88
berharap, anak-anaknya kelak tetap dapat hidup rukun dan saling membantu dalam setiap kesulitan. YH juga berharap bahwa perceraian yang terjadi dalam keluarganya
bisa menjadi pelajaran untuk anak-anaknya dalam mencari pasangan.
5.2.3 Informan Utama III: Orang yang pernah bercerai
Nama : IH
TempatTanggal Lahir : 7 September 1985
Usia : 31 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Medan
Agama : Islam
IH merupakan seorang pedagang yang sehari-harinya berjualan kartu paket internet yang berada di jalan binjai. IH adalah seorang pria yang sudah menikah dan
telah memiliki anak dua orang laki-laki yang masih berusia 5 dan 4 tahun. Masalah ekonomi yang dianggapnya pas-pasan memicu pertengkaran dan menyebabkan IH
berpisah dengan isterinya. IH tidak pernah menginginkan adanya perceraian. Tapi IH terpaksa berpisah
karena IH ditinggal oleh isteri sejak setahun yang lalu karena faktor ekonomi dan adanya pihak orang ketiga dalam rumah tangganya. Berikut penuturan IH:
“Memang sering berantem karena masalah uang. Dia maunya selalu lebih. Kalau sama dia, uang berapun yang saya kasih tidak pernah cukup. Dengar-
dengar dia udah punya pasangan baru yang lebih mapan dari saya dan mau menikah.”
Universitas Sumatera Utara
89
Hubungan IH dengan isteri selama masa perkawinan kurang harmonis dan sering sekali terjadi pertengkaran karena masalah uang. Berikut penuturan IH:
Hubungna saya dengan isteri dari awal menikah memang kurang harmonis, sering ribut karena dia selalu menanyakan soal uang kalau saya pulang
kerja.”
Hubungan dengan keluarga dari pihak isteri selama masa perkawinan berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan hubungan komunikasi yang lancar antara IH
dengan ibu mertuanya serta keluarga besarnya. Berikut penuturan IH: “Kalau hubungan saya dengan keluarga besar dari isteri baik-baik aja.
Bahkan masih sering komunikasi sampai sekarang dan selalu tanya soal anak.”
Tidak ada yang mendukung terjadinya perpisahan yang dialami oleh IH. Bahkan keluarga dari pihak IH maupun keluarga dari pihak isteri sangat
menyayangkan dan merasa kecewa atas tindakan isteri IH yang memilih untuk berpisah. Berikut penuturan IH:
“Kalau untuk berpisah tidak ada yang mendukung. Tapi kalau memang sudah seperti ini mau tidak mau ya harus berpisah biarpun kecewa tetap harus
ikhlas.”
Respon keluarga setelah mengetahui keputusan isteri IH untuk bercerai adalah kecewa, sedih, dan marah. Hal yang membuat keluarga IH kecewa adalah sifat
isterinya yang terlalu matrialistis lebih mencintai harta dan kemewahan, dan hal yang membuat keluarga sedih karena memikirkan anak-anak IH yang masih kecil
Universitas Sumatera Utara
90
ditinggalkan oleh ibunya. Sedangkan hal yang membuat keluarga IH marah adalah cara isterinya yang pergi begitu saja tanpa ada kepastian yang jelas dan tidak
memperdulikan perasaan anak-anaknya. Berikut penuturan IH: “Yang pastinya kecewa. Karena dia perempuan tapi dia tega ninggalin
keluarganya kayak gini. Sedih iya juga karena kasihan sama anak-anak kan masih kecil.”
Saat isteri IH pergi dari rumah, anak-anak hanya menanyakan kemana ibunya dan dimana ibunya. Kedua anak IH masih kecil, yaitu usia 5 dan 3 tahun. Sehingga
wajar jika mereka selalu menanyakan keberadaan ibunya karena mereka belum mengerti permasalahan yang diamali oleh IH. Berikut penuturan IH:
“Anak-anak sering nanya tentang ibunya sama saya. Sama nenek dan bibinya juga mereka sering tanya. Karena anak-anak masih kecil jadi mereka belum
tau masalah dalam rumah tangga itu gimana jadi orang tua saya bilang kalau ibunya pergi kerja.”
Hambatan yang dirasakan oleh IH ketika berkeinginan untuk bercerai adalah biaya dan komunikasi. Biaya yang mahal membuat IH mempertimbangkan kembali
keputusannya untuk mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan. Selain itu isteri IH yang sudah memutuskan komunikasi juga menjadi penghambat apabila IH
melakukan gugatan karena dianggap membuang-buang waktu. Berikut penuturan IH: “Kalau cerai secara hukum memang belum saya urus, soalnya biayanya
mahal, belum lagi biaya transport kesana kemari kan lumayan jugak, bagusan uangnya untuk kebutuhan anak sama ngasih uang belanja buat orang tua saya.
