantong plastik kuning dan non medis dengan kantong plastik hitam yang dilakukan oleh petugs kebersihan, kemudian diangkut dengan limbah medis yang telah dipisahkan.

2. Pengangkutan

Pengangkutan sampah dimulai dengan pengosongan bak sampah di setiap unit dan diangkut ke pengumpulan lokal atau ke tempat pemusnahan. Pengangkutan biasanya dengan kereta, sedang untuk bangunan bertingkat dapat dibantu dengan menyediakan cerobong sampah. Untuk merencanakan pengangkutan sampah rumah sakit perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Penyebaran tempat penampungan sampah b. Jalur jalan dalam rumah sakit c. Jenis dan kapasitas sampah d. Jumlah tenaga dan sarana yang tersedia Universitas Sumatera Utara Alat pengangkut sampah di rumah sakit dapat gerobak atau troli dan kereta yang harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai berikut: a. Memiliki wadah yang mudah dibersihkan bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup. b. Harus kedap air dan mudah untuk diisi untuk dikosongkan. c. Setiap keluar dari pembuangan akhir selalu dalam kondisi bersih. Peralatan-peralatan tersebut harus jelas dan diberi label, dibersihkan secara teratur dan hanya digunakan untuk mengangkut limbah padat dalam tas medis dan non medis secara bersamaan. Troli dilengkapi dengan drum. Semua kegiatan transportasi yang dilakukan oleh petugas di layanan pembersihan kamar, sebanyak 1 orang setiap waktu transportasi.

3. Pembuangan

Pembuangan sampah berdasarkan Departemen Kesehatan RI tahun 2002 dapat ditempuh melalui dua alternatif : 1. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis secara terpisah. Pemisahan ini dimungkinkan bila dinas kesehatan dapat diandalkan sehingga beban rumah sakit tinggal memusnahkan sampah medis. 2. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis dijadikan satu. Dengan demikian rumah sakit harus menyediakan sarana yang memadai. Untuk sampah non medis atau biasa disebut sampah domestik diperlukan suatu konstruksi tempat pengumpulan sampah sementara yang terbuat dari dinding semen atau dengan kontainer logam yang sesuai dengan persyaratan Universitas Sumatera Utara umum yaitu kedap air, mudah dibersihkan, dan bertutupkan rapat. Ukuran hendaknya tidak terlalu besar sehingga mudah di kosongkan. Apabila jumlah sampah yang ditampungan cukup banyak, maka perlu, maka perlu penambahan jumlah kontainer. Kontainer terbuat dari bahan besi ataupun plastik. Untuk limbah non medis pembuangan limbah dalam lingkup rumah sakit dilakukan di tempat penampungan sementara dalam bentuk sebuah wadah terbuka dengan kapasitas 6m 3 . Kemudian sampah dalam wadah untuk selanjutnya ditangani oleh Dinas Kebersihan. Pengiriman limbah dilakukan setiap dua atau tiga hari, namun berdasarkan keputusan menteri seyogyanya dibuang setap hari.

2.8 Persyaratan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Sesuai KEPMENKES No.1204MenkesSKX2004

1. Persyaratan Pengelolaan Limbah Padat Medis a. Minimisasi Limbah:

1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber. 2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun. 3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. 4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang. Universitas Sumatera Utara

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang

1. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan limbah. 2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. 3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. 4. Jarum dan syringe harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. 5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus harus dilakukan tes Bascillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis. 6. Limbah jarum hipodermik tidak diianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai disposable, limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi. 7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label lihat tabel 2.2. 8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X. Universitas Sumatera Utara 9. Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”. Tabel 2.3 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori No Kategori Wadah kontainerkan tong plastik Lambang Keterangan 1. Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif 2. Sangat infeksius Kuning Kantong plastik kuat,anti bocor, atau kontainer yang dapat di sterilisasi dengan otoklaf 3. Limbah infeksius,patologi dan anatomi Kuning Plastik kuat dan anti bocof atau kontainer 4. Sitotoksis Ungu Kontainer palstik kuat dan anti bocor 5. Limbah kimia dan farmasi Coklat - Kantong palstik atau kontainer Sumber: Kepmenkes No.1204, 2004 Universitas Sumatera Utara

c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat di Lingkungan Rumah Sakit