Letak dan Batas Wilayah Desa Orbitasi Pengantar Kesimpulan

55 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Terbentuknya Desa Sei Semayang

Nama Sei Semayang Merupakan salah satu berasal dari nama sebuah pohon yang ada di dekat sungai. Pohon tersebut bernama pohon mayang. Kerena banyaknya aktivitas yang dilakukan di sungai tersebut, seperti mencuci, mandi, dan keperluan lainnya maka lama-kelamaan orang-orang menyebutnya sungai mayang. Seperti biasa kebanyakan orang suka mempersingkat penyebutan nama daerah, maka disebutlah daerah itu menjadi Sei Semayang Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa dahulu Sei Semayang adalah tempat persinggahan bagi orang-orang yang dalam perjalanan dari arah Medan menuju Langkat atau sebaliknya. Di Desa Sei Semayang ini ada sungai yang cukup besar dan biasanya dijadikan tempat untuk sembahyang. Orang-orang menyebut daerah itu dengan sebutan sungai Sembahyang dan berubah menjadi Sei Semayang. Di zaman Belanda desa ini bernama Rofferdam-A. Setelah itu berubah menjadi desa sei semayang yang dipimpim oleh kepala kampung yang bernama Paiman pada tahun1946-1963. Pada tahun 1965 tepatnya pada tanggal 30 September, Desa Sei Semayang dipimpin oleh NG.Sembiring sebagai pejabat kepala kampung desa. Selanjutnya melalui pemilihan kepala desa Sei Semayang NG.Sembiring terpilih menjadi Kepala Desa Sei Semayang sampai tanggal 11 Mei 2001.

4.2 Letak dan Batas Wilayah Desa

Batas wilayah Desa Sei Semayang adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Jl. Raya Medan – Binjai; Universitas Sumatera Utara 56 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sei Mencirim, desa Krio; 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pujimulio; dan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tunggurono.

4.3 Orbitasi

Desa Sei Semayang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang mempunyai orbitasi sebagai berikut: 1. Jarak ke Kota Binjai : 3 Km 2. Jarak ke arah Medan : 4 Km

4.4 Keadaan Demografi

Dilihat dari segi keadaan Demografi dapat kita uraikan keadaan Desa Sei Semayang berdasarkan luas dan wilayah penggunaan lahan, Pembagian wilayah dalam Desa Sei Semayang tersebut. Komposisi penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, agama yang dianut, etnis dan suku, dan yang terakhir dilihat berdasarkan mata pencaharian.

4.4.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Sei Semayang adalah 1.200 Hektar, adapun potensi lahan yang dimiliki oleh Desa Sei Semayang adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 57 Tabel 4.1 No. Penggunaan Lahan Luas Ha 1 2 3 4 5 6 Persawahan a. Tadah Hujan b. Irigasi Setengah Teknis Perkebunan a. Perladangan b. Perkebunan Negara Perdagangan a. Industri b. Pertokoan c. Pasar Desa Fasilitas Umum a. Perkuburan b. Lapangan Olah Raga c. Jalur Hijau Fasilitas Perkantoran Pemerintah a. Kantor Kepala Desa Sei Semayang b. Kantor Camat Sunggal c. Kantor 01 Koramil Sunggal Perumahan PendudukKompleks Perumahan 102 Ha 95 Ha 188 Ha 700 Ha 35 Ha 6,8 Ha 0,5 Ha 5 Ha 2 Ha 1,4 Ha 0,06 Ha 0,1 Ha 0,07 Ha 64 Ha Jumlah 1200 Ha Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Universitas Sumatera Utara 58 Sesuai dengan lokasi desa yang terletak di perkebunan, sebagian besar lahan yaitu sebanyak 700 Hektar dipergunakan untuk perkebunan yang mengahasilkan kelapa sawit, kopi, dan sebagainya. begitu juga dengan fasilitas perkantoran pemerintah bagi Desa Sei Semayang yaitu seluas 0,23 Hektar lainnya digunakan untuk perumahan penduduk warga Desa Sei Semayang.

4.4.2 Pembagian Wilayah

Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 18 dusun, yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusun, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.2 No. Nama Nama Kepala Desa 1 Aman Damai Syafii 2 Sidodadi Ukurta Surbakti 3 Perum BTN Sukarmin 4 DiskiMesjid Paimin 5 Kali Rejo S. Sukiman 6 Sridadi Ramli 7 Pule Rejo Suhartono 8 Karang Rejo Jumadi Kusuma 9 Pasar Besar Mhd. Iskhak Riduan 10 Pasar Kecil M. Sitepu 11 Gang Horas Appolo Mangunsong 12 Konggo Kongsi Sugiarto 13 Pondok Miri Edy Koesno Universitas Sumatera Utara 59 14 Emplasmen S. Mulyono 15 Kelingan Amir 16 Pasar IV Suheri 17 Sempat Asih Masa Ginting 18 Telaga Dingin Ngarap Ginting Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010

4.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Jumlah penduduk Desa Sei Semayang terdiri dari berbagai kelompok usia, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.3 No. Kelompok Usia Jumlah orang 1 2 3 4 5 6 7 0 – 6 Tahun 7 – 12 Tahun 13 – 18 Tahun 19 – 24 Tahun 25 – 55 Tahun 56 – 79 Tahun 80 Tahun ke Atas 4.554 2.248 3.266 2.980 10.530 1.722 279 Jumlah 24.628 Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Berdasarkan tabel di atas, kelompok usia yang dominan di Desa Sei Semayang adalah usia 25 – 55 tahun yang berjumlah 10.530 orang. Sedangkan kelompok usia 80 tahun ke atas merupakan kelompok usia yang terkecil dengan jumlah 279 orang. Universitas Sumatera Utara 60

4.4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Adapun Komposisi Penduduk Desa Sei Semayang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.4 No. Nama Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Aman Damai Sidodadi Perum BTN DiskiMesjid Kali Rejo Sridadi Pule Rejo Karang Rejo Pasar Besar Pasar Kecil Gang Horas Konggo Kongsi Pondok Miri Emplasmen Kelingan Pasar IV Sempat Arih Telaga Dingin 1.541 323 470 483 469 1.117 1.241 862 1.478 636 278 1.719 697 458 636 627 236 207 1.312 297 468 478 443 877 1.005 717 1.011 646 309 1.488 648 407 609 503 212 232 2.583 620 938 961 912 1.994 2.246 1.579 2.489 1.282 587 3.207 1.345 865 1.245 1.130 448 439 Jumlah 13.478 jiwa 11.150 jiwa 24.628 Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Universitas Sumatera Utara 61 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dusun yang memiliki proporsi terbesar dalam Desa Sei Semayang adalah Konggo Kongsi yang memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.719 Jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 3.207 Jiwa. Sedangkan dusun yang memiliki proporsi terkecil adalah Sempat Arih yang memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 236 Jiwa dan perempuan sebanyak 212 Jiwa.

4.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut

Di Desa Sei semayang, mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Namun, ada juga masyarakat yang menganut agama lain, yaitu sebagai berikut: Gambar 4.5 No. Agama Jumlah Persen 1. 2. 3. 4. IslamKristen Protestan Kristen Katolik Hindu 16.514 6.637 2.089 2.089 86, 0 6,4 4,8 1,8 Jumlah 34.628 Jiwa 100 Sumber: Profil data Sei Semayang 2010

4.4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku

Adapun Komposisi Penduduk Desa Sei Semayang berdasarkan Etnis atau Suku dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Universitas Sumatera Utara 62 Tabel 4.6 No. Jenis EtnisSuku Jumlah Persen 1. 2. 3. 4. 5. Jawa Melayu Batak Tamil Lain-lain 6.732 4.432 610 234 13.632 16,13 11,90 6,71 2,97 20,67 Jumlah 24.682 Jiwa 100 Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa suku Jawa merupakan suku mayoritas Penduduk Desa Sei Semayang yaitu sebanyak 6.732 jiwa. Adapun suku lain yang memiliki jumlah terkecil adalah suku Tamil yaitu sebanyak 234 jiwa. Namun, ada juga berbagai macam suku lain yang menjadi bagian dari masyarakat Desa Sei Semayang seperti suku Karo, Mandailing, Tionghoa, Minang, Aceh, Gayo, Nias, Pakpak, Banten, dan suku Bugis yaitu sebanyak 13.632 jiwa.

4.4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Seperti yang dijelaskan pada tabel sebelumnya bahwa jumlah penduduk Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal berjumlah 24.682 jiwa dan terdiri dari 5.062 Kk. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka mata pencaharian mereka pun bermacam-macam, diantaranya sebagai PNS, Karyawan Swasta, Pedagang, TNI, Polri, dan lain-lain. Hal ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 63 Tabel 4.7 No. Mata Pencaharian Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pegawai Negeri S ipil Pegawai Swasta WiraswastaPedagang TNIPolri Jasa Pensiunan Karyawan Pabrik Buruh Bangunan Pengusaha Industri Kecil Supir Buruh Perkebunan Petani 825 orang 1.195 orang 62 orang 17 orang 108 orang 98 orang 933 orang 2.334 orang 8 orang 218 orang 1.896 orang 65 orang Jumlah 7.760 orang Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa Buruh Perkebunan dan Buruh Bangunan adalah profesi yang paling mendominan di Desa Sei Semayang dengan jumlah sebanyak 2.334 orang. Sedangkan proses yang sangat sedikit adalah pengusaha Industri Kecil yaitu sebanyak 8 orang. Universitas Sumatera Utara 64

4.4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berjumlah 24.628 jiwa dan dengan luas wilayah 1200 Ha, maka kepadatan penduduk Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.8 No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Belum Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTASMA Umum Tamat SLTASMK Kejuruan Tamat Akademik Tamat Perguruan Tinggi SI ke atas 8.789 991 4.236 3.698 3.790 2.485 797 994 497 Jumlah 24.682 orang Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 4.5 Sarana dan Prasarana Desa Sei Semayang 4.5.1 Fasilitas Sarana dan Tempat Ibadah Dalam melaksanakan segala kegiatan keagamaan di Desa Sei Semayang kecamatan Sunggal telah dibangun sarana ibadah, baik berupa mesjid atau mushola bagi masyarakat yang beraga Islam maupun sarana-sarana tempat ibadah lainnya Universitas Sumatera Utara 65 seperti gereja dan kuil. Untuk mengetahui data sarana ibadah tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.9 No. Jenis Sarana Ibadah Jumlah Unit 1. 2. 3. 4. Mesjid Mushola Gereja Kuil 8 6 4 3 Jumlah 21 unit Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010

4.5.2 Fasilitas Kelayakan Jalan

Penjelasan terkait kelayakan jalan dan kondisi jalan yang telah dibangun dan yang menghubungkan antara Desa Sei Semayang dengan desa-desa lain, begitu juga dengan kota serta kabupaten lain dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 No. Jalan Panjang Km Kondisi 1. 2. 3. 4. Propinsi Kabupaten Desa Gang 4 3 25 8 Baik dan beraspal Baik dan beraspal Baik dan beraspal Baik dan di cor semen Jumlah 40 Km Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Universitas Sumatera Utara 66

4.5.3 Fasilitas Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan bagi masyarakat Desa Sei Semayang sudah cukup memadai, hal ini terlihat dengan adanya sekolah-sekolah seperti TK, SD Negri ataupun SD Swasta, dan SLTP Negeri ataupun Swasta dapat di lihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.11 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Unit Jumlah Murid Jumlah Pengajar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. TK SD Negeri SD Impres SD Swasta SLTP Negeri SLTP Swasta SMA Swasta 1 4 2 2 1 3 2 86 1.423 425 1.698 859 1.735 485 7 53 34 65 38 78 36 Jumlah 15 orang 6.711 orang 311 orang Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010

4.5.4 Fasilitas Sarana Transportasi Desa Sei Semayang

Adapun fasilitas dan sarana transportasi yang terdapat di Desa Sei Semayang dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 67 Tabel 4.12 No. Sarana Transportasi Jumlah Unit 1. 2. 3. 4. 5. Becak Becak Mesin Sepeda Motor Angkutan Kota Angkot Truk 135 10 87 115 7 Jumlah 354 unit Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa becak merupakan sarana trasportasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Desa Sei Semayang yaitu sebanyak 135 unit. Sedangkan truk adalah alat trasportasi yang paling sedikit digunakan oleh masyarakat yaitu sebanyak 7 unit.

4.5.5 Fasilitas Pengguna Sarana Komunikasi, Listrik dan Air Minum

Masyarakat Desa Sei Semayang telah mendapatkan fasilitas-fasilitas yang dapat mempermudah kelangsungan aktivitas kehidupan mereka seperti adanya sarana PLN, PDAM, dan juga kantor pos. Adapun pelanggan listrik PLN adalah sebanyak 7.425 Kk dan Air PDAM adalah sebanyak 896 Kk, dapat dilihat bahwa masih banyak rumah tangga yang belum menggunakan jasa air bersih milik perusahaan pemerintah tersebut.

4.5.6 Sarana Kesehatan

Di Desa Sei Semayang ada juga terdapat sarana dan prasarana kesehatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 68 Tabel 4.13 No. Sarana Kesehatan Jumlah Jumlah Tenaga Medis 1. 2. 3. Puskesmas Poliklinik Balai Pengobatan 1 2 4 8 3 4 Jumlah 7 unit 15 orang Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang paling banyak yang ada di Desa Sei Semayang adalah Balai Pengobatan yaitu sebanyak 4 unit dengan jumlah tenaga medis sebanyak 4 orang. Sedangkan yang paling seidkit adalah Puskesmas yaitu sebanyak 1 unit dengan jumlah tenaga medis sebanyak 8 orang. 4.6 Potensi Desa Sei Semayang 4.6.1 Potensi Jasa dan Usaha Perdagangan Adapun potensi dan usaha yang terdapat di dalam lingkup wilayah Desa Sei Semayang yaitu ada beberapa jenis kegiatan dan usaha yang mendukung dan menolak kinerja pemerintahan dan juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakatnya. Hal tersebut bisa di lihat pada tabel di bawaha ini. Universitas Sumatera Utara 69 Tabel 4.14 No. Jenis Usaha Jumlah Unit Jumlah Tenaga Kerja Orang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Penginapanwisma Rumah Makan Pertokoan Stasiun BusAngkot Reperasi Elektronik Tukang Jahit Bengkel Kerajinan Keramik Industri Rumah Tangga Koperasi Simpan Pinjam 3 8 16 4 3 6 5 2 4 1 60 23 29 11 7 12 19 15 17 5 Jumlah 52 198 Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010

4.6.2 Potensi Hasil Peternakan dan Perikanan

Berikut adalah beberapa hasil dari potensi peternakan dan perikanan yang dihasilkan oleh beberapa masyarakat yang ada di Desa Sei Semayang, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 70 Tabel 4.15 No. Jenis Komoditi Jumlah ekor 1 2 3 4 5 6 Sapi Kambing Ayam Bebek Ikan Kolam Babi 26 85 6.151 186 259 43 Jumlah 6.750 ekor Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010

4.7 Sistem Pemerintahan Desa Sai Semayang

Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Desa saat ini bernama Asli Sembiring juga dibantu oleh Sekretaris Desa dan juga kepala-kepala bagian yang menangani bidang masing-masing, seperti Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Umum, Kepala Urusan Kesra, dan Kepala Urusan Perekonomian. Sedangkan posisi struktur pemerintahan Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal yang paling bawah adalah Kepala Dusun. Hla ini dapat dilihat dalam bagan struktur pemerintahan di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 71 Kepala Desa Asli Sembiring Sekretaris Desa Risda Ka. Pembangunan Tri Suci Ka. Kesra Hari Satria Utomo Ka. Umum Abdul Razak Ka. Perekonomian Hendra Budi Hartono Amd. Kepala Dusun V Kepala Dusun VI Kepala Dusun VII Kepala Dusun VIII Kepala Dusun IX Kepala Dusun IV Kepala Dusun III Kepala Dusun II Kepala Dusun I Kepala Dusun X Kepala Dusun XI Kepala Dusun XII Kepala Dusun XII Kepala Dusun XIII Kepala Dusun XIV Kepala Dusun XV Kepala Dusun XVI Kepala Dusun XVII Kepala Dusun XVIII Gambar 4.2 Struktur Pemerintahan Desa Sei Semayang Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Setiap Desa memiliki Sistem Pemerintahan yang diduduki oleh seorang Kepala Desa, dimana Kepala Desa bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas pemerintah guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakatnya. Untuk memperlancar tugasnya, maka Kepala Desa dibantu oleh Sekretasis Desa dan dibantu juga oleh beberapa orang staff kepala urusan masing-masing yang menangani bidang Universitas Sumatera Utara 72 urusannya seperti ada Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Umum, Kepala Urusan Kesra, dan yang terakhir ada Kepala Urusan Perekonomian.

