Asas-asas Perkawinan Perkawinan .1 Pengertian Perkawinan

30 Pada prinsipnya, perkawinan di Indonesia adalah monogami, yaitu perkawinan yang hanya memperbolehkan suami memiliki satu orang isteri dan isteri hanya memiliki satu orang suami saja karena perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan yang terjadi antara seorang pria dengan wanita menimbulkan akibat secara lahir dan batin baik terhadap keluarga dari pihak pria, keluarga pihak perempuan, masyarakat dan juga dengan harta kekayaan yang diperoleh dari setelah maupun sesudah menikah.

2.1.5 Asas-asas Perkawinan

Hukum perkawinan yang berlaku bagi tiap-tiap agama berbeda satu sama lain, akan tetapi tidak saling bertentangan. Di Indonesia hukum perkawinan secara garis besar di atur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. Bagi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia mutlak adanya Undang-undang Perkawinan Nasional yang sekaligus menampung prinsip-prinsip dan memberikan landasan hukum perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat Indonesia. Sesuai dengan landasan falsafah Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, maka Undang-undang Perkawinan ini telah menampung di dalamnya unsur-unsur dan ketentuan-ketentuan hukum agama dan kepercayaannya Sudarsono, 2015: 6 – 7 Dalam Undang-undang tersebut ditentukan prinsip-prinsip dan asas-asas mengenai perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang telah disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Adapun prinsip-prinsip atau asas-asas yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami dan isteri perlu saling membantu dan melengkapi, agar Universitas Sumatera Utara 31 masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya dalam membantu serta mencapai kesejahteraan baik secara spiritual dan materil. b. Dalam Undang-undang ini dinyatakan bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku. c. Undang-undang ini menganut asas monogami, yaitu seorang pria hanya boleh memiliki seorang isteri dan seorang wanita hanya boleh memiliki seorang pria. Apabila terjadi pernikahan poligami dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan, maka hal tersebut hanya bisa diputuskan oleh pengadilan. d. Calon suami isteri yang usianya belum mencapai 21 tahun harus mendapatkan izin kedua orang tuanya serta mereka harus memiliki jiwa dan raga yang matang benar-benar siap untuk melangsungkan perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa terjadinya perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Maka dari itu, harus ada pencegahan terjadinya perkawinan dibawah umur. Berhubungan dengan ketentuan diatas, maka Undang-undang menetapkan batas umur kawin 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita. e. Undang-undang ini juga melarang perkawinan sejenis, sedarah, sesusuan, dan setali persaudaraan. f. Hak dan kedudukan isteri seimbang dengan hak dan kedudukan suami baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat, sehingga segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan secara bersama. Universitas Sumatera Utara 32

2.1.6 Hak dan Kewajiban Suami Isteri