Selain itu istri saya juga sudah tidak bisa dihubungi”.
Universitas Sumatera Utara
91
Tidak ada yang menjadi pertimbangan IH untuk melakukan perceraian. IH hanya menginginkan status hubungan antara IH dengan isteri menjadi lebih jelas.
Berikut penuturan IH: “Pertimbangan untuk cerai tidak ada. Saya hanya mau hubungan ini jelas. Itu
saja.”
IH berharap dari keputusannya untuk bercerai ini bisa membuat kehidupan IH dan anak-anaknya menjadi lebih baik. Berikut penuturan IH:
“Harapan saya setelah berpisah ini bisa hidup lebih baik sama anak-anak dan keluarga saya.”
Secara hukum IH belum bercerai dengan isterinya, tetapi secara agama IH telah bercerai dan perasaan IH pada saat terjadinya perpisahan itu adalah sedih. Karena IH
tidak pernah membayangkan jika dirinya ditinggalkan oleh isteri karena keterbatasannya dalam menafkahi keluarga. Berikut penuturan IH:
“Perasaan saya setelah pisah pastinya ya sedih. Kadang mikir juga kok bisa sampai seperti ini. Dan masalahnya itu karena materi.”
Hak asuh anak berada di bawah pengasuhan IH tetapi IH sering menitipkan anak-anaknya ke orang tuanya karena harus bekerja. Berikut penuturan IH:
“Anak-anak tinggal sama saya, tapi jika saya bekerja saya lebih sering titipin anak-anak ke sama neneknya.”
Universitas Sumatera Utara
92
Kondisi ekonomi IH setelah bercerai tidak ada masalah. Semua kebutuhan bisa terpenuhi oleh IH dari hasil kerja kerasnya sehari-hari. Berikut penuturan IH:
“Soal ekonomi saya masih stabil. Semua kebutuhan masih bisa saya penuhi dengan baik. Apalagi anak-anak masih kecil jadinya belum butuh biaya
besar.”
Pemenuhan nafkah kepada anak IH merasa lancar. Secara finansial IH merasa tidak ada masalah dan anak-anaknya tidak merasa kekurangan apapun baik itu dari
segi uang jajan, mainan, dan kebutuhan sehari-harinya. Berikut penuturan IH: “Semua kebutuhan anak masih bisa saya penuhi karena anak-anak masih kecil
sehingga belum membutuhkan biaya yang besar.”
Kebutuhan anak dari segi pendidikan terpenuhi dengan baik. Anak sulung IH yang berusia 5 tahun sekarang sudah bersekolah di bangku Taman Kanak-kanak
TK sedangkan anak bungsu IH belum bersekolah karena masih kecil. Berikut penuturan IH:
“Anak saya yang paling besar sekarang masih TK dan yang paling kecil belum sekolah. Kalau untuk pendidikan anak, saya tidak pernah main-main. Semua
saya berikan dengan sebaik-baiknya.”
Kebutuhan anak akan kasih sayang dirasa IH belum diperoleh secara utuh. IH merasa anak-anaknya kurang kasih sayang dari sosok seorang ibu dan karena IH
bekerja jadi IH juga merasa waktunya bersama anak juga kurang sehingga kasih sayang yang diberikan IH juga kurang. Berikut penuturan IH:
Universitas Sumatera Utara
93
“Setelah berpisah, anak-anak jadi kurang kasih sayang terutama kasih sayang dari ibunya. Sedangkan saya dari pagi dan kadang sampai malam kerja. Waktu
untuk anak jadinya kurang.”
Mantan isteri IH tidak pernah berkunjung untuk melihat anak-anaknya setelah berpisah. Selain itu mantan isteri IH juga tidak pernah menghubungi IH ataupun
anak-anaknya walaupun hanya untuk menanyakan kabar kedua anaknya itu. Berikut penuturan IH:
“Setelah berpisah, anak-anak tidak pernah bertemu dengan ibunya. Jangankan untuk bertemu seminggu sekali, hanya sekedar berbicara di telepon dan menanyakan
kabar anak saja juga tidak pernah.”
Dampak yang dirasakan oleh IH setelah berpisah adalah IH jauh dari anak karena IH lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja. Berikut
penuturan IH: “Saya jarang di rumah. Pergi pagi pulang malam kadang anak udah tidur.
Jadinya serasa jauh dari anak padahal tinggal serumah. Palingan hari minggu kalau libur baru main-main sama.”
5.2.4 Informan Utama IV: Anak yang orang tuanya bercerai