4.7.1 Aparat Ketertiban dan Ketentraman Desa

Untuk membantu perekonomian Sistem Pemerintahan Desa Sei Semayang yang kondusif, kama dibutuhkan sistem keamanan untuk menjaga ketertiban dan ketentraman desa tersebut. Adapun aparat ketertiban dan ketentraman desa terdiri dari nggota Hansip, anggota Kamra, dan Kelompok masyarakat yang tergabung dalam Poskamling. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.16 No. Aparat Keamanan Jumlah orang 1. 2. 3. Anggota Hansip Anggota Kamra Anggota Poskamling 10 10 18 Jumlah 38 Sumber: Profil Desa Sei Semayang 2010 Universitas Sumatera Utara 73 BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitataif, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara dengan informan. Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 orang, dengan komposisi 6 orang informan utama dan 6 orang informan kunci. Pada informan utama dan informan kunci dilakukan wawancara yang mendalam untuk memperoleh data mengenai perceraian dan pemenuhan hak-hak anak. Infroman utama dalam penelitian ini adalah 6 orang yang terdiri dari 3 orang yang pernah mengalami perceraian dan 3 orang anak yang merasakan dampak dari perceraian orang tua. Sedangkan informan kunci dalam penelitian ini adalah 6 orang yang hidup berdampingan dengan keluarga yang pernah mengalami perceraian seperti kakek, nenek, paman, bibi, saudara sekandung, ataupun saudara sepupu. 5.2 Hasil Temuan 5.2.1 Informan Utama I: Orang yang pernah bercerai Nama : EJ TempatTanggal Lahir : 14 Juli 1983 Usia : 33 tahun Pekerjaan : Guru TK Universitas Sumatera Utara 74 Alamat : Medan Agama : Islam EJ merupakan seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai seorang guru TK di salah satu Sekolah Taman Kanak-kanak TK swasta di Desa Sei Semayang. EJ pernah mengalami masalah dalam rumah tangga yang mengakibatkan perceraian. EJ memilih untuk bercerai alasannya karena adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dirasakan EJ yang dianggapnya sudah terlewat batas. Hal ini diakibatkan karena adanya kecemburuan dalam perolehan pendapatan karena EJ bekerja sebagai guru dan suaminya hanya seorang serabutan kuli bangunan. Berikut penuturan EJ: “Dia kalau lagi marah suka sekali manggil saya pakai kata-kata kotor, kadang mau dia maki-maki saya depan anak-anak. Pernah sekali itu dia mau pukul saya tapi karena anak-anak saya lihat, dia jadi tidak berani. Saya heran, kenapa harus mempermasalahkan saya bekerja, harusnya dia itu bersyukur karena saya bisa membantu dia dalam mencari nafkah. Jika saya juga menghasilkan uang, otomatis ekonomi keluarga sayakan juga ikut terbantu, kebutuhan anak pun juga bisa terpenuhi. Sekarang iya anak-anak masih kecil, kebutuhannya masih sedikit, tapi nanti kalau sudah besar, pendidikannya semakin tinggi, apa tidak membutuhkan uang banyak. Dia hanya memikirkan gengsinya saja. Mungkin karena penghasilan saya lebih besar daripada dia.” Hubungan EJ dengan suaminya selama masa perkawinan sangat baik. Pola komunikasinya berjalan lancar. Hal ini ditandai dari keseharian EJ dengan suami Universitas Sumatera Utara 75 yang selalu berbagi cerita pada saat berada di rumah setelah pulang bekerja. Berikut penuturan EJ: “Saya menikah sudah hampir 8 tahun. Dan lima tahun di awal pernikahah semua baik-baik saja. Hubungan saya dan suami baik. Komunikasi juga lancar. Di rumah pun kami sering cerita tentang bagaimana pekerjaan hari ini.” Hubungan EJ dengan keluarga besar juga berjalan dengan baik. Selama masa pernikahan masih berjalan, hubungan EJ dan anak-anaknya dengan keluarga besar pihak suami sangat erat. Hal ini ditandai dari keseharian EJ dimana EJ tidak merasa sungkan untuk bercerita dan meminta pendapat jika EJ sedang mengalami masalah di rumah. Pada saat-saat tertentu, EJ dan keluarga besarnya tersebut baik ibu dari suami, kakak dari suami, ataupun adik dari suami sering berbelanja bersama baik itu untuk kebutuhan rumah tangga ataupun untuk kebetuhan pribadi. Berikut penuturan EJ: “Saya dengan keluarga suami saya juga hubungannya baik. Bahkan kami sering janjian untuk belanja keperluan dapur sama-sama ke pasar. Kadang juga kalau mau belanja baju atau mau beli yang lain-lain juga sering sama- sama. Kalau ada masalah di rumah juga ceritanya ke mertua, tapi seringnya ke kakak ipar. Sama anak-anak juga hubungannya baik, bahkan sering dikasih uang jajan sama neneknya orang tua suami.” Keinginan EJ yang ingin bercerai mendapat pertentangan dari kedua orang tua EJ. Alasannya adalah karena anak. Anak-anak EJ masih kecil saat ini yaitu usia 6 Universitas Sumatera Utara 76 dan 9 tahun, sehingga orang tua EJ perpendapat bahwa jika EJ bercerai maka perkembangan anak-anaknya akan terganggu dikemudian hari. Berikut penuturan EJ: “Sebenarnya tidak ada yang setuju jika saya bercerai, termasuk orang tua saya karena mikirin anak-anak. Jika bercerai nanti bagaimana dengan anak- anak, kan mereka masih kecil. Jadi ada rasa kasihan.” Dukungan yang EJ terima dari keluarga adalah nasihat. Berikut penuturan EJ: “Keluarga hanya kasih nasihat aja. Nasihati soal anak-anak nantinya bagaimana kalau saya bercerai.” Pendapat keluarga tentang keputusan perceraian yang diambil oleh EJ, keluarga memberikan respon netral. Artinya, keluarga tidak mendukung ataupun melarang keputusan EJ tersebut alasannya karena keluarga sepenuhnya menyerahkan keputusan tersebut ke tangan EJ dan apapun keputusan tersebut keluarga berpendapat bahwa keputusan itu adalah yang terbaik. Berikut penuturan EJ: “Keluarga tidak ada yang berani ikut campur dalam keputusan bercerai. Karena dalam masalah ini kan saya yang tau kenapa dan saya yang merasakan. Saya udah tidak tahan sama sikapnya makanya saya minta cerai. Orang tua saya memang tidak mendukung saya bercerai, tapi orang tua saya menghargai keputusan saya itu karena mereka beranggapan apapun keputusannya itu yang terbaik buat saya dan anak-anak kedepannya.” Respon anak setelah mengetahui keputusan EJ untuk bercerai adalah kaget, tapi mereka menerima karena mereka masih kecil. Anak-anak EJ pernah bertanya tentang hubungan EJ dengan ayahnya kenapa tidak bisa bersama. Pertanyaan seperti Universitas Sumatera Utara 77 ini dianggap EJ biasa saja karena anak-anak EJ belum mengerti tentang apa yang dialami oleh kedua orang tuanya. Berikut penuturan EJ: “Anak-anak pernah bertanya, kenapa ibu tidak berbaikan dengan ayah? Saya hanya bisa bilang ke mereka bahwa kalian masih kecil dan belum mengerti. Nanti kalau kalian sudah besar, pasti kalian akan mengerti.” Hambatan yang dirasakan oleh EJ ketika berkeinginan untuk bercerai adalah masalah biaya. Biaya untuk melakukan gugatan perceraian ke pengadilan agama membutuhkan biaya yang tidak sedikit yaitu sekitar Rp 3.500.000,-. Hal itulah yang membuat EJ sampai sekarang belum sah bercerai secara hukum. Akan tetapi, EJ dan suami telah sah bercerai secara agama karena EJ dan suami sudah berbisah sejak lebih 1 tahun yang lalu tanpa memberikan nafkah. Berikut penuturan EJ: “Sudah hampir setahun inilah dia pergi dari rumah, tanpa memberi nafkah dan perhatian sama anak-anak. Jika seperti ini, secara agama saya dengan dia sudah resmi bercerai. Tapi secara hukum belum saya urus gugatan perceraian ke Pengadilan Agama. Biarin dia aja yang urus. Mengajukan gugatanke pengadilankan butuh biaya, kalau tidak salah sekitar Rp 3.500.000 sekali ngajukan gugatan, daripada uangnya untuk itu mending uangnya saya pakai untuk kebutuhan anak-anak.” Hal yang menjadi pertimbangan EJ dalam mengambil keputusan untuk bercerai adalah kondisi mental anak-anak. EJ dan suami memang sering bertengkar dan terkadang melakukan kontak fisik memukul. Pada saat pertengkaran terjadi, anak- anak EJ selalu melihat dan mendengar yang mengakibatkan adanya perasaan takut. Berikut penuturan EJ: Universitas Sumatera Utara 78 “Daripada anak-anak saya terus-terusan melihat ayahnya kasar sama saya takutnya udah besar nanti mereka malah merasa benci sama ayahnya. Kadang mereka nangis kalau udah lihat saya dipukul dan kalau ada ayahnya dirumah kadang mereka tidak mau keluar kamar. Lagi pula saya tidak mau kalau anak-anak saya juga ikut mendapat perlakuan kasar dari dia.” EJ berharap dari perceraian ini agar bisa hidup tenang dan bahagia tanpa adanya tekanan dari suami dan berharap kedepannya EJ mampu membesarkan anak- anaknya tanpa kekurangan apapun. Berikut Penuturan EJ: “Setelah bercerai harapannya kedepan bisa lebih baik, bisa lebih tenang, dan biarpun tidak ada suami, saya bisa besarkan anak dengan baik.” Setelah bercerai, perasaan EJ menjadi lebih tenang karena Ej tidak lagi merasa tertekan dengan sikap suaminya yang selalu kasar. EJ juga merasa lebih bahagia dalam menjalani kehidupannya bersama anak-anaknya saat ini. Berikut penuturan EJ: “Kehidupan keluarga saya jauh lebih baik dan bahagia sekarang. Anak-anak saya pun kelihatannya lebih tenang.” Hak asuh anak berada di tangan EJ, karena anak-anaknya masih kecil jadi EJ mempertahankan anak-anaknya berada di rumah bersama EJ. Meskipun suami EJ berusaha membawa anaknya tapi EJ tetap berusaha agar anak-anaknya tetap bersama EJ karena EJ takut anak-anaknya tersebut terpengaruh oleh perilaku kasar suaminya itu, sehingga pada saat itu EJ dan suami sempat bertengkar dan saling tarik menarik anak mereka. Universitas Sumatera Utara 79 “Anak-anak semua ikut saya. Kalau sama bapaknya tidak ada yang mau ikut. Kemaren waktu bapaknya mau pergi, itu anak saya yang besar mau dibawanya. Tapi anaknya nangis terus saya pegang aja tangannya jadi sempat tarik-tarikkan sama bapaknya.” Kondisi ekonomi EJ setelah bercerai tidak mengalami kesulitan karena EJ adalah seorang pekerja yang memiliki pendapatan cukup. Selain bekerja sebagai seorang guru TK, EJ juga bekerja sambilan sebagai pedagang dan dari penghasilan itulah EJ berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan ana-anaknya. Berikut penuturan EJ: “Setelah berpisah, perekonomian keluarga memang melemah dan kebutuhan anak-anak lama terpepenuhi karena harus nunggu gajian dulu baru bisa. Tapi semua baik-baik aja, alhamdulillah kebutuhan anak tidak pernah kekurangan. Karena saya pun juga berdagang, jadi bisa terus putar modal untuk dapat penghasilan.” Hak anak secara nafkah belum terpenuhi. Hal ini terbukti sejak bercerai mantan suaminya tidak pernah rutin memberikan nafkah untuk anak-anaknya kecuali pada saat anak-anaknya meminta secara langsung untuk uang jajan ataupun untuk kebutuhan lainnya. Berikut penuturan EJ: “Kalau untuk nafkah suami saya itu sejak pisah tidak pernah ngasih nafkah. Jangankan ngasih perbulan, untuk uang jajan anak-anak saja kadang kalau tidak diminta dia tidak ngasih. Diminta pun kadang-kadang dia menghindar.” Universitas Sumatera Utara 80 Hak anak untuk memperoleh pendidikan juga telah terpenuhi. Meskipun mantan suami EJ tidak memberikan nafkah secara utuh namun EJ tetap berusaha untuk memberikan pendidikan dengan sebaik-baiknya. Sekarang anak sulung EJ sudah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar SD dan anak bungsu EJ masih duduk di Taman Kanak-kanak TK. Berikut penuturan EJ: “Kalau untuk pendidikan anak-anak saya tidak ada masalah. Paling besar udah kelas 5 SD, yang paling kecil masih TK. Biaya pendidikan saya masih mampu buat anak-anak, apalagi saya ngajar TK, gajinya lumayan buat kebutuhan anak-anak. Di tempat saya ngajar, anak yang orang tuanya bekerja di sekolah dikasih keringanan biaya selama setahun uang sekolanya gratis. Jadi dari situ saya udah terbantu juga.” Pemenuhan akan kasih sayang menurut EJ anak-anaknya sudah mendapatkan yang terbaik karena EJ selalu ada untuk anak-anaknya, EJ juga selalu memperhatikan setiap kebutuhan anak-anaknya baik itu kebutuhan sekolah ataupun kebutuhan sehari-hari di rumah. Akan tetapi, kasih sayang dari seorang ayah belum bisa terpenuhi secara utuh oleh anak-anaknya. Alasannya, mantan suami EJ sekarang sudah mulai menutup diri dengan anak-anaknya dan susah untuk saling berkomunikasi. “Saya kasihan sama anak-anak saya. Mereka masih punya Ayah tapi serasa tidak punya. Jangankan ngasih uang jajan, menelpon saya untuk menanyakan kabar anak-anak saja dia tidak pernah.” Universitas Sumatera Utara 81 Mantan suami EJ jarang berkunjung untuk melihat anak-anaknya. Bahkan untuk sekali seminggu saja belum tentu. Jangankan sekali seminggu, untuk hari-hari besar seperti hari raya saja mantan suami EJ juga jarang ada bersama anak-anaknya. “Saya tidak pernah membatasi dia untuk berjumpa dengan anak-anak, tapi ya mungkin karena dia sudah punya kehidupan baru jadi anak-anaknya jadi dilupakan. Kalaupun dia datang mau jumpai anak-anak ya itu paling hanya sebentar. Seperti saat lebaran atau hari libur, palingan hanya sebulan sekali dia datang, itupun juga tidak tentu, terkadang datang dan terkadang tidak.” Dampak yang EJ rasakan setelah bercerai adalah hubungan antara EJ dan anak- anaknya dengan mantan suami dan keluarga besar dari pihak mantan suami berubah. Jika dulu hubungan mereka baik dan akrab maka setelah bercerai, mereka seperti orang asing tidak saling mengenal. Bahan anak-anak EJ juga sudah tidak dianggap sebagai keluarga. Hal ini ditandai dengan sikap mereka yang menunjukkan ketidakpedulian terhadap EJ dan anak-anaknya. “Keluarga dari suami saya sepertinya menjauhkan diri dari anak-anak. Nanti kalau ketemu atau jumpa di jalan mereka tidak mau menegur, malah buang muka dan pura-pura tidak kenal.”

