25
Perkawinan adalah hubungan antara pria dan wanita yang disatukan melalui ikatan pernikahan yang berdasarkan atas rasa cinta, kasih sayang dan adanya
komitmen. Selain itu, perkawinan juga merupakan dasar terbentuknya suatu hubungan kekeluargaan dengan berlandaskan pada peraturan, nilai-nilai dan norma-
norma yang harus dijalankan secara bersama-sama baik dalam memilih dan mengambil keputusan.
Perkawinan merupakan pertalian jiwa dan raga yang terjalin karena adanya kemauan yang sama dan ikhlas antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup
bersama sebagai seorang suami dan isteri. Dalam tahap awal, ikatan batin sangat dibutuhkan karena di dalamnya mencerminkan kerukunan dan kenyamanan.
Terjalinnya ikatan lahir batin inilah yang merupakan dasar utama dalam membentuk dan membina keluarga yang harmonis dan kekal.
2.1.2 Syarat-syarat Perkawinan
Menurut R. Soetojo Prawirohamidjojo syarat-syarat perkawinan terbagi menjadi dua, yaitu syarat internal syarat dalam bentuk materil dan syarat eksternal
syarat dalam bentuk formal. Syarat intern berkaitan
dengan para pihak yang akan melangsungkan perkawinan. Sedangkan syarat ekstern berhubungan dengan hal-hal yang
secara umum harus dipenuhi dalam melangsungkan perkawinan.
Syarat-syarat dalam perkawinan tersebut telah diatur dan dijelaskan dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang berbunyi:
Pasal 6 ayat:
1
Perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
2
Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai usia 21 tahun harus memperoleh izin dari kedua orang tuanya.
Universitas Sumatera Utara
26
Pasal 7 ayat: 1
Perkawinan hanya diizinkan apabila usia pria telah mencapai 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai 16 tahun.
Pasal 8 ayat:
1
Ketentuan perkawinan yang dilarang adalah sebagai berikut: perkawinan sedarah, perkawinan sesusuan, perkawinan hubungan saudara, dan
perkawinan yang bertentangan dengan agama atau kepercayaan masing- masing.
Pasal 9 Seseorang yang terikat dengan tali pernikahan tidak diperbolehkan untuk
menikah lagi kecuali telah memperoleh keputusan dari pengadilan dengan ketentuan dan syarat yang telah ditetapkan.
Pasal 10 Apabila pasangan suami isteri telah becerai kemudian menikah kembali dan
bercerai untuk yang kedua kalinya, maka mereka tidak diperbolehkan untuk menikah lagi.
2.1.3 Tujuan Perkawinan
Dalam rumusan pengertian perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tercantum tujuan perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga rumah
tangga yang bahagia dan kekal. Ini berarti perkawinan dilakukan bukan hanya untuk sementara atau untuk jangka waktu tertentu, akan tetapi untuk seumur hidup atau
selama-lamanya dan tidak boleh diputus dengan begitu saja karena pemutusan
perkawinan dengan perceraian hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa.
Universitas Sumatera Utara
27
Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk itu suami dan isteri harus saling
membantu dan melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan materil. Adapun
tujuan dari perkawinan ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memperoleh keturunan yang sah, yang akan melangsungkan serta mengembangkan keturunan suku-suku bangsa manusia;
2. Untuk memenuhi tuntutan naluriah hidup manusia dalam menyalurkan hasrat
dan kasih sayangnya; 3.
Untuk memelihara manusia dari kejahatan dan kerusakan; 4.
Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang; dan
5. Menumbuhan kesungguhan untuk bertanggung jawab dalam menerima hak
dan kewajiban sebagai keluarga. Tujuan pernikahan merupakan hal yang sangat penting, karena tujuan
pernikahan merupakan arah sebuah pernikahan berjalan. Jika tidak ada tujuan yang ingin dicapai, maka sebaiknya pernikahan jangan dilakukan. Berdasarkan tujuan
yang telah dipaparkan, secara umum tujuan dari pernikahan itu sendiri adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia berdasarkan atas rasa cinta dan kasih sayang
antara pasangan suami, isteri, dan anak serta bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan.
Universitas Sumatera Utara
28
2.1.4 Jenis-jenis Perkawinan