Informan Utama IV: Anak yang orang tuanya bercerai

93 “Setelah berpisah, anak-anak jadi kurang kasih sayang terutama kasih sayang dari ibunya. Sedangkan saya dari pagi dan kadang sampai malam kerja. Waktu untuk anak jadinya kurang.” Mantan isteri IH tidak pernah berkunjung untuk melihat anak-anaknya setelah berpisah. Selain itu mantan isteri IH juga tidak pernah menghubungi IH ataupun anak-anaknya walaupun hanya untuk menanyakan kabar kedua anaknya itu. Berikut penuturan IH: “Setelah berpisah, anak-anak tidak pernah bertemu dengan ibunya. Jangankan untuk bertemu seminggu sekali, hanya sekedar berbicara di telepon dan menanyakan kabar anak saja juga tidak pernah.” Dampak yang dirasakan oleh IH setelah berpisah adalah IH jauh dari anak karena IH lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja. Berikut penuturan IH: “Saya jarang di rumah. Pergi pagi pulang malam kadang anak udah tidur. Jadinya serasa jauh dari anak padahal tinggal serumah. Palingan hari minggu kalau libur baru main-main sama.”

5.2.4 Informan Utama IV: Anak yang orang tuanya bercerai

Nama : WH TempatTanggal Lahir : 10 Oktober 1992 Usia : 23 tahun Pekerjaan : Mahasiswa dan Buruh pabrik kompor Alamat : Medan Universitas Sumatera Utara 94 Agama : Islam WH merupakan seorang anak yang orang tuanya dulu pernah bercerai. Perceraian orang tuanya terjadi pada saat WH berusia 14 tahun. Sekarang WH adalah seorang mahasiswa di salah satu Universitas Swasta yang ada di Medan. Sehari- harinya WH bekerja sebagai buruh di pabrik kompor dekat rumahnya dan malam harinya WH kuliah. Perasaan WH saat mengetahui orang tuanya akan bercerai adalah merasa seolah-olah hidupnya tidak berguna, merasa marah, dan sempat membenci orang tuanya atas perceraian tersebut. Berikut penuturan WH: “Orang tua saya bercerai tahun 2006, waktu itu saya masih umur 14 tahun, masih SMP. Saya tau orang tua saya mau cerai rasanya sedih lah, marah, dan benci. Kalau ingat-ingat itu rasanya gak karuanlah”. Hubungan WH dengan ibunya setelah bercerai baik dan hubungan WH dengan ayahnya juga baik. Meskipun WH tidak tinggal bersama ayahnya, tetapi hubungan komunikasi WH dengan ayahnya selalu baik dan setiap hari selalu menanyakan kabar tentang saudara-saudaranya. Berikut penuturan WH: “Setelah orang tua saya cerai, saya tinggal dengan mamak. Hubungan kami baik. Sama bapak juga baik. Biarpun