5.2.2 Informan Utama II: Orang yang pernah bercerai

Nama : YH TempatTanggal Lahir : Tanjung Morawa, 30 November 1973 Usia : 43 tahun Pekerjaan : Pedagang Alamat : Medan Universitas Sumatera Utara 82 Agama : Islam YH merupakan seorang ibu rumah tangga yang pernah mengalami perceraian. Dengan usia pernikahan selama 11 tahun dan telah dikaruniai 3 orang anak, pada tahun 2004 YH akhirnya memilih untuk bercerai. YH memilih bercerai karena YH merasa tertekan dengan prilaku penyimpang suaminya yang berujung pada tindak kekerasan dalam rumah tangga. Suami YH adalah seorang pecandu minum-minuman keras dan seorang penjudi. Setiap kali pulang kerumah suami YH selalu marah-marah dan apabila tersinggung suami YH sering sekali memukul ataupun melempar sesuatu ke arah YH. Berikut penuturan YH: “Saya tau sikap dan kebiasaan suami saya yang suka mabuk-mabukan dan main judi itu tidak benar. Tapi saya terima apa adanya karena cinta. Tapi setahun belakangan sikap dan kebiasaannya buat saya tidak tahan. Dia pulang sering mabuk-mabukan, kalau sudah di rumah bawaannya di selalu marah dan sering main pukul, ngomongnya pun kasar, saat saya tegur justru saya yang di maki-maki.” Selama masa perkawinan, hubungan YH dengan suami berjalan dengan baik. Bukan hanya dalam hubugan komunikasi. Hubungan dalam membesarkan anak YH dan suami juga saling bekerja sama. Berikut penuturan YH: “Hubungan kami selama menikah baik-baik saja. Semua selalu dikomunikasikan secara baik, tidak pernah ribut, sama anak-anak dia pun sayang.” Universitas Sumatera Utara 83 Hubungan YH dengan keluarga besar dari pihak suami juga berjalan dengan baik. Bahkan kakak dari suami YH selalu membantu YH jika ada kesulitan. Berikut penuturan YH: “Saya dengan keluarga suami saya pun gak pernah ribut. Mereka semua baik. Mereka juga sering bantu kami kalau lagi susah.” Keinginan YH untuk melakukan perceraian mendapatkan dukungan penuh dari keluarga dan saudara termasuk anak-anak. Berikut penuturan YH: “Orang tua ngasih nasihat, kalau bercerai nanti bagaimana, siap apa belum. Anak-anak juga sama juga seperti itu.” Orang tua saya adalah orang yang paling mendukung keputusan saya untuk bercerai karena pada dasarnya mereka memang sudah tidak menyetujui hubungan YH dengan suami karena mereka menganggap bahwa suami YH adalah orang yang tidak bertanggung jawab. Berikut penuturan YH: “Keluarga sangat dukung saya kalau mau cerai. Terutama orang tua saya. Katanya saya memang lebih bagus pisah daripada mempertahankan rumah tangga yang udah tidak sehat seperti itu. Sakit hati, sakit badan, dan sakit otak kalau terus dipertahankan. Mamak bilang gitu karena mamak yang lihat saya gimana tertekannya dengan perilaku suami saya dirumah”. Saat keluarga YH baru mengetahui keputusan YH untuk bercerai, keluarga merasa kecewa, dan sedih. Berikut penuturan YH: “Orang tua saya merasa kecewa karena saya dulu tidak pernah mendengar nasihatorang tua. Padahal dulu sebelum menikah saya udah dinasihati. Universitas Sumatera Utara 84 Sekarang udah kejadian baru tau rasa. Sedih juga iya, karena mikirin anak- anak gimana nanti ini kedepannya.” Sedangkan anak-anak YH saat mengetahui orang tuanya akan bercerai adalah merasa sedih. Tapi mereka memahami bahwa keputusan untuk bercerai adalah keputusan yang terbaik. Berikut penuturan YH: “Kalau anak-anak mendukung saya juga. Mereka kasih semangat buat saya dan mereka peluk saya waktu itu. Saya tau hidup tanpa suami memang sulit, apalagi lihat anak-anak nanti kalau tidak punya ayah.” Hambatan yang dirasakan YH ketika berkeinginan untuk bercerai adalah masalah biaya. YH merasa biaya untuk melakukan gugatan perceraian ke pengadilan itu sangat mahal. Sehingga YH tidak melakukan gugatan ke pengadilan. Berikut penuturan YH: “Cerainya di atas hitam putih ajalah, tidak sampai ke pengadilan karena gurusnya repot dan biayanya juga mahal. Daripada uangnya untuk bayar ke pengadilan mending uangnya untuk anak.” Ada beberapa hal yang menjadi pertimbang YH dalam mengambil keputusan untuk bercerai pada saat itu, yaitu masalah ekonomi, status sosial anak, dan masa depan anak-anaknya. Berikut penuturan YH: “Kalau saya bercerai nanti penghasilan rumah tangga jadi berkurang, yang mau biayai sekolah anak-anak siapa? Iya kalau tiap bulan tetap di kasih nafkah, kalau tidak mau bagaimana. Pengahasilan saya sebagai pedagang kan pas-pasan untuk makan. Udah gitu nanti anak-anak gimana, gak punya bapak Universitas Sumatera Utara 85 lah jadinya. Tapi kalau saya tetap bertahan dengan kondisi yang seperti itu pasti anak-anak juga akan merasa tertekan karena tiap hari ayahnya pulang mabuk-mabukan, ngomongnya pun selalu kasar, takutnya udah besar nanti ditiru pula yang seperti itu”. YH berharap setelah bercerai kehidupannya dan anak-anaknya bisa hidup lebih baik tanpa adanya perasaan tertekan dan bisa mandiri untuk bisa memenuhi kebutuhan anak dan biaya sekolahnya. Berikut penuturan YH: “Mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik. Bisa mandiri cari uang sendiri biar bisa buat kebutuhan anak-anak. Itu aja yang saya inginkan.” Setelah bercerai, YH merasakan lebih tenang dan bahagia karena YH merasa semua beban dan masalah yang selama ini dirasakannya menghilang dan serasa bebas dari tekanan yang selama ini dia rasakan dari perilaku buruk suaminya itu. Berikut penuturan YH: “Sekarang udah terasa kali bedanya. Lebih tenang aja karena tidak ada berantem-berantem di rumah. Tenang aja jadinya kalau di rumah. Senanglah.” YH mendapat tanggung jawab penuh dari keluarga untuk mengasuh anak secara utuh dan hal tersebut juga sudah disetujui oleh mantan suami. Berikut penuturan YH: “Mantan suami saya mungkin sadar kalau dirinya kurang baik kalau ngurus anak. Kanya anak-anak sama saya. Dia juga pesan sama saya untuk jaga anak-anak.” Universitas Sumatera Utara 86 Kondisi ekonomi YH setelah bercerai sempat mengalami kesulitan, karena pada waktu itu YH tidak bekerja dan masih bergantung pada orang tua. Kemudian YH mendapat modal dari keluarga untuk membangun usaha. Hasilnya, usaha YH maju dan sekarang mampu memperoleh pendapatan untuk menafkahi anak-anaknya. “Awal-awal pisah memang perekonomian saya sangat sulit. Pernah uang sekolah anak sampai nunggak 2 bulan. Tapi saya usaha terus cari pinjaman ke bank untuk nambah modal usaha saya dan hasilnya alhamdulillah berhasil. Kalau dulu penghasilan saya sebulan hanya sekitar Rp 700.000 – Rp 800.000 sekarang bisa sampai Rp 1.200.000 – Rp 2.000.000 per bulan”. Dalam pemberian nafkah kepada anak, mantan suami YH bertanggung jawab. Mantan suami YH sering memberikan uang untuk biaya sekolah dan terkadang memberikan uang untuk kebutuhan-kebutuhan lain bagi anaknya. Berikut penuturan YH: “Secara nafkah masih dibiayai sama bapaknya. Kayak uang sekolah sama uang jajan anak-anak saya suruh minta ke bapaknya. Kalau diminta bapaknya rajin ngasih. Tapi kadang kalau tidak diminta dia tidak ngasih.” Dari segi pendidikan, YH selalu mengutamakan yang terbaik. Sekarang dua anak YH sudah melanjutkan sampai ke Universitas dan dua anak yang lain masih bersekolah. Berikut penuturan YH: “Kalau untuk pendidikan saya tidak main-main. Apapun saya usahakan kalau itu untuk pendidikan. Sekarang anak saya dua udah kuliah, dua lagi masih sekolah SMP dan SD. Universitas Sumatera Utara 87 Meskipun telah bercerai, mantan suami YH masih memberikan kasih sayangnya kepada anaknya dalam bentuk perhatian dan memberikan motivasi agar anak-anaknya rajin bersekolah. Berikut penuturan YH: “Tapi kalau menelpon dia sering, nanyak kabar anak-anak, nanyak udah makan apa belum, nanyak udah belajar apa belum, gimana di sekolah hari ini, ya gitu-gitu lah.” Mantan suami YH sering bertemu dengan anak-anaknya. Karena jarak tempat tinggal YH dengan mantan suami tidak terlalu jauh sehingga anak-anak YH bisa kapan saja bertemu dengan ayahnya. Berikut penuturan YH: “Anak-anak masih sering ketemu sama bapaknya. Rumahnya kan dekat. Jadi bisa main kapan aja.” Dampak yang dirasakan YH setelah bercerai adalah YH bisa lebih mandiri secara finansial dan tidak perlu lagi bergantung pada orang tua YH. Selain itu YH merasa dirinya lebih dewasa dalam memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Berikut penuturan YH: “Kalau dulu masih bergantung sama orang tua. Biaya makan pun masih numpang sama orang tua. Sekarang karena udah punya usaha sendiri dan udah berpenghasilan jadinya bisa lebih mandiri dan belajar dari pengalaman saya jadinya bisa lebih hati-hati kalau dekat dengan orang”. Sekarang YH sudah membangun hubungan rumah tangga yang baru dan dikaruniai seorang anak perempuan yang sekarang sudah berusia 7 tahun. YH Universitas Sumatera Utara 88 berharap, anak-anaknya kelak tetap dapat hidup rukun dan saling membantu dalam setiap kesulitan. YH juga berharap bahwa perceraian yang terjadi dalam keluarganya bisa menjadi pelajaran untuk anak-anaknya dalam mencari pasangan.

5.2.3 Informan Utama III: Orang yang pernah bercerai

Nama : IH TempatTanggal Lahir : 7 September 1985 Usia : 31 tahun Pekerjaan : Pedagang Alamat : Medan Agama : Islam IH merupakan seorang pedagang yang sehari-harinya berjualan kartu paket internet yang berada di jalan binjai. IH adalah seorang pria yang sudah menikah dan telah memiliki anak dua orang laki-laki yang masih berusia 5 dan 4 tahun. Masalah ekonomi yang dianggapnya pas-pasan memicu pertengkaran dan menyebabkan IH berpisah dengan isterinya. IH tidak pernah menginginkan adanya perceraian. Tapi IH terpaksa berpisah karena IH ditinggal oleh isteri sejak setahun yang lalu karena faktor ekonomi dan adanya pihak orang ketiga dalam rumah tangganya. Berikut penuturan IH: “Memang sering berantem karena masalah uang. Dia maunya selalu lebih. Kalau sama dia, uang berapun yang saya kasih tidak pernah cukup. Dengar- dengar dia udah punya pasangan baru yang lebih mapan dari saya dan mau menikah.” Universitas Sumatera Utara 89 Hubungan IH dengan isteri selama masa perkawinan kurang harmonis dan sering sekali terjadi pertengkaran karena masalah uang. Berikut penuturan IH: Hubungna saya dengan isteri dari awal menikah memang kurang harmonis, sering ribut karena dia selalu menanyakan soal uang kalau saya pulang kerja.” Hubungan dengan keluarga dari pihak isteri selama masa perkawinan berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan hubungan komunikasi yang lancar antara IH dengan ibu mertuanya serta keluarga besarnya. Berikut penuturan IH: “Kalau hubungan saya dengan keluarga besar dari isteri baik-baik aja. Bahkan masih sering komunikasi sampai sekarang dan selalu tanya soal anak.” Tidak ada yang mendukung terjadinya perpisahan yang dialami oleh IH. Bahkan keluarga dari pihak IH maupun keluarga dari pihak isteri sangat menyayangkan dan merasa kecewa atas tindakan isteri IH yang memilih untuk berpisah. Berikut penuturan IH: “Kalau untuk berpisah tidak ada yang mendukung. Tapi kalau memang sudah seperti ini mau tidak mau ya harus berpisah biarpun kecewa tetap harus ikhlas.” Respon keluarga setelah mengetahui keputusan isteri IH untuk bercerai adalah kecewa, sedih, dan marah. Hal yang membuat keluarga IH kecewa adalah sifat isterinya yang terlalu matrialistis lebih mencintai harta dan kemewahan, dan hal yang membuat keluarga sedih karena memikirkan anak-anak IH yang masih kecil Universitas Sumatera Utara 90 ditinggalkan oleh ibunya. Sedangkan hal yang membuat keluarga IH marah adalah cara isterinya yang pergi begitu saja tanpa ada kepastian yang jelas dan tidak memperdulikan perasaan anak-anaknya. Berikut penuturan IH: “Yang pastinya kecewa. Karena dia perempuan tapi dia tega ninggalin keluarganya kayak gini. Sedih iya juga karena kasihan sama anak-anak kan masih kecil.” Saat isteri IH pergi dari rumah, anak-anak hanya menanyakan kemana ibunya dan dimana ibunya. Kedua anak IH masih kecil, yaitu usia 5 dan 3 tahun. Sehingga wajar jika mereka selalu menanyakan keberadaan ibunya karena mereka belum mengerti permasalahan yang diamali oleh IH. Berikut penuturan IH: “Anak-anak sering nanya tentang ibunya sama saya. Sama nenek dan bibinya juga mereka sering tanya. Karena anak-anak masih kecil jadi mereka belum tau masalah dalam rumah tangga itu gimana jadi orang tua saya bilang kalau ibunya pergi kerja.” Hambatan yang dirasakan oleh IH ketika berkeinginan untuk bercerai adalah biaya dan komunikasi. Biaya yang mahal membuat IH mempertimbangkan kembali keputusannya untuk mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan. Selain itu isteri IH yang sudah memutuskan komunikasi juga menjadi penghambat apabila IH melakukan gugatan karena dianggap membuang-buang waktu. Berikut penuturan IH: “Kalau cerai secara hukum memang belum saya urus, soalnya biayanya mahal, belum lagi biaya transport kesana kemari kan lumayan jugak, bagusan uangnya untuk kebutuhan anak sama ngasih uang belanja buat orang tua saya. Selain itu istri saya juga sudah tidak bisa dihubungi”. Universitas Sumatera Utara 91 Tidak ada yang menjadi pertimbangan IH untuk melakukan perceraian. IH hanya menginginkan status hubungan antara IH dengan isteri menjadi lebih jelas. Berikut penuturan IH: “Pertimbangan untuk cerai tidak ada. Saya hanya mau hubungan ini jelas. Itu saja.” IH berharap dari keputusannya untuk bercerai ini bisa membuat kehidupan IH dan anak-anaknya menjadi lebih baik. Berikut penuturan IH: “Harapan saya setelah berpisah ini bisa hidup lebih baik sama anak-anak dan keluarga saya.” Secara hukum IH belum bercerai dengan isterinya, tetapi secara agama IH telah bercerai dan perasaan IH pada saat terjadinya perpisahan itu adalah sedih. Karena IH tidak pernah membayangkan jika dirinya ditinggalkan oleh isteri karena keterbatasannya dalam menafkahi keluarga. Berikut penuturan IH: “Perasaan saya setelah pisah pastinya ya sedih. Kadang mikir juga kok bisa sampai seperti ini. Dan masalahnya itu karena materi.” Hak asuh anak berada di bawah pengasuhan IH tetapi IH sering menitipkan anak-anaknya ke orang tuanya karena harus bekerja. Berikut penuturan IH: “Anak-anak tinggal sama saya, tapi jika saya bekerja saya lebih sering titipin anak-anak ke sama neneknya.” Universitas Sumatera Utara 92 Kondisi ekonomi IH setelah bercerai tidak ada masalah. Semua kebutuhan bisa terpenuhi oleh IH dari hasil kerja kerasnya sehari-hari. Berikut penuturan IH: “Soal ekonomi saya masih stabil. Semua kebutuhan masih bisa saya penuhi dengan baik. Apalagi anak-anak masih kecil jadinya belum butuh biaya besar.” Pemenuhan nafkah kepada anak IH merasa lancar. Secara finansial IH merasa tidak ada masalah dan anak-anaknya tidak merasa kekurangan apapun baik itu dari segi uang jajan, mainan, dan kebutuhan sehari-harinya. Berikut penuturan IH: “Semua kebutuhan anak masih bisa saya penuhi karena anak-anak masih kecil sehingga belum membutuhkan biaya yang besar.” Kebutuhan anak dari segi pendidikan terpenuhi dengan baik. Anak sulung IH yang berusia 5 tahun sekarang sudah bersekolah di bangku Taman Kanak-kanak TK sedangkan anak bungsu IH belum bersekolah karena masih kecil. Berikut penuturan IH: “Anak saya yang paling besar sekarang masih TK dan yang paling kecil belum sekolah. Kalau untuk pendidikan anak, saya tidak pernah main-main. Semua saya berikan dengan sebaik-baiknya.” Kebutuhan anak akan kasih sayang dirasa IH belum diperoleh secara utuh. IH merasa anak-anaknya kurang kasih sayang dari sosok seorang ibu dan karena IH bekerja jadi IH juga merasa waktunya bersama anak juga kurang sehingga kasih sayang yang diberikan IH juga kurang. Berikut penuturan IH: Universitas Sumatera Utara 93 “Setelah berpisah, anak-anak jadi kurang kasih sayang terutama kasih sayang dari ibunya. Sedangkan saya dari pagi dan kadang sampai malam kerja. Waktu untuk anak jadinya kurang.” Mantan isteri IH tidak pernah berkunjung untuk melihat anak-anaknya setelah berpisah. Selain itu mantan isteri IH juga tidak pernah menghubungi IH ataupun anak-anaknya walaupun hanya untuk menanyakan kabar kedua anaknya itu. Berikut penuturan IH: “Setelah berpisah, anak-anak tidak pernah bertemu dengan ibunya. Jangankan untuk bertemu seminggu sekali, hanya sekedar berbicara di telepon dan menanyakan kabar anak saja juga tidak pernah.” Dampak yang dirasakan oleh IH setelah berpisah adalah IH jauh dari anak karena IH lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja. Berikut penuturan IH: “Saya jarang di rumah. Pergi pagi pulang malam kadang anak udah tidur. Jadinya serasa jauh dari anak padahal tinggal serumah. Palingan hari minggu kalau libur baru main-main sama.”

5.2.4 Informan Utama IV: Anak yang orang tuanya bercerai

Nama : WH TempatTanggal Lahir : 10 Oktober 1992 Usia : 23 tahun Pekerjaan : Mahasiswa dan Buruh pabrik kompor Alamat : Medan Universitas Sumatera Utara 94 Agama : Islam WH merupakan seorang anak yang orang tuanya dulu pernah bercerai. Perceraian orang tuanya terjadi pada saat WH berusia 14 tahun. Sekarang WH adalah seorang mahasiswa di salah satu Universitas Swasta yang ada di Medan. Sehari- harinya WH bekerja sebagai buruh di pabrik kompor dekat rumahnya dan malam harinya WH kuliah. Perasaan WH saat mengetahui orang tuanya akan bercerai adalah merasa seolah-olah hidupnya tidak berguna, merasa marah, dan sempat membenci orang tuanya atas perceraian tersebut. Berikut penuturan WH: “Orang tua saya bercerai tahun 2006, waktu itu saya masih umur 14 tahun, masih SMP. Saya tau orang tua saya mau cerai rasanya sedih lah, marah, dan benci. Kalau ingat-ingat itu rasanya gak karuanlah”. Hubungan WH dengan ibunya setelah bercerai baik dan hubungan WH dengan ayahnya juga baik. Meskipun WH tidak tinggal bersama ayahnya, tetapi hubungan komunikasi WH dengan ayahnya selalu baik dan setiap hari selalu menanyakan kabar tentang saudara-saudaranya. Berikut penuturan WH: “Setelah orang tua saya cerai, saya tinggal dengan mamak. Hubungan kami baik. Sama bapak juga baik. Biarpun tidak tinggal barengan tapi dia selalu nanya kabar saya bagaimana dan adik-adik saya gimana.” Setelah orang tuanya bercerai, WH merasa ada perbedaan dalam kehidupan sehari-harinya. Sebelum orang tuanya bercerai, WH terbiasa dengan ayahnya yang selalu mengajarkannya belajar. Setelah orang tuanya bercerai, WH merasa Universitas Sumatera Utara 95 kehilangan karena WH terbiasa dengan ayahnya yang selalu mengajarinya belajar di rumah. Berikut penuturan WH: “Kalau dulu belajar selalu diajari sama bapak. Setelah cerai ngerasa kehilangan karena di rumah tidak ada bapak yang ngajari belajar.” Perceraian yang dialami oleh kedua orang tua WH diketahui oleh teman- temannya dikarenakan teman-teman sekolah WH rata-rata adalah anak-anak yang tinggal di lingkungan tempat tinggal WH. Berikut penuturan WH: “Teman sekolah dulu banyak yang tau. Soalnya kebanyakan teman sekolah saya dulu tetangga saya.” Ketika teman-teman WH mengetahui perceraian yang dialami oleh kedua orang tua WH maka reaksi mereka adalah kaget. Berikut penuturan WH: “Kebanyakan pada kaget. Mereka nanyak kenapa bisa cerai.” Tidak ada respon negatif yang diterima WH setelah teman-temannya mengetahui bahwa orang tua WH bercerai. Kebanyakan dari mereka hanya bertanya tentang penyebab terjadinya perceraian tersebut. Berikut penuturan WH: “Kalau respon yang negatif tidak ada. Seperti yang ngejek atau segainya itu tidak ada. mereka hanya tanya kenapa bisa cerai. Gitu aja.” Saat teman-teman WH mempertanyakan tentang masalah orang tuanya maka WH hanya bisa menjawab jika kedua orang tuanya sudah tidak ada kecocokan. Berikut penuturan WH: Universitas Sumatera Utara 96 “Kalau ada yang tanya ya di jawab aja udah tidak cocok.” Perasaan WH terhadap orang tuanya setelah bercerai adalah merasa sedih, marah, dan kecewa.WH merasa sedih karena WH memikirkan tentang bagaimana pendapat orang tentang dirinya yang tidak memiliki seorang ayah. WH juga merasa kecewa karena WH sangat menyayangkan perilaku ayahnya yang hingga akhirnya mereka bercerai. Berikut penuturan WH: “Kadang ngerasa sedih karena tidak punya bapak dan apa kata orang nanti. Kalau kecewa ya pasti ada. Apalagi kalau ingat perilaku dia waktu dulu. Kecewa kali lah. Kalau tidak kan, mana mungkin sampai cerai.” Setiap perasaan yang WH alami dilampiaskannya dengan cara menyendiri dan sering sekali marah atau berperilaku kasar seperti bersuara dengan nada tinggi. Berikut penuturan WH: “Saya keseringan di kamar. Malas-malasan. Kadang sering marah-marah juga kalau lagi teringat masalah itu. Tapi itu dulu waktu masih zaman- zamannya sekolah.” Dampak yang sangat dirasakan oleh WH setelah orang tuanya bercerai adalah perubahan sikap dan perilaku WH yang berubah menjadi kasar dan arogan serta WH juga sering melawan perintah ibunya jika sedang disuruh sesuatu. Selain itu, kualitas belajar WH juga menurun karena malas belajar. Berikut penuturan WH: “Karena adanya perasaan marah itu jadi keseringan saya marah-marah. Bicara pun jadi sering kasar. Kadang mau juga saya tidak nurut kalau disuruh, kayak disuruh belajar. Pasti langsung marah-marah.” Universitas Sumatera Utara 97 WH selalu mendapatkan pendidikan dengan baik dari kedua orang tuanya. Bahkan sampai orang tuanya berceraipun WH selalu memperoleh pendidikan dengan baik sampai sekarang. Berikut penuturan WH: “Kalau kami tidak boleh kalau gak sekolah. Kalau udah malas-malasan mau sekolah pasti kenak marah. Orang tua dua-duanya selalu dukung kalau soal pendidikan. Orang tua sering bilang kalau gak mau sekolah nanti mau jadi apa.” Setelah orang tua WH bercerai, WH tidak pernah kekurangan kasih sayang karena hubungan WH dengan kedua orang tuanya baik dan komunikasi tetap berjalan lancar. Berikut penuturan WH: “Kalau kasih sayang juga sama. Saya tidak pernah merasa kekurangan. Semua baik karena biarpun saya tidak tinggal serumah tapi bapak sering nelepon nanyakin kabar dan masih peduli sama anak-anaknya.” Setelah orang tua WH bercerai, WH selalu mendapatkan apa yang dibutuhkan seperti kebutuhan sekolah ataupun kebutuhan pribadinya. Berikut penuturan WH: “Kalau bicarain soal nafkah, itu semua mamak yang biayai. Mau itu biaya sekolah, seragam, uang jajan, sama uang-uang yang lain semua dari mamak. Kalau bapak tidak pernah ngasih.” WH tidak pernah merasa trauma terhadap perceraian karena WH berpendapat bahwa perceraian yang terjadi pada kedua orang tuanya adalah perlajaran yang paling berharga di masa yang akan datang. Beriktu penuturan WH: Universitas Sumatera Utara 98 “Trauma tidak. Tapi masalah perceraian itu biar jadi pelaran untuk saya kedepannya bagaimana.” Tidak ada cara yang dilakukan WH dalam mengatasi trauma terhadap perceraian karena WH tidak merasa trauma terhadap perceraian yang terjadi pada kedua orang tuanya. “Tidak ada cara yang saya lakukan buat menghilangkan trauma terhadap perceraia karena saya sendiri juga tidak merasa trauma.” WH berharap dari perceraian yang dialami oleh orang tuanya menjadi pelajaran dalam hidupnya tentang bagaimana menyikapi dan mengatasi masalah dalam rumah tangga. Sehingga pada suatu saat nanti jika WH sudah berumah tangga, WH bisa menyelesaikan permasalahan tanpa adanya perceraian. Berikut penuturan WH: “Perceraian bisa jadi pelajar buat saya untuk bisa lebih bersikap dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan dan mampu memecahkan masalah dalam rumah tangga dengan baik supaya bisa terhindar dari perceraian.” Sekarang WH sudah mulai belajar mandiri. Selain kuliah, WH bekerja sebagai buruh pabrik di pabrik kompor dekat rumahnya. Pendapatan yang diperolehnya dipergunakanya untuk membantu ibunya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sisanya ditabung WH untuk tabungan masa depannya.

5.2.5 Informan Utama V: Anak yang orang tuanya bercerai

Nama : SNM TempatTanggal Lahir : 17 Juli 1996 Universitas Sumatera Utara 99 Usia : 19 tahun Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Medan Agama : Islam SNM merupakan seorang mahasiswi di salah satu Universitas Swasta yang ada di Medan. SNM adalah seorang anak yang orang tuanya pernah bercerai. Perceraian antara kedua orang tuanya terjadi ketika SNM masih kecil yaitu ketika SNM masih duduk di bangku Sekolah Dasar SD. Pada saat orang tua SNM bercerai, SNM masih sangat kecil dan belum mengerti tentang perceraian. Jadi perasaan SNM ketika mengetahui orang tuanya akan bercerai adalah biasa saja. Berikut penuturan SNM: “Waktu cerai, aku masih kecil kak, jadi belum ngerti apa-apa. jadi waktu itu aku biasa aja.” Setelah orang tuanya bercerai, hubungan SNM dengan ibunya baik. Sedangkan hubungan SNM dengan ayahnya tidak baik. Hingga SNM dewasa hubungan mereka juga tidak harmonis, hal ini dikarenakan setalah dewasa SNM mengerti dan menaruh kebencian pada ayahnya. Berikut penuturan SNM: “Sama mamak aku baik-baik aja. Tiap hari saling komunikasi bahkan aku sering bantui mamak jualan. Tapi kalau sama bapak nggak, yang ada bawaannya mau marah aja kalau dia udah nelpon.” Perbedaan yang dirasakan SNM setelah orang tuanya berceraian adalah kurangnya kasih sayang. Meskipun SNM masih belum mengerti tentang perceraian, Universitas Sumatera Utara 100 tetapi pada saat itu SNM sangat merasakan kurangnya kasih sayang dari seorang ayah. Berikut penuturan SNM: “Dulu masih kecil jadi nggak tau perbedaannya gimana. Tapi yang pasti ya kurang kasih sayang dari bapak. Dulu aku liat kawan-kawanku ada bapaknya kalau aku nggak ada.” Orang tua SNM bercerai pada saat SNM duduk di bangku Sekolah Dasar SD. Pada saat itu teman-teman SNM belum mengetahui tentang perceraian yang terjadi pada orang tuanya. Setelah SNM duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama SMP, barulah teman-teman SNM mengetahui bahwa orang tua SNM pernah bercerai. Berikut penuturan SNM: “Teman-teman aku tau, tapi pas waktu SMP. Waktu mamak nikah lagi. kalau teman-teman SD dulu nggak ada yang tau karena waktu itu bapakku masih sering datang ke sekolah.” Ketika teman-teman SNM mengetahui bahwa orang tua SNM pernah bercerai, mereka hanya bertanya dan terheran karena SNM mempunyai dua oang bapak. Berikut penuturan SNM: “Kawan-kawan aku taunya pas mamak nikah lagi. Mereka nggak ada yang berkomentar negatif. Palingan orang itu cuma bilang “oh jadi mamakmu nikah dua kali ya”, “berarti bapakmu dua lah ya”, ya seperti itu aja responnya.” Universitas Sumatera Utara 101 Teman- teman SNM tidak ada yang memberikan respon yang negatif atau respon yang membuat SNM tersinggung karena kebanyakan dari mereka hanya bertanya tentang SNM yang memiliki dua orang ayah. Berikut penuturan SNM: “Komentar teman-teman aku nggak ada yang negatif. Semua baik dan nggak pernah buat aku tersinggung karena mereka hanya bilang aku punya dua ayah.” Ketika teman-teman SNM bertanya, SNM hanya menjawab santai dan bilang bahwa ibunya dulu pernah bercerai dan sekarang SNM punya dua ayah. Berikut penuturan SNM: “Kalau dulu ada yang nanyak ya aku bilang iya dulu mamakku pernah cerai dan sekarang aku punya dua bapak. Tanggapinnya harus biasa aja supaya nggak kepikiran.” Perasaan SNM terhadap orang tuanya saat ini adalah benci. Alasannya karena ayahnya selalu berperilaku kasar dan tidak bertanggung jawab terhadap anak- anaknya. Berikut penuturan SNM: “Benci. Benci kali aku kak. Karena dia itu kasar. Cakapnya itu yang kasar kali. Kemarin pernah berantam gara-gara dia minta uang sama mamakku buat uang makan dia di penjara. Tapi aku bilang sama mamak nggak usah kasih, bilang aja nggak ada duit. Setelah itu dimaki-makinya sampai ngancam mau bunuh aku kalau dia keluar nanti. Masalah rumah pun ribut jugak. Masak dia nyuruh jual rumah buat ngeluarin dia dari penjara. Ngapai dia minta-minta sama kami sedangkan dia aja nggak pernah ngasih kami sepeserpun.” Universitas Sumatera Utara 102 Dalam setiap perasaan bencinya, SNM melampiaskannya dengan cara bersikap kasar juga terhadap ayahnya dan selalu bersikap tidak perduli. Berikut penuturan SNM: “Kasar jugalah aku kak sama dia. Dia aja sama kami bisa kasar kenapa kami nggak bisa. Kami dulu kalau minta uang sama dia, dia selalu bilang nggak ada uang. Sekarang waktu dia minta uang sama kami, ya kami bilang aja nggak ada uang.” Dampak perceraian orang tua yang dirasakan SNM adalah hilangnya kasih sayang dari seorang ayah, kualitas belajar yang menurun, dan lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah dengan bermain dengan teman-temannya. Berikut penuturan SNM: “Pasti jadi kurang kasih sayang karena nggak ada bapak karena kurang kasih sayang itu jadinya aku lebih senang main di luar rumah sama teman-temanku. Belajarpun aku jadi malas-malasan makanya dulu waktu SMP aku pernah tinggal kelas.” Hak SNM dalam memperoleh pendidikan dan sepenuhnya ditanggung oleh ibunya. Semua biaya dan keperluan sekolah ayahnya sama sekali tidak ada menafkahi. Berikut penuturan SNM: “Kalau pendidikanku semua mamak yang biayai. Sampai sekarang aku kuliah pun mamak yang biayai. Bapak sejak cerai mana pernah dia ngasih uang sekolah atau ngurus sekolah ku lagi.” Universitas Sumatera Utara 103 Setahun setelah orang tuanya bercerai, SNM tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari ayahnya karena ayahnya menikah lagi. berikut penuturan SNM: “Setelah cerai dulu bapak masih perhatian, masih mau nelepon nanyak kabar, masih sering main-main kerumah, masih sering datang kesekolah. Terus setahun kemudian nggak pernah lagi karena dia udah nikah lagi. Sampai sekarang juga nggak pernah” SNM tidak pernah merasakan trauma dari perceraian orang tuanya. Berikut penuturan SNM: “Trauma tidak pernah kak.” Tidak ada cara yang dilakukan oleh SNM dalam mengatasi perasaan trauma karena SNM tidak merasa trauma terhadap perceraian orang tuanya. Berikut penuturan SNM: “Kayak mana mau ngatasi perasaan trauma. Saya aja tidak pernah merasa trauma.” SNM berharap untuk kedepannya dia dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan dapat membantu ibunya mencari nafkah dan SNM berharap agar ayahnya tidak pernah bebas dari penjara. Berikut penuturan SNM: “Mudah-mudahan nanti selesai kuliah aku bisa bantu mamak nyari uang. Kalau buat bapak mudah-mudahan dia nggak pernah keluar dari penjara karena dia selalu ganggu orang.” Universitas Sumatera Utara 104 Ayah SNM berada di dalam penjara karena kasus narkoba dan perempuan. Ayah SNM menggunkan narkoba jenis ganja, karena itulah sikap ayah SNM menjadi kasar karena pada dasarnya orang yang menggunakan narkoba akan kehilangan kesadarannya dan selalu marah tidak terkendali. Ayah SNM juga terlibat kasus perempuan, tepatnya ayahnya melakukan pelecehan seksual dan tidak bertanggung jawab. Karena hal itulah ayah SNM di penjara. Harapan SNM untuk saat ini adalah ayahnya tidak pernah bebas dan menginginkan ayahnya untuk pergi selamanya. Harapan itu terucap oleh SNM sebagai tanda rasa kebencian yang mendalam terhadap ayahnya dan sebagai bentuk rasa kekecewaan SNM terhadap ayahnya.

5.2.6 Informan Utama VI: Anak yang orang tuanya bercerai

Nama : SP TempatTanggal Lahir : Siantar, 17 Oktober 1993 Usia : 22 tahun Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Medan Agama : Islam SP merupakan seorang mahasiswa di salah satu Universitas Negeri di medan. SP adalah seseorang yang pernah merasakan masalah perceraian yang dialami oleh orang tuanya. Sejak umur 5 tahun, kedua orang tua SP sudah bercerai dan pada saat itu SP sama sekali belum mengerti apa-apa mengenai permasalahan yang terjadi di antara kedua orang tuanya. Universitas Sumatera Utara 105 Ketika orang tua SP bercerai, SP masih kecil dan belum mengerti tentang perceraian. Tetapi pada saat itu yang dirasakan oleh SP adalah sedih. Berikut penuturan SP: “Cerainya waktu aku umur 5 tahun, jadi belum ngerti apa-apa. Tapi ngerasa sedih juga kalau liat anak-anak seumuranku bisa main-main sama ayahnya”. Hubungan SP dengan ibunya sangat baik, mereka sering berkomunikasi walaupun SP tidak tinggal bersama ibunya. Sedangkan dengan ayahnya SP jarang berkomunikasi karena faktor jarak yang cukup jauh dan baru bisa bertemu pada saat hari lebaran saja. Berikut penuturan SP: “Saya tinggal bersama nenek dan keluarga ibu saya di Medan. Setiap hari kami sering berkomunikasi dan sering teleponan. Kalau sama bapak, ya nggak sering juga, karena kan bapak tinggalnya di pekanbaru dan udah berkeluarga lagi jadi jarang komunikasi, palingan kalau ketemu hanya pas lebaran aja itupun sesekali”. Perbedaan yang SP rasakan setelah orang tuanya bercerai adalah hilangnya kasih sayang dari seorang ayah. Tetapi karena SP sudah terbiasa dengan keadaan tanpa seorang ayah jadi walaupun SP merasa rindu, SP tetap bersikap biasa saja. Berikut penuturan SP: “Dulu masih kecil, dan udah lama, jadi biasa aja. Walaupun kadang-kadang ada rasa rindu juga. Tapi karena udah terbiasa, jadi tidak begitu berpengaruh dalam kehidupan”. Universitas Sumatera Utara 106 Tidak banyak teman SP yang mengetahui tentang perceraian kedua orang tua SP. Hanya sebahagian teman yang mengetahui dan itu adalah teman terdekat SP. Berikut penuturan SP: “Justru teman-teman sekolah nggak ada yang tau. Pas kuliah itulah baru ada yang tau, tapi sedikit lah yang tau itupun beberapa karena udah akrab kali.” Respon mereka pada saat mengetahui bahwa orang tua SP pernah bercerai adalah kaget. Kebanyakan dari mereka hanya bertanya, mengapa perceraian itu bisa terjadi. Berikut penuturan SP: “Waktu mereka tau kalau orang tuaku pernah cerai ya kagetlah. Kebanyakan nanyak tentang kenapa bisa cerai. Tapi ada juga yang responnya biasa aja, nggak ada komentar apa-apa.” SP tidak pernah mendapat respon yang negatif dari teman sekolah ataupun lingkungannya karena SP selalu bersikap positif. SP tidak pernah merasa terbebani tentang masalah perceraian orang tuanya karena selama ini SP selalu menggap keluarganya baik-baik saja. Selain itu, dukungan dan pola asuh keluarga SP yang baik membuat SP menjadi pribadi yang positif dalam bertindak dan berfikir. Berikut penuturan SP: “Sejak sekolah sampai selesai SMA, belum ada yang berani kasih komentar apa-apa tentang orang tua aku. Kalau SD karena tinggal di kampung, jadi mereka sudah tau semua. SMP sampai SMA aku di Medan, orang-orang sudah pada tau tapi karena perilaku ku saat itu tidak negatif dan bisa di bilang lebih baik dari anak-anak yang keluarganya lengkap, jadi tidak ada yang berkomentar secara negatif atau bertindak yang aneh-aneh”. Universitas Sumatera Utara 107 Cara SP menghadapi pertanyaan teman-temannya mengenai perceraian orang tuanya adalah mengatakan bahwa perceraian itu adalah yang terbaik dan selama SP tidak melakukan hal negatif semua baik-baik saja. berikut penuturan SP: “Kalau ada yang nanyak ya bilang aja karena memang udah nggak cocok lagi. kalau udah gitu pasti nggak ada yang nanyak lagi.” Perasaan SP terhadap orang tuanya setelah bercerai adalah biasa saja. Hanya sewaktu-waktu SP dapat merasakan rindu atas kasih sayang seorang ayah. Berikut penuturan SP: “Sejak kecil udah ditinggal jadinya biasa aja, tapi kadang kalau liat kawan main sama bapaknya ya rindu juga.” Setiap perasaan rindu yang dirasakan SP dilampiaskannya dengan cara bergaul dan berorganisasi. Maksudnya adalah SP selalu mencari kesibukan secara positif untuk menghilangkan rasa rindunya terhadap ayahnya. Berikut penuturan SP: “Percuma kalau rindu tapi nggak bisa jumpa orangnya. Jadi dulu waktu sekolah saya sering ngikuti oraganisasi sekolah kayak OSIS atau yang lainnya. Tujuannya ya supaya nggak terjerumus ke hal yang negatif. jadikan kegiatannya lebih bermanfaat. Dampak yang dirasakan oleh SP setelah perceraian orang tuanya adalah hilangnya kasih sayang dari kedua orang tua. Bukan hanya ayah, SP juga merasa kehilangan kasih sayang dari seorang ibu karena setelah bercerai, sang ibu pergi keluar kota untuk bekerja mencari nafkah. Berikut penuturan PF: Universitas Sumatera Utara 108 “Setelah orang tua saya cerai, saya tinggal bersama nenek dan bibi saya. Ayah saya pergi ke Pekanbaru dan sudah menikah lagi. Sedangkan ibu saya harus pergi bekerja di luar kota dan yang pasti saya kehilangan kasih sayang dari kedua orang tua.” Pemenuhan hak atas pendidikan diterima oleh SP dengan baik. Hingga saat ini, SP selalu menerima bekal pendidikan dengan sebaik-baiknya. Berikut penuturan SP: “Saya sekolah dibiayai sama ibu saya. Sampai saya kuliah pun semua dibiayai sama ibu saya. Kalau ayah tidak pernah mau ikut campur karena ayah saya juga tidak pernah ngasih nafkah buat biaya pendidikan.” Pemenuhan hak akan kasih sayang dirasakan SP sangat kurang. Hal ini terjadi karena setelah bercerai, SP tinggal bersama dengan nenek dan bibinya sedangkan ayah SP pergi dan tinggal di luar kota. Sedangkan ibu SP harus pergi ke luar kota untuk mencari nafkah. Berikut penuturan SP: “Sejak kecil saya kehilangan kasih sayang dari kedua orang tua karena sejak kecil saya tinggal sama nenek dan bibi saya di Medan. Setelah cerai ayah saya pindah ke Pekanbaru, dan ibu saya bekerja ke Jawa.” Pemenuhan hak akan nafkah juga terpenuhi dan hak tersebut diperoleh SP sepenuhnya dari sang ibu. Sedangkan dari ayahnya, SP sama sekali tidak pernah menerima. Berikut penuturan SP: “Semua kebutuhan saya mau itu pendidikan, maupun kebutuhan lainnya seperti uang jajan itu dibiayai sama ibu saya. Kalau bapak saya sama sekali tidak pernah ngasih sama sekali.” Universitas Sumatera Utara 109 SP tidak pernah merasa trauma terhadap pernikahan dan perceraian yang pernah dialami oleh orang tuanya. Berikut penuturan SP: “Saya tidak pernah merasa trauma karena perceraian orang tua saya.” Tidak ada cara yang dilakukan oleh SP dalam menghilangkan perasaan trauma, karena SP sama sekali tidak pernah merasa trauma terhadap perceraian. Berikut penuturan SP: “Tidak ada cara yang dilakukan SP dalam mengatasi rasa trauma terhadap perceraian, karena SP tidak mengalami perasaan trauma.” Harapan SP untuk kedepannya adalah berharap agar bisa hidup bahagia berasama keluarga dan ibunya. SP juga menginginkan ibunya segera kembali dan bisa tinggal bersama dengan SP di Medan. Berikut penuturan SP: “Saya berharap kedepannya bisa baik-baik saya. Saya dan ibu saya sama keluarga besar bisa tinggal sama-sama.” Berdasarkan masalah perceraian yang dialami oleh SP, membuat SP menjadi lebih dewasa dan mandiri. Sejak SP masih sekolah, SP lebih sering mencari kegiatan yang lebih positif seperti ikut dalam kegiatan sekolah serta mengikuti organisasi- organisasi di sekolah. Karena hal itulah yang membuat SP menjadi lebih dewasa dan mandiri. Universitas Sumatera Utara 110

5.2.7 Informan Kunci I: Orang hidup berdampingan denga orang yang bercerai

Nama : M TempatTanggal Lahir : Binjai, 7 Januari 1965 Usia : 51 tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Medan Agama : Islam M merupakan seorang Ibu Rumah Tangga IRT yang memiliki tiga orang anak dan dua diantaranya sudah menikah. Pernikahan dari salah satu anaknya itu harus mengalami perceraian karena adanya perbedaan pendapat sehingga mereka sering bertengkar dan akhirnya memutuskan untuk bercerai. Pandangan M terhadap perceraian itu tidak baik karena di dalam Agama juga tidak membenarkan adanya perceraian. Tetapi jika terjadi suatu permasalahan yang tidak bisa diselesaikan secara baik, baru perceraian tersebut diperbolehka. Berikut penuturan M: “Dalam agama memang perceraian itu tidak diperbolehkan. Tapi kalau memang hubungan suami istri itu tidak bisa dipertahankan lagi ya perceraian solusinya”. M merasa kecewa ketika mengetahui anaknya akan bercerai. Menurut M, perceraian yang dialami oleh anaknya itu hanya membuat keluarga malu karena M merasa anaknya mengalami kegagalan dalam membina rumah tangga. Selain itu, M Universitas Sumatera Utara 111 merasa kecewa karena kegagalan yang dialami oleh anaknya itu tidak bisa menjadi contoh yang baik buat adik-adiknya. Berikut penuturan M: “Kecewa dan malu. Kecewanya itu karena dia ini gak bisa jadi contoh yang baik buat adik-adiknya”. Menurut M, setelah orang tuanya bercerai, anaknya dalam keadaan yang baik dan tidak terpengaruh pada perceraian orang tuanya. Berikut penuturan M: “Anak-anaknya biasa aja. Mereka tau kalau orang tuanya cerai, tapi ya biasa aja.” M merasa hak asuh anak lebih baik jatuh kepada seorang ibu karena seorang anak lebih membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu dari pada ayah. Berikut penuturan M: “Anak itu bagusnya sama ibunya karena anak itu lebih membutukan kasih sayang dari seorang ibu.” Menurut M, kebutuhan akan pendidikan anak sudah terpenuhi. Berikut penuturan M: “Anaknya dua-dua sekolah, ibunya juga selalu ngajari belajar kalau ada waktu.” Menurut M, pemenuhan akan kasih sayang terhadap anak belum terpenuhi. berikut penuturan M: “Saya rasa anak-anak ini kurang kasih sayang. Pertama karena ibunya sibuk kerja, pulang kerja ibunya jualan. Kedua bapaknya juga tidak perduli, tidak Universitas Sumatera Utara 112 pernah ngasih kabar dari sejak cerai sampai sekarang tidak pernah nelepon nanyak kabar anak-anak ini.” Hak anak dalam memperoleh nafkah juga belum terpenuhi karena ayahnya tidak pernah memberikan nafkah kepada isteri dan juga anak-anaknya. Berikut penuturan M: “Bapaknya tidak pernah ngasih uang buat sekolah anaknya, buat uang jajan juga tidak pernah. Makanya ibunya kerja buat nafkahi anaknya.” Dukungan yang M berikan kepada pihak yang akan bercerai adalah nasihat. Berikut penuturan M: “Sebelum bercerai saya kasih nasihat. Saya tanya apa memang sudah siap bercerai apa belum. Saya nasihati juga soal anak-anaknya. Kalau cerai orang itu yang kasihan.” Tidak ada usaha yang dilakukan M untuk mendamaikan kedua belah pihak karena M menghargai keputusan tersebut karena dianggap sebagai sebagai keputusan yang terbaik. Berikut penuturan M: “Usaha buat mendamaikan tidak pernah karena kan itu udah keputusannya. Mungkin itu yang terbaik, jadi saya sebagai orang tua juga harus mendukung dan menghargai.” Dukungan yang M berikan kepada anak korban perceraian adalah memberikan pengertian dan kasih sayang agar anak tersebut tidak merasa kehilangan dan kekurangan kasih sayang. Berikut penuturan M: Universitas Sumatera Utara 113 “Kalau buat anak-anaknya dukungan yang saya kasih kayak kasih sayang, perhatian, dan kadang saya juga bantu ngasih uang jajan ke mereka biar senang.” Tidak ada dampak yang dirasakan M setelah terjadinya perceraian karena meskipun anggota keluarganya kembali kerumah dan tinggal bersama dengan M, mereka tidak pernah menyusahkan M dalam hal apapun. Berikut penuturan M: “Tidak ada, karena biarpun kami tinggal sama tapi dia tidak pernah bergantung sama saya, semua kebutuhan bisa dipenuhinya sendiri karena dia kerja. Mau apa pun jadi tidak perlu minta lagi.” Sekarang M dan keluarganya melanjutkan kehidupan yang lebih nyaman. Perceraian yang terjadi pada kedua orang tua juga tidak memberikan pengaruh buruk apapun kepada anak. Setelah bercerai M yang menjaga anak-anak pada saat ibunya bekerja.

5.2.8 Informan Kunci II: Orang yang hidup berdampingan dengan orang yang bercerai.

Nama : AZS TempatTanggal Lahir : Medan, 18 Januari 1994 Usia : 22 tahun Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Medan Agama : Islam Universitas Sumatera Utara 114 AZS merupakan seorang mahasiswa di salah satu Unversitas Swasta di Medan. AZS juga seorang adik yang mempunyai seorang kakak perempuan yang pernah bercerai. Perceraian yang dialami oleh kakaknya terjadi pada tahun 2015 di usia pernikahan yang masih muda yaitu 2 tahun. Menurut AZS, perceraian itu tidak bagus karena dari perceraian banyak hal-hal negatif yang akan orang bicarakan. Berikut penuturan AZS: “Perceraian itu tidak bagus dan tidak bisa dijadikan contoh jugak. Makanya dalam perkawinan itu harusnya mereka bisa saling memahami dan menerima keadaan masing-masing biar terhindar dari perceraian.” Perasaan AZS setelah mengetahui kakaknya akan bercerai adalah sedih dan kecewa. Berikut penuturan AZS: “Pasti sedih dan kecewa karena alasan cerainya itu karena masalah tidak punya anak.” AZS tidak tahu bagaimana keadaan anak setelah bercerai karena kakak AZS belum memiliki anak. Berikut penuturan AZS: “Dia belum punya anak, jadi saya tidak tau.” Menurut AZS, anak yang orang tuanya bercerai itu pasti akan mengalami kekurangan kasih sayang dan menjadi pribadi yang buruk. Berikut penuturan AZS: “Biasanya anak yang orang tuanya bercerai pasti perilakunya buruk, itu mungkin karena kurang kasih sayang.” Universitas Sumatera Utara 115 Mengenai hak asuh anak, setelah bercerai seharusnya hak anak diberikan kepada ibunya. Karena anak lebih membutuhkan kasih sayang seorang ibu dari pada seorang ayah. Berikut penuturan AZS: “Menurut saya, kalau oran tuanya bercerai anak sebaiknya ikut ibunya karena anak lebih membutuhkan seorang ibu daripada seorang ayah dan kasih sayang seorang ibu itu lebih besar daripada seorang ayah.” Pemenuhan hak anak dalam memperoleh pendidikan belum terpenuhi karena orang yang bercerai belum memiliki anak. Berikut penuturan AZS: “Kakak saya belum punya anak, jadi belum ada beban biaya untuk pendidikan anak.” Pemenuhan akan kasih sayang kepada anak juga belum terpenuhi karena orang yang bercerai belum memiliki anak. Berikut penuturan AZS: “Pemenuhan kasih sayang ke anak belum ada karena kakak saya kan belum punya anak.” Pemenuhan nafkah untuk anak juga belum terpenuhi karena orang yang bercerai belum memiliki anak. Berikut penuturan AZS: “Mereka belum punya anak, jadi belum ada tanggungan sama sekali. Apalagi untuk anak, ya belum ada.” Sebagai adik, AZS memberikan dukungan seperti nasihat dan menjadi pendengar yang baik saat kakaknya ingin bercerita. Berikut penuturan AZS: Universitas Sumatera Utara 116 “Sering ngasih nasihat, kalau memang udah cerai yaudah ikhlas jangan disesali. Kalau dia lagi sedih, sering ku ajak jalan-jalan. Kalau dia lagi pingin cerita, ya ku dengarin.” AZS pernah berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak dengan cara berusaha mempertemukan kakak dan mantan suaminya. AZS juga pernah berusaha memberitahukan tentang kondisi kakaknya yang sangat sedih dan tidak menginginkan adanya perceraian. Berikut penuturan AZS: “Sering ku SMS abang tu, ngasih tau kalau kakak ku sedih dan belum bisa pisah. Bujuk-bujuk supaya abang itu mau jemput kakak aku. Tapi abang itu tidak mau.” AZS tidak memberikan dukungan apapun untuk anak yang orang tuanya bercerai, karena selama masa perkawinan, kakak AZS belum mempunyai anak. Berikut penuturan AZS: “Tidak ada, karena mereka belum punya anak.” Dampak yang AZS rasakan setelah terjadinya perceraian dalam keluarga adalah merasa malu untuk keluar rumah dan minder dalam bergaul. Berikut penuturan AZS: “Setelah kakak saya cerai, dia pulang ke rumah. Setelah itu banyak orang yang nanyak kenapa dia pulang. Saya pernah takut keluar rumah karena takut ditanyakin sama tetangga soal kakak saya. Kan malu kalau tau cerai. Penilaian orang kan beda-beda. Jadi takutnya mereka mikir kakak saya cerai Universitas Sumatera Utara 117 karena aneh-aneh. Teman saya pun kalau ada yang mau datang kerumah selalu saya larang, karena takut ditanyai juga.” Hal utama yang menjadi penyebab perceraian kakak AZS adalah masalah keturunan. Setelah dua tahun menikah, kakak AZS belum memiliki anak. Sampai suatu saat keluarga dari pihak suami mempertanyakan dan menuntut adanya keturunan. Kakak AZS dipulangkan ke rumah orang tuanya dengan alasan sudah tidak memiliki kecocokan dan pihak suami menuntut untuk bercerai. Perceraian yang terjadi pada kakak AZS membuat perasaan keluarga sedih dan kecewa. Karena perceraian itu pula keluarga AZS merasa malu dan memutuskan untuk tidak membuat suatu pesta pernikahan apabila suatu saat kakak AZS menemukan pasangan hidup yang baru.

5.2.9 Informan Kunci III: Orang yang hidup berdampingan dengan orang yang bercerai.

Nama : MA TempatTanggal Lahir : Tanjung Morawa, 20 Maret 1964 Usia : 52 tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Medan Agama : Islam MA merupakan seorang Ibu Rumah Tangga yang memiliki saudara perempuan yang pernah bercerai pada usia pernikahan yang sangat singkat, yaitu belum Universitas Sumatera Utara 118 mencapai satu tahun. Perceraian tersebut terjadi pada tahun 2012 dengan alasan tidak adanya perbedaan pendapat dan adanya perlakuan kasar dari pasangannya. Menurut MA, perceraian dianggapnya tidak bagus karena perceraian hanya akan menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan seorang anak. Berikut pernyataan MA: “Tidak ada yang namanya cerai itu bagus. Resikonya itu ya ke anak-anak. Ada yang beginilah ada yang begitulah yang kasihan ya anak. Jadi kalau bisa hindari masalah biar gak terjadi perceraian, ya salah satunya harus ada yang mengalah. Jangan dua-duanya keras kepala.” Perasaan MA saat mengetahui keluarganya akan bercerai adalah sedih dan bingung. Berikut penuturan MA: “Paling utama adalah sedih dan bingung. Jangankan bercerai, kita sebagai keluarga tau mereka sering bertengkar aja udah buat semua keluarga bingung. Kenapa dan mengapa. Apalagi sampai harus bercerai, ya pasti sedihlah.” Orang yang bercerai belum memiliki anak, sehingga MA tidak tau bagaimana kondisi anak saat orang tuanya bercerai. Berikut penuturan MA: “Anak saya belum memiliki seorang anak, jadi saya tidak tau bagaimana kondisi anak itu seperti apa jika orang tuanya bercerai.” Menurut MA, pemberian hak asuh anak tergantung pada keputusan anak itu sendiri dan tergantung pada kesepakatan antara kedua belah pihak. Berikut penuturan MA: Universitas Sumatera Utara 119 “Itu tergantung anaknya mau ikut siapa. Tapi kalau anak itu sudah besar. Kalau anak itu masih kecil ya tergantung bagaimana kesepakatan bersama dalam membesarkan anak.” Pemenuhan hak anak dalam memperoleh pendidikan belum terpenuhi karena orang yang bercerai belum memiliki anak. Berikut penuturan MA: “Mereka belum memiliki anak, jadi belum ada pemenuhan akan pendidikan untuk anak.” Pemenuhan akan kasih sayang kepada anak juga belum terpenuhi karena orang yang bercerai belum memiliki anak. Berikut penuturan MA: “Kasih sayang mereka belum terbagi untuk anak karena mereka sendiri belum punya anak.” Pemenuhan nafkah untuk anak juga belum terpenuhi karena orang yang bercerai belum memiliki anak. Berikut penuturan MA: “Mereka belum ada kewajiban untuk menafkahi anak, karena mereka belum punya anak.” Sebagai orang tua, MA hanya bisa memberi dukungan dalam bentuk nasihat dengan tujuan agar anaknya itu bisa tetap semangat dalam melanjutkan kehidupan di masa yang akan datang. Berikut penuturan MA: “Sebagai orang tua, saya mau kalau dia terpuruk karena masalah perceraian. Makanya saya selalu nasihati dia supaya tetap semangat dan bisa melanjutkan kehidupan tanpa melihat kebelakang.” Universitas Sumatera Utara 120 Tidak ada upaya yang dilakukan MA untuk mendamaikan kedua belah pihak karena MA merasa keputusan tersebut adalah keputusan yang terbaik. Berikut penuturan MA: “Saya tidak pernah usaha buat mendamaikan karena keputusan cerai itukan ada ditangan yang bersangkutan. Kalau memang memutuskan untuk cerai, ya berarti udah keputusan yang terbaik. Dari pada saling menyakiti.” Tidak ada dukungan yang diberikan untuk anak, karena orang yang bercerai di keluarga MA belum mempunyai anak. Berikut penuturan MA: “Tidak ada dukungan yang diberikan oleh MA kepada anak karena orang yang bercerai,belum memiliki anak.” Tidak ada dampak yang dirasakan MA setelah terjadinya perceraian dalam keluarganya, tetapi kehidupan mereka berubah menjadi lebih tenang. Berikut penuturan MA: “Setelah mereka cerai, perasaan saya jauh lebih tenang karena saya tidak lagi kepikiran soal masalah rumah tangga mereka.”

5.2.10 Informan Kunci IV: Orang yang hidup berdampingan dengan orang yang bercerai.

Nama : SNH TempatTanggal Lahir : 16 Maret 1988 Usia : 28 Pekerjaan : IRT Universitas Sumatera Utara 121 Alamat : Medan Agama : Islam SNH merupakan seorang Ibu Rumah Tangga dan mempunyai seorang kakak yang pernah bercerai. Perceraian tersebut terjadi karena adanya kekerasan dalam rumah tangga dan perilaku buruk dari suaminya sehingga diantara mereka sering terjadi pertengkaran. Menurut SNH, perceraian itu tidak bagus karena perceraian bisa membawa pengaruh buruk kepada anak-anak. Berikut penuturan SNH: “Namanya cerai mana ada yang bagus. Kasihan anak-anaknya, banyak anak- anak bandal karena orang tuanya cerai.” Perasaan SNH ketika mengetahui kakaknya akan bercerai adalah sedih dan senang. Berikut penuturan SNH: “Waktu mau cerai perasaan saya itu sedih karena saya mikir anak-anak dia dulu masih kecil. Kalau cerai nanti anak-anaknya gimana. Tapi ada senangnya juga, kami keluarga kan tau suaminya itu seperti apa. Jadi pas tau mau cerai, kami sekeluarga dukung aja.” Keadaan anak setelah orang tuanya bercerai adalah lebih sering murung, tertutup dan mudah marah. Berikut penuturan SNH: “Setelah orang tuanya cerai, saya liat anak-anaknya lebih banyak diam dan sensitif. Kalau di tanyak atau ditegur nanti langsung marah-marah.” Universitas Sumatera Utara 122 Menurut SNH, hak asuh anak seharusnya sama pihak perempuan karena SNH menilai bahwa anak akan aman jika dalam pengasuhan seorang ibu. Berikut penuturan SNH: “Lebih baik anak-anak itu sama ibunya karena kalau sama ibunya lebih amanlah. Cara mendidiknya juga bagus. Kalau nanti anak-anak itu ikut sama bapaknya, bisa ikutan tidak bagus juga.” Menurut SNH, pemenuhan hak anak atas pendidikan sudah terpenuhi. berikut penuturan SNH: “Anak-anak sekolah semua. Biarpun kakak saya yang kerja mati-matian tapi dia masih bisa nyekolahin anak-anaknya.” Menurut SNH, pemenuhan hak anak dalam memperoleh kasih sayang dari kedua orang tua belum terpenuhi. Berikut penuturan SNH: “Kalau kasih sayang saya rasa belum. Anak-anak itu saya rasa kurang kasih sayang karena setelah cerai ibunya sibuk kerja. Bapaknya tidak tanggung jawab. Nelepon aja jarang-jarang. Gimana mau ngasih kasih sayang.” Menurut SNH, hak anak dalam memperoleh nafkah juga belum terpenuhi. berikut penuturan SNH: “Bapaknya sejak cerai tidak pernah ngasih uang. Kalau diminta uang jajan sama anak-anaknya jawabannya selalu tidak punya uang.” Sebagai keluarga, dukungan yang SNH berikan adalah nasihat. Berikut penuturan SNH: Universitas Sumatera Utara 123 “Saya hanya bisa ngasih nasihat aja. Biar dia itu tetap semangat karena untuk kedepannya dia harus ngurus anak sendirian, gak ada suami. Kan gitu.” Tidak ada usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk mendamaikan kedua belah pihak karena keluarga sangat menyetujui dan mendukung jika mereka bercerai. Berikut penuturan SNH: “Tidak ada, karena memang dari awal sudah tidak suka sama hubungan mereka jadinya pas mereka mau cerai kami dukung aja.” Dukungan SNH dan keluarga kepada anak sebagai korban dari perceraian orang tua adalah memberi perhatian dan kasih sayang agar anak tersebut tidak merasa sendiri. Berikut penuturan SNH: “Kalau untuk anak-anak, saya lebih ngasih perhatian sama kasih sayang. Dari kecil anak-anak itu saya yang ngurus. Kadang saya yang mandikan, kadang juga saya ngajari belajar.” Dampak yang SNH rasakan ketika kakaknya bercerai adalah SNH harus membantu dalam merawat anak kakaknya karena kakaknya sibuk bekerja. Berikut penuturan SNH: “Mereka cerai dan kakak saya sibuk kerja, resikonya saya juga ikut bantu ngurus anak-anaknya.” Sekarang kehidupan kakak SNH sudah berubah karena kakaknya sudah menikah lagi. Masalah yang ada dalam rumah tangga kakaknya yang sebelumnya menjadi pelajaran yang sangat berharga. Setelah menikah lagi, kakak SNH hidup Universitas Sumatera Utara 124 lebih baik dan merasa lebih tenang. Sedangkan anak-anaknya sekarang bisa lebih terbuka dan mandiri.

5.2.11 Informan Kunci V: Orang yang hidup berdampingan dengan orang yang bercerai.

Nama : HM TempatTanggal Lahir : Tanjung Morawa, 7 Juni 1953 Usia : 63 tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Medan Agama : Islam HM adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang memiliki seorang anak perempuan yang pernah bercerai. Perceraian tersebut terjadi karena adanya ketidakcocokan antara kedua belah pihak yang membuatnya selalu bertengkar dan akhirnya memutuskan untuk bercerai. Karena perceraian itupula anaknya harus bekerja keluar kota demi mencari nafkah untuk anaknya. Menurut HM, perceraian hanya akan membuat hidup seorang perempuan menderita karena harus menanggung beban sebagai seorang janda dan menuntutnya untuk mandiri. Berikut penuturan HM: “Dimana-mana kalau orang yang bercerai pasti yang paling menderita adalah pihak perempuan. Paling dirugikan ya pihak perempuan karena kalau udah cerai pastikan perempuannya hidup sendiri belum lagi dia harus kerja buat cari uang untuk dirinya dan anaknya. Semuanya jadi serba usaha sendiri.” Universitas Sumatera Utara 125 Perasaan HM ketika mengetahui anaknya akan bercerai adalah sedih dan kecewa. Berikut pernyataan HM: “Pasti sedih. Siapa yang tidak sedih kalau anaknya cerai. Bukan hanya orang itu aja yang susah. Keluarga juga pasti susah karena kepikiran.” Menurut HM, keadaan anak setelah orang tuanya cerai adalah seperti biasa. Semua baik-baik saja. Hal ini dikarenakan pada saat bercerai, anak tersebut masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Berikut penuturan HM: “Waktu orang tuanya cerai, anak itu kondisinya seperti biasa, main-main, ketawak, bercanda, ya responnya biasa aja. Mungkin karena masih kecil jadi belum ngerti.” Menurut HM, persoalan dalam pengasuhan anak lebih baik berada pada ibunya. Karena seorang ibu lebih bertanggung jawab dalam membesarkan anak daripada seorang ayah. Berikut penuturan HM: “Saya setujunya anak itu sama pihak perempuan karena menurut saya, perempuan itu lebih bertanggung jawab soal membesarkan anak. Biarpun orang tua perempuan sibuk kerja, tapi dia masih peduli sama anaknya.” Menurut HM, kebutuhan anak dalam memperoleh pendidikan sudah terpenuhi dengan baik. Berikut penuturan HM: “Sudah terpenuhi. Biarpun biaya pendidikan dia anak bukan dari pihaklaki- laki, tapi anak itu sekolah sampai perguruan tinggi.” Universitas Sumatera Utara 126 Menurut HM, kebutuhan anak dalam memperoleh kasih sayang belum terpenuhi. Hal ini dikarenakan sejak bercerai, anak tinggal bersama HM karena ibunya harus bekerja ke luar kota. Sehingga ada batas jarak dan komunikasi antara ibu dan anak. Berikut penuturan HM: “Kalau kasih sayang saya prihatinlah. Sejak orang tuanya cerai, dia tinggal sama saya. Orang tua perempuan kerja ke luar kota tapi masih sering nelpon dan yang laki-laki kawin lagi sampai sekarang tidak pernah ada kabar, nanyakin anak aja tidak pernah. ” Menurut HM, pemenuhan hak anak dalam memperoleh nafkah sudah terpenuhi. Meskipun ayahnya tidak memberikan nafkah, tetapi ibunya berusaha keras mencari nafkah agar anaknya bisa hidup layak. Berikut penuturan HM: “Sudah terpenuhi, karena saya lihat anak itu tidak ada kekurangan apapun. Apa yang dia butuhkan selalu ada. Kayak misalnya dia mau beli sesuatu, langsung dikasih sama oran tua perempuan. Kalau orang tua laki-laki, tidak pernah ngasih sama sekali dari sejak cerai.” Sebagai orang tua, HM hanya bisa memberikan dukungan berupa nasihat. Berikut penuturan HM: “Saya sebagai orang tua, dukungan yang saya kasih ya nasihat. Supaya dia tetap kuat dan semangat.” Tidak ada usaha untuk mendamaikan kedua belah pihak. Keputusan untuk bercerai yang telah ditetapkan adalah keputusan yang dianggap benar-benar terbaik oleh kedua keluarga dan sudah tidak bisa di ubah kembali. Berikut penuturan HM: Universitas Sumatera Utara 127 “Kalau untuk bercerai, itukan sudah keputusan mereka. Mereka yang merasakan baik dan buruknya selama nikah. Jadi kalau memang sudah yakin untuk cerai berarti ya memang keputusan terbaik. Saya sebagai orang tua ya menerima karena mungkin itu juga yang terbaik untuk anak saya. Jadi kalau ditanya tentang usaha apa supaya mereka bersatu lagi ya tidak ada.” Sebagai keluarga, HM memberikan dukungan kepada anak berupa kasih sayang, perhatian dan mendukung segala kegiatan positif yang ikuti oleh anak tersebut. Berikut penuturan HM: “Kalau untuk anak, saya sebagai neneknya lebih sering perhatin dia, supaya tidak kekurangan kasih sayang. Saya juga selalu dukung apapun kegiatan yang dia ikuti, selama itu kegiatan positif dan bisa buat dia berprestasi saya selalu dukung.” Dampak yang HM rasakan setelah terjadinya perceraian adalah HM jauh dari anaknya karena setelah bercerai, anaknya bekerja ke luar kota untuk mencari nafkah. Berikut penuturan HM: “Saya ngerasa jauh sama anak karena setelah anak saya cerai, dia kerja ke luar kota dan jarang pulang.” Apa yang dirasakan oleh HM merupakan perasaan yang wajar dirasakan oleh setiap orang tua. Jika salah seorang anggota keluarga mengalami kegagalan dalam rumah tangga atau bercerai, maka hal tersebut juga akan menjadi masalah bersama. Selain dukungan secara moril, HM juga membantu anaknya dalam mengurus anak Universitas Sumatera Utara 128 serta membantu secra materil dalam bentuk membantuk biaya sekolah cucunya agar beban anaknya tidak terlalu berat.

5.2.12 Informan Kunci VI: Orang yang hidup berdampingan dengan orang yang bercerai

Nama : R TempatTanggal Lahir : Medan, 24 April 1985 Usia : 31 tahun Pekerjaan : Pedagang Alamat : Medan Agama : Islam R merupakan seorang kepala rumah tangga yang memiliki saudara seorang perempuan yang pernah bercerai. Percerai tersebut terjadi karena adanya perbedaan pendapat dan pihak laki-laki memutuskan untuk berpisah. Menurut R, perceraian itu seharusnya tidak perlu terjadi jika masing-masing pasangan mau saling mengerti dan mengalah. Berikut penuturan R: “Suatu hubungan di mulai karena memiliki komitmen yang harus salng mengerti satu sama lain. Buat apa disahkan kalau harus berpisah. Kan itu udah jadi satu kesalahan.” Perasaan R ketika mengetahui keluarganya akan bercerai adalah marah dan kecewa. Berikut penuturan R: “Pertama tau kaget, kesal, marah. Karena kepikiran itu jadinya di rumah pun sering uring-uringan.” Universitas Sumatera Utara 129 Menurut R, kondisi anak setelah orang tuanya bercerai adalah merasa tertekan dan menjadi tertutup. Berikut penuturan R: “Itu anak-anaknya jadi tertutup. Kalau di tanyak selalu diam, tidak mau cerita. padahal saya tau mereka juga tertekan.” Menurut R, hak asuh anak sebaiknya dipertanyakan secara langsung oleh anak yang bersangkutan sesuai dengan kenyamanan dan keinginannya sendiri. Tidak perlu di paksa karena jika anak sudah dewasa maka pilihan yang akan dia pilih adalah pilihan terbaik. Berikut penuturan R: “Tergantung keputusan si anak. Anak lebih dekat sama bapak atau mamaknya. Alasannya, cuma anaknya yang nyaman sama siapa, mamaknya atau bapaknya. Aku gak setuju kalau hak asuh itu diputuskan melalui orang tuanya tanpa anaknya ditanya dulu.” Menurut R, pemenuhan kebutuhan pendidikan untuk anak sudah terpenuhi. Berikut penuturan R: “Sudah. Pendidikan anak-anak bagus, sekolahnya lancar dan mereka berprestasi. Selalu dapat nilai baik di sekolah.” Menurut R, pemenuhan kebutuhan anak akan kasih sayang juga sudah terpenuhi. Berikut penuturan R: “Kasih sayang anak-anak saya rasa kurang. Karena orang tua yang laki-laki jarang ngasih kabar dan tidak pernah tanya kabar anaknya. Orang tua perempuan juga, kadang pergi pagi pulang malam karena kerja.” Universitas Sumatera Utara 130 Menurut R, pemenuhan kebutuhan anak dalam menerima nafkah belum terpenuhi. Berikut penuturan R: “Sejak bercerai, anak tidak pernah dapat nafkah sepeserpun dari orang tua laki-laki. Untunglah orang tua perempuan kerja. Jadi dialah yang biayai anaknya semua.” Sebagai orang yang terdekat, R memberi dukungan berupa nasihat kepada saudaranya. R juga memberikan dukungan berupa jasa kepada saudaranya. Berikut penuturan R: “Paling penting nasihat. Selama ngurus perceraian saya juga ikut bantu nganter dia ke sana ke sini biar jelas semua urusannya.” R pernah melakukan usaha untuk mendamaikan kedua belah pihak dengan cara mengundang keluarga laki-laki datang kerumah untuk berbicara secara musyawarah dengan keluarga. Berikut penuturan R: “Waktu tau pertama kali dia mau cerai, saya ajak pihak laki-laki dengan keluarga duduk sama di rumah kami. Maksudnya mau dimusyawarahkan gimana caranya supaya jangan cerai. Mereka datang, tapi tetap sudah tidak bisa disatukan lagi. Makanya cerai.” Dukungan yang R berikan kepada anak sebagai korban dari perceraian adalah memberi kasih sayang supaya anak itu tidak kesepian. Berikut penuturan R: “Saya lihat anak itu baik-baik aja. Tapi karena saya rasa dia kurang kasih sayang, jadi saya tiap hari perhatikan dia, sebelum pergi ke sekolah saya Universitas Sumatera Utara 131 ingatin dia apa yang kurang, jangan sampai da yang ketinggalan, saya juga selalu ingatin dia sarapan dan lain-lain.” Tidak ada dampak yang R rasakan setelah terjadinya perceraian dalam keluarganya tersebut. Berikut penuturan R: “Tidak ada. Setelah cerai kehidupan kami tetap baik-baik saja.” Setelah perceraian terjadi, keluarga merasa kehidupan keluarganya menjadi lebih baik. Masalah yang dialami dalam rumah tangga keluarganya itu dianggap sudah tidak bisa diselesaikan lagi, sehingga keluarga memutuskan untuk melakukan perceraian demi kebaikan keduanya.

5.3 Analisis Data

Perkawinan merupakan suatu hubungan antara seorang pria dan wanita yang disatukan melalui ikatan pernikahan yang berdasarkan atas rasa cinta, kasih sayang dan adanya komitmen. Selain itu, perkawinan juga merupakan dasar terbentuknya suatu hubungan kekeluargaan dengan berlandaskan pada peraturan, nilai-nilai dan norma-norma sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 hakikat perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri. Berdasarkan rumusan diatas dijelaskan bahwa ikatan lahir dan batin harus ada dalam setian ikatan perkawinan. Terjalinnya ikatan lahir dan batin merupakan fondasi dalam membentuk dan membina keluarga yang bahagia dan kekal. Universitas Sumatera Utara 132 Pengertian perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menjelaskan tentang tujuan dari terbentuknya perkawinan yaitu untu membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal. Ini berarti perkawinan dilakukan bukan hanya untuk sementara, tetapi perkawinan dilakukan hanya sekali untuk seumur hidup atau untuk selama-lamanya. Secara teori oleh Goode 1950 menyebutkan bahwa perkawinan adalah sebuah sistem yang paling sedikit terdiri dari dua orang yang hidup dan tinggal bersama dimana mereka memiliki keinginan, kebutuhan, nafsu, dan latar belakang serta nilai sosial yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sehingga sistem ini bisa menimbulkan suatu ketegangan atau konflik yang dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, apabila terjadi perceraian maka yang akan timbul adalah masalah-masalah yang harus dihadapi oleh kedua pasangan dan keluarga Su’adah, 2005: 214 – 215 Sistem yang mempengaruhi keluarga dapat digambarkan sebagai subsistem yang saling berinteraksi dna berhubungan yang diatus sedemikian rupa dalam sebuah berbagai posisi, peran dan norma yang selanjutnya diorganisir dalam subsistem- subsistem keluarga. Sebuah keluarga inti, paling tidak mempunyai subsistem interpersonal yang masing-masing menjalankan fungsinya dan tujuan-tujuannya. Subsistem antara pasangan suami dan isteri berhubungan satu sama lain sebagai pasangan perkawinan dan orang tua dari anak-anaknya. subsistem antara orang tua dan anak mempunyai fungsi-fungsi menjadi orang tua yang bersosialisasai termasuk peran-peran ayah dan ibu serta peran-peran anak. Tetapi tidak selamanya masalah yang datang akan mengakibatkan perceraian. Kematian pun secara otomatis akan melekatkan status cerai kepada suami isteri yang ditinggalkan. Selain itu, keputusan hakim juga berpengaruh dalam penentuan status. Universitas Sumatera Utara 133 Apabila hakim tidak mengkehendaki atau tidak memutuskan cerai maka pernikahan tersebut tidak bisa dikatakan telah berpisah. Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan dari salah satu pihak dalam perkawinan tersebut. Perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri dibangun dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, sejahtera, kekal dan abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan pernikahan merupakan hal yang sangat penting sebagaimana telah dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, karena tujuan pernikahan merupakan arah dimana pernikahan itu berjalan yaitu untuk membentuk keluarga yang bahagia berdasarkan atas rasa cinta dan kasih sayang antara suami isteri dan anak yang bertujuan untuk memperoleh suatu kesejahteraan. Masalah perceraian dalam rumah tangga merupakan hal yang sering terjadi di masyarakat, bukan hanya terjadi di kalangan artis tetapi juga di kalangan masyarakat biasa. Masalah perceraian seharusnya menjadi masalah yang serius dalam sebuah rumah tangga, hal ini tidak boleh diremehkan karena banyak dampak yang akan terjadi setelah perceraian itu terjadi. Perceraian bukan hanya akan merugikan kedua belah pihak, tetapi juga akan merugikan orang lain yaitu anak dan keluarga seperti ayah, ibu, dan saudara. Meskipun perceraian jelas dilarang oleh agama tetapi tetap saja perceraian di kalangan masyarakat terus semakin banyak dimana mereka mudah untuk memutuskan kawin-cerai tanpa mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan dari perceraian tersebut. Universitas Sumatera Utara 134 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa faktor yang dapat menyebabkan berakhirnya suatu pernikahan, yaitu:

5.3.1 Faktor-faktor Penyebab Perceraian

Di Indonesia, kasus perceraian sudah banyak terjadi bahkan setiap tahunnya angka perceraian selalu meningkat. Menurut Ketua Pengadilan Agama Deli Serdang, Drs. Amir Hamzah Rambe, SH, orang yang bercerai setiap tahunnya selalu meningkat, tetapi kesadaran masayarakat untuk memutuskan bercerai dipengadilan sangat minim. Kebanyakan dari mereka karena faktor ekonomi dan biaya yang sangat mahal sehingga tidak sedikit masyarakat yang bercerai hanya di atas hitam putih atau hanya bercerai di atas kertas dan dengan suatu kesepakatan bersama. Sebagai masyarakat, kita harus berusaha menekan angka perceraian dengan mengetahui dan menjaga keutuhan rumah tangga sehingga mudah-mudahan angka perceraian di Indonesia dapat berkurang. Kebanyakan mereka yang berceraia adalah karena tidak adanya kecocokan atau tidak sepemikiran dalam menjalani kehidupan. Mereka yang sudah memiliki kecocokan akan kehilangan rasa cinta dan harmonis dalam rumah tangga sehingga masalah-masalah bisa muncul dan mengakibatkan pertengkarang yang akan berujung pada perceraian. Keinginan untuk bercerai bisa berasal dari pihak perempuan ataupun pihak laki-lak dan bisa berasal dari diri sendiri ataupun orang laini. Keinginan untuk bercerai tersebut biasanya akan muncul apabila terjadi suatu masalah dalam keluarga yang dirasanya sudah bisa diselesaikan ataupun dimusyawarahkan dan biasanya masalah-masalah tersebut sudah menyakiti perasaan pasangan ataupun keluarga. Universitas Sumatera Utara 135 Sehingga mereka berpikir bahwa perceraian adalah keputusan yang terbaik dengan tujuan mereka bisa menuju kehidupan yang lebih bahagia. Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh beberapa faktor utama yang sangat mendorong orang untuk melakukan perceraian, yaitu: a. Kurangnya Komunikasi Keluarga adalah salah satunya orang yang terdekat dimana mereka adalah orang yang paling bisa dipercayai terutama antara suami dan isteri. Perceraian bisa terjadi apabila diantara keduanya tidak saling percaya dalam mengungkapkan sesuatu, baik itu dalam suatu masalah ataupun saling berbagi pengalaman di luar rumah. b. Adanya Perbedaan Pendapat Saling memberikan saran kepada setiap anggota keluarga juga dibutuhkan dalam upaya menjaga keutuhan rumah tangga. Tetapi, tidak sedikit orang yang terima akan perbedaan pedapat tersebut. Bahkan mereka akan lebih cenderung memberontak apabila diantara satu dengan yang lainnya terdapat suatu perbedaan. Bahkan dalam setiap perbedaan bisa menimbulkan pertengkaran-pertengkaran antara suami dan isteri. c. Ketidaksetiaan Alasan yang paling sering terjadi dalam kasus perceraian adalah ketidakharmonisan. Ketidakharmonisan dipicu karena adanya orang ke tiga dan selalu mengakibatkan pertengkaran di antara suami dan isteri. Orang yang tidak setia biasanya dikarenakan beberapa hal, mereka yang datang lebih dari yang pasangan kita miliki seperti lebih tampan atau cantik, lebih romantis, lebih bermateri, dan atau lebih mengerti dirinya. Universitas Sumatera Utara 136 Seandainya dalam rumah tangga itu mereka bis saling menghargai dan saling percaya serta saling setia maka perceraian bisa terhidari. d. Pernikahan Tanpa Cinta. Keluarga terbentuk karena adanya suatu ikatan pernikahan yang berdasarkan atas rasa cinta dan romantis Goode; 1950, dalam Su’adah; 2005, 2014 – 215 Orang yang menikah apabila tanpa pernikahan maka hidupnya tidak akan bahagia. Apabila dalam pernikahan tidak ada kebahagian, maka berbagai masalah akan muncul dan bisa mengganggu kebahagian bukan hanya kedua pasangan melainkan dapat mengganggu seluruh keluarga dan anak-anak. e. Pernikahan Usia Muda Pernikahan di usia muda memiliki resiko yang sangat tinggi untuk bercerai karena pasangan yang menikah di usia muda dianggap belum memiliki kematangan secara emosional. Sehingga mereka akan lebih sering bertengkar dan menimbulkan berbagai masalah dalam rumah tangga dan akhirnya akan bercerai. f. Ketidakseimbangan ataupun adanya ketidaksetaraan Orang yang memiliki perbedaan karena merasa tidak setara dengan pasangannya akan merasa dirinya tidak berguna dan merasa bahwa dirinya tidak dihargai. Dari perasaan itulah kebanyakan pasangan kita lebih sering menjadi sensitif dan selalu mencari-cari kesalahan. Dengan demikian suasana dalam rumah tangga tidak tercipta keharmonisan dan tidak menutup kemungkinan pasangan tersebut akan lebih memilih untuk bercerai dan memilih untuk mecari pasangan hidup yang setara dengannya. Universitas Sumatera Utara 137 g. Kekerasan dalam Rumah Tangga Banyak faktor yang memicu tindak kekerasan dalam rumah tangga. Misalnya karena perilakunya yang buruk, pembawaan jiwanya yang selalu kasar, atau bisa juga karena adanya perasaan cemburu kepada pasangannya. Selain itu, penyebab utama yang membuat seseorang bisa melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga adalah perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut bisa berupa kebiasaan dalam berjudi, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya Ada beberapa kutipan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa informan yaitu: “Infroman utama I: Dia kalau lagi marah suka sekali manggil saya pakai kata-kata kotor, kadang mau dia maki-maki saya depan anak-anak. Pernah sekali itu di mau pukul saya tapi karena anak-anak saya lihat, dia jadi tidak berani. Saya heran, kenapa harus mempermasalahkan saya bekerja, harusnya dia itu bersyukur karena saya bisa membantu dia dalam mencari nafkah. Kalau saya juga menghasilkan uang, otomatis ekonomi keluarga sayakan juga ikut terbantu, kebutuhan anak pun juga bisa terpenuhi. Kalau sekarang iya anak-anak masih kecil, kebutuhannya masih sedikit, tapi nanti kalau sudah besar, pendidikannya semakin tinggi, apa tidak membutuhkan uang banyak. Dia hanya memikirkan gengsinya saja. Mungkin karena penghasilan saya lebih besar daripada dia.” “Informan Utama II: “Saya tau sikap dan kebiasaan suami saya yang suka mabuk-mabukan dan main judi itu tidak benar. Tapi saya terima apa adanya karena cinta. Tapi setahun belakangan sikap dan kebiasaannya buat saya tidak tahan. Dia pulang sering mabuk-mabukan, kalau sudah di rumah bawaannya di selalu marah Universitas Sumatera Utara 138 dan sering main pukul, ngomongnya pun kasar, saat saya tegur justru saya yang di maki-maki.” “Informan Utama III: “Memang sering berantem karena masalah uang. Dia maunya selalu lebih. Kalau sama dia, uang berapun yang saya kasih tidak pernah cukup. Dengar-dengar dia udah punya pasangan baru yang lebih mapan dari saya dan mau menikah.” Banyak aspek yang dapat menyebabkan terjadinya perceraian, tetapi yang paling dominan di sini adalah faktor perbedaan pendapat, ketidaksetiaan, ketidakseimbangan dan ketidaksetaraan ekonomi, dan kekerasan dalam rumah tangga. Pengamatan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada orang yang bercerai, menunjukkan bahwa sebahagian besar mereka yang memilih dan memutuskan untuk bercerai karena faktor ketidakcocokan antara suami-isteri yang memicu pertengkaran-pertengkaran dan berakhir pada perceraian. Ketidakcocokan yang terjadi disini seperti perbedaan pendapat terhadap pekerjaan, penghasilan atau pendapatan, dan pendapat tentang kebiasaan yang merugikan orang lain sehingga mereka menuntut untuk berubah. Selain adanya ketidakcocokan, masalah utama lainnya adalah faktor kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan yang terjadi di sini diakibatkan karena tindakan menyimpang yang sudah menjadi kebiasaan seperti berjudi, jika tidak punya uang maka biasanya mereka suka meminta uang secara paksa dan biasanya jika tidak diberikan uang mereka cenderung melakukan tindak kekerasan seperti memukul atau menampar bahkan menghancurkan sesuatu yang ada di depannya. Mabuk-mabukan, mereka yang pulang dengan kondisi tidak sadar cenderung akan melakukan sesuatu Universitas Sumatera Utara 139 di luar akal sehatnya dan bahkan jika mereka merasa tidak sesuai dengan keinginannya maka kekerasan juga bisa terjadi. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yaitu bertujuan untuk mempertahankan kehidupan. Banyak teori yang membahas tentang kebutuhan manusia. Teori-teori kebutuhan tersebut lahir dari ilmu kejiwaan atau lebih dikenal dengan istilah Psikologi. Salah satu teori kebutuhan dikemukakan oleh Abraham Maslow yang menyebutkan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari lima kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis rasa haus dan lapar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan rasa harga diri, dan kebutuhan rasa aktualisasi seperti misalnya hasrat untuk berdiri sendiri. Sedangkan menurut Knowles, kebutuhan dasar manusia dapat dijadikan konsep dasar untuk pengembangan program pembelajaran pendidikan non formal, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan dasar terdiri dari kebutuhan fisik, yaitu meliputi kebutuhan untuk melihat, mendengar, dan beristirahat. Kebutuhan bertumbuh, kebutuhan akan keselamatan jiwa, kebutuhan akan mendapatkan pengalaman baru, kebutuhan untuk dikasihi, kebutuhan untuk dikenal. Setiap anak memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar anak bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana yang telah dijelaskan dalan Undang- undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Kesejahteraan Anak yang di dalamnya tercantum tentang hak untuk hidup, hak dalam melangsungkan hidup, dan hak untuk berkembang. Universitas Sumatera Utara 140 Secara teori, oleh Katz 2003 menyebutkan bahwa kebutuhan dasar sangat penting bagi anak adalah hubungan orang tua dan anak yang sehat dimana kebutuhan anak seperti perhatian, kasih sayang, perlindungan, dukungan, dan pemeliharaan dapat terpenuhi Huraerah, 2007:38 Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa yang termasuk ke dalam kebutuhan dan hak-hak anak yaitu:

5.3.2 Hak-Hak Anak

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hak yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam perkembangan anak, yaitu: 1. Hak atas Kelangsungan Hidup Seorang anak berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, termasuk di dalamnya adalah memperoleh makanan yang bergizi dan tempat tinggal serta memperoleh perawatan kesehatan. 2. Hak untuk Bekembang Sejak kecil anak sudah harus memperoleh pendidikan karena dengan memperoleh pendidikan, anak akan belajar dan mampu untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya. Mulai dari wajib sekolah sejak SD dampai menjadi sarjana. Anak juga harus memperoleh informasi, karena dari informasi anak akan mengetahui pengetahuan secara luas dari orang orang lain. Perkembangan seorang anak menuntut anak untuk belajar mandiri dan termotivasi untuk selalu berkreasi dan kreatif. 3. Hak untuk Memperoleh kasih sayang Anak yang memperoleh kasih sayang dari kedua orang tuanya biasanya menjadi pribadi yang baik dan memiliki perilaku yang lebih terarah ke arah Universitas Sumatera Utara 141 yang positif. Jika seorang anak tidak mendapatkan kasih sayang, maka tidak menutup kemungkinan anak tersebut akan mencari kasih sayang dari orang lain dan menyebabkan anak tersebut akan lebih mudah terpengaruh ke hal-hal yang buruk seperti perilaku menyimpang. 4. Hak Memperoleh Nafkah Pemberian nafkah dipergunakan untuk membiayai anak dalam setiap kebutuhannya, mulai dari biaya untuk sekolah, biaya untuk makan, dan biaya untuk kebutuhan lain-lain seperti uang jajan, membeli baju, dan lain sebagainya. Jika pemenuhan nafkah tidak terpenuhi maka anak akan mencari dan berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan kebanyakan anak yang seperti itu akan menuju pada tindak kriminal seperti mencuri dan merampok. 5. Hak Mendapatkan Identitas Seorang anak merupakan seorang warga negara dan sebagai penerus bangsa, seorang anak wajib memperoleh identitasnya sebagai warga negara agar anak tersebut diakui oleh negara. 6. Hal dalam beragama Setiap anak berhak untuk beribadah menurut kepercayaannya masing- masing. 7. Hak Mendapat Pengasuhan Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya dan berhak untuk hidup bersama orang tuanya dalam pengasuhan dan kasih sayang. 8. Hak Memperoleh Perlindungan Universitas Sumatera Utara 142 Setiap anak berhak untuk memberoleh rasa aman dan mendapatkan perlindungan agar mereka terhindar dari eksploitasi dan segala macam bentuk tindak kekerasan. Ada beberapa kutipan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa informan, yaitu: “Informan Utama IV: “Kalau kami tidak boleh kalau gak sekolah. Kalau udah malas-malasan mau sekolah pasti kenak marah. Orang tua dua-duanya selalu dukung kalau soal pendidikan. Orang tua sering bilang kalau gak mau sekolah nanti mau jadi apa. Kalau kasih sayang juga sama. Saya tidak pernah merasa kekurangan. Semua baik karena biarpun saya tidak tinggal serumah tapi bapak sering nelepon nanyakin kabar dan masih peduli sama anak-anaknya. Kalau bicarain soal nafkah, itu semua mamak yang biayai. Mau itu biaya sekolah, seragam, uang jajan, sama uang-uang yang lain semua dari mamak. Kalau bapak tidak pernah ngasih.” “Infroman Utama V: kalau pendidikanku semua mamak yang biayai. Sampai sekarang aku kuliah pun mamak yang biayai. Kalau bapak sejak cerai itu mana pernah dia ngasih uang sekolah atau ngurus sekolah ku lagi. Setelah cerai dulu bapak masih perhatian, masih mau nelepon nanyak kabar, masih sering main-main kerumah, masih sering datang kesekolah. Terus setahun kemudian nggak pernah lagi karena dia udah nikah lagi. Sampai sekarang juga nggak pernah.” “Informan Utama VI: Saya sekolah dibiayai sama ibu saya. Sampai saya kuliah pun semua dibiayai sama ibu saya. Kalau ayah tidak pernah mau ikut campur karena ayah saya juga tidak pernah ngasih nafkah buat biaya pendidikan. Sejak kecil saya kehilangan kasih sayang dari kedua orang tua karena sejak kecil saya tinggal sama nenek dan bibi saya di Medan. Setelah cerai ayah saya pindah ke Universitas Sumatera Utara 143 Pekanbaru, dan ibu saya bekerja ke Jawa. Semua kebutuhan saya mau itu pendidikan, maupun kebutuhan lainnya seperti uang jajan itu dibiayai sama ibu saya. Kalau bapak saya sama sekali tidak pernah ngasih sama sekali.” Secara psikis tentu perceraian akan sangat mempengaruhi pada perkembangan anak, baik itu ketika masih anak-anak atau ketika anak sudah mulai remaja. Seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan bahwa akibat dari perceraian itu sangat fatal sekali, yaitu terhadap anak dimana pada saat orang tuanya memutuskan untuk bercerai maka si anak akan merasa terganggu dan merasa kurang perhatian dan bahkan kurang kasih sayang dari orang tua. Pengamatan dari wawancara yang penulis lakukan dengan anak yang orang tuanya bercerai, menunjukkan bahwa tidak semua hak yang seharusnya mereka dapat diberikan oleh orang tuanya. Hal tersebut salah satunya adalah pemberian kasih sayang. Orang tua yang bercerai biasanya enggan mengunjungi anaknya karena beberapa faktor yaitu pihak ibu atau pihak ayah sudah menikah kembali dan sudah memiliki keluarga baru, keterbatasan waktu dan jarak, kondisi mantan pasangan yang dianggap tidak layak. Ketidaklayakan disini misalnya mantan suami yang memiliki perilaku tidak baik sehingga pihak ibu tidak mengizinkan mantan suami menemui anaknya karena khawatir anaknya akan terpengaruh pada perilaku buruk.

5.3.3 Dampak Perceraian terhadap Anak

Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasakan ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang sudah tidak tinggal serumah, bisa juga mereka merasa bersakah dan menggap mereka adalah penyebabnya, prestasi anak menjadi menurun dan mereka lebih banyak menyendiri. Universitas Sumatera Utara 144 Sehingga mereka menjadi pribadi yang tertutup, termasuk dalam masalah-masalah besar dalam hidupnya. Sebagai pelarian yang buruk, anak-anak bisa terpengaruh, terjerumus, dan terlibat dalam pergaulan yang buruk, narkoba, atau hal lainnya yang dapat merugikan. Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka diketahui ada beberapa dampak perceraian yang terjadi pada anak, yaitu: 1. Adanya perasaan trauma Perasaan trauma muncul ketika anak merasa tidak adanya kebahagiaan yang dia dapat dari keluarga terutama dalam rumah. Rasa tidak bahagia tersebut akan berubah menjadi rasa takut seperti anak berubah menjadi tertutup, pendiam, dan enggan berbagi masalah dengan orang lain. Selain itu, rasa trauma yang paling sulit untuk diterima adalah terbentuknya perasaan takut dalam menjalin hubungan dengan orang lain terutaman dalam membangun rumah tangganya sendiri di masa yang akan datang. 2. Hilangnya rasa aman Ketika kedua orang tua tidak lagi tinggal bersama, tidak tinggal serumah, ataupun tidak lagi mengasuh anak secara bersama-sama, maka anak akan merasa kehilangan rasa aman karena setelah bercerai, salah satu dari kedua orang tua yang selama ini ada disampingnya akan pergi meninggalkannya. Hal inilah yang dapat menyebabkan anak tidak terkontrol dan mudah terpengaruh dengan pergaulan di luar rumah. 3. Merasa dimanfaatkan Anak biasanya akan dijadikan sebagai penghantar pesan apabila mantan pasangan ingin mencari kabar atau informasi tertentu dari mantan Universitas Sumatera Utara 145 pasangannya yang lain. Dalam kasus ini, anak akan ditempatkan dalam situasi permusuhan antara kedua orang tuanya. 4. Merasa ditinggalkan dan tidak diinginkan Ketika perceraian orang tua terjadi pada saat usia anak masih kecil, maka anak akan merasa orang tuanya tidak menyayanginya karena lebih memilih pergi tanpa bersama dengan dirinya. Kebanyakan anak merasa ditinggalkan ketika ibu atau ayahnya bercerai dan memutuskan untuk menikah kembali dengan pasangannya yang baru. 5. Hilangnya sebagian hak-hak anak Setelah orang tua bercerai, tidak ada yang menjamin tentang pemenuhan hak anak apakah terpenuhi atau tidak. Orang tua yang mempunyai tanggung jawab dalam mengasuh anak biasanya akan berusaha dan berjuang sendiri dalam memberikan segala pemenuhan hak kepada anak. Sedangkan orang tua yang lannya, lebih memilih untuk tidak peduli dan membiarkannya begitu saja dengan beberapa alasan, pertama tidak memiliki uang, dan yang dua tidak ada kabar sama sekali. Ada beberapa kutipan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa informan yaitu: “Informan Utama IV: Karena adanya perasaan marah itu jadi keseringan saya marah-marah. Bicara pun jadi sering kasar. Kadang mau juga saya tidak nurut kalau disuruh, kayak disuruh belajar. Pasti langsung marah-marah.” “Informan Utama V: Yang pasti jadi kurang kasih sayang karena nggak ada bapak. Karena kurang kasih sayang itu jadinya aku lebih senang main di luar rumah Universitas Sumatera Utara 146 sama teman-temanku. Belajarpun aku jadi malas-malasan makanya dulu waktu SMP aku pernah tinggal kelas.” “Informan Utama VI: Setelah orang tua saya cerai, saya tinggal bersama nenek dan bibi saya. Ayah saya pergi ke Pekanbaru dan sudah menikah lagi. Sedang kan ibu saya harus pergi bekerja di luar kota dan yang pasti saya kehilangan kasih sayang dari kedua orang tua.” Seperti yang telah dikemukakan diatas, masalah perceraian memang selalu memberi dampak baik itu secara positif ataupun negatif. Tetapi yang paling berpengaruh pada perkembangan anak adalah timbulnya dampak negatif. Tetapi semua tergantung pada pemberian hak-hak yang seharusnya mereka dapat sehingga mereka tidak merasa kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di luar lingkungan keluarga. Berbagai kasus pemenuhan hak anak yang berhubungan dengan kasus perceraian selalu berkaitan dengan pemenuhan dalam pemberian nafkah, kasih sayang, serta perhatian dan keamanan anak itu sendiri. Sama halnya yang telah penulis uraian diatas, secara garis besar hak-hak anak yang tidak terpenuhi setelah terjadinya perceraian adalah kebutuhan akan kasih sayang dan nafkah. Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan dan berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan serta mengacu pada pembatasan masalah yaitu masalah perceraian dan pemenuhan hak-hak anak, maka dapat diketahui bahwa kondisi anak pada saat terjadinya perceraian sangat membutuhkan dukungan sosial dari keluarga maupun lingkungannya. Anak korban perceraian yang menghadapi berbagai macam persoalan sangat membutuhkan dukungan yang kuat dari lingungannya terutama dari keluarga Universitas Sumatera Utara 147 terdekat. Pentingnya keluarga bagi anak korban perceraian adalah ibu, bapak dan keluarga merupakan lingkungan pertama dan juga terdekat yang dapat menjadi dukungan sumber utama bagi anak korban perceraian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dukungan keluarga dan lingkungan adalah sebuah sistem yang memiliki kemampuan untuk memberikan dukungan yang terbaik bagi perkembangan anak. Dukungan tersebut berupa pemberian kasih sayang yang dianggap sangat membantu dalam perkembangan perilaku dan kepribadian anak. Selain itu, dukungan berupa dorongan dalam memberikan pembinaan dan pelatihan keterampilan juga harus diberikan kepada anak sebagai bentuk perhatian keluarga agar anak tersebut mampu berkembang dalam lingkungan sosialnya. Perkembangan juga dipengarui oleh dukungan orang tua dalam memberikan kesempatan bagi anak untuk berpastisipadi dan kretaif. Universitas Sumatera Utara 148 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis merumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perceraian dalam masayarakat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: a. Adanya perbedaan pendapat. Pendapat ternyata juga mempengaruhi sebuah keharmonisan dalam rumah tangga. Yaitu adanya ketidaksepakatan dalam berpendapat. Misalnya terjadi ketidaksepakatan dalam cara membesarkan anak, jumlah pendapatan, bahkan masalah pekerjaan. b. Ketidaksetiaan atau adanya orang pihak ketiga sehingga menyebabkan terjadinya perselingkuhan. Pasangan yang lebih memilih untuk meninggalkan pasangannya demi orang lain pihak ketiga biasanya dikarenakan orang tersebut lebih dicintainya atau juga lebih bermateri jika dibandingkan dengan pasangannya. c. Adanya kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara diakibatkan oleh perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan meminum minuman kerasa, berjudi, dan suka bermain perempuan. d. Pernikahan usia muda. Orang yang menikah di usia muda rawan sekali akan terjadi perceraian karena secara usia, mereka belum matang jiwa Universitas Sumatera Utara 149 dan pemikirannya. Sehingga akan sering menimbulkan perbedaan pandangan serta pendapat. 2. Dampak perceraian terhadap perkembngan anak, antara lain: a. Adanya perasaan trauma. Munculnya perasaan trauma yang dialami anak karena perceraian orang tua berkaitan dengan kualitas hubungan dalam keluarga sebelumnya. Jika anak memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya sebelumnya maka perceraian akan membuat anak merasa kecewa dan akhirnya akan menyebabkan trauma dalam diri anak. Sebaliknya, jika anak memiliki hubungan yang kurang baik, maka perceraian tidak akan menjadi masalah karena anak akan mengerti bahwa perceraian adalah keputusan yang terbaik. b. Merasa ditinggalkan dan tidak diinginkan oleh orang tua. Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang sangat sulit bagi anak, terutama menyangkut tentang hubungan dengan orang tuanya yang tidak lagi tinggal bersama. Anak biasanya akan merasa kehilangan dan kesepian serta cenderung menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi dalam keluarganya. Selain itu, tuntutan ekonomi keluarga juga menjadi pemicu timbulnya perasaan ini. Keluarga yang bercerai biasanya ibu atau ayah yang tinggal bersama anak lebih memilih bekerja dari pada menghabiskan waktu dirumah bersama anak demi memenuhi kebutuhan hidup anak dan dirinya. c. Hilangnya hak dan kewajiban anak. Meskipun kehidupan setelah perceraian merupakan suatu kehidupan baru, namun masih ada ikatan-ikatan di antara pasangan yang bercerai. Ikatan yang paling penting adalah ikatan sebagai orang tua dan anak Universitas Sumatera Utara 150 yaitu sama-sama berusaha dalam memenuhi hak anak seperti pemberiaan nafkah, kasih sayang, dan perhatian, serta perlindungan. d. Hilangnya rasa aman dalam diri. Selain adanya perasaan ditinggalkan, anak juga akan kehilangan rasa aman karena kedua orang tuanya tidak lagi bersama dalam mengasuh dan menjaganya dalam satu rumah. Hal inilah yang dapat menyebabkan anak lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah bersama teman-temannya daripada memilih untuk tinggal lama dirumah. e. Merasa kehilangan. Anak yang orang tuanya tidak lagi tinggal bersama akan merasa kehilangan jika salah satu diantara orang tuanya tidak berada di dekatnya. Terutama jika anak tersebut melihat teman sebayanya sedang bermain bersama dengan kedua orangtuanya. 3. Perceraian menimbulkan masalah dalam pemenuhan hak-hak anak. Banyak hambatan yang menjadi penyebab terbengkalainya pemenuhan hak-hak anak. Salah satunya adalah faktor kelalaian orang tua, sehingga banyak anak-anak korban perceraian dititipkan atau dialihkan hak pengasuhannya kepada kerabat terdekat entah kakek atau nenek. Selain itu, dampak yang ditimbulkan karena tidak terpenuhinya hak-hak anak dapat dilihat dari perilaku anak sehari-hari seperti kurang percaya diri minder, kurang berinteraksi, prestasi belajar menurun, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 151

6.2 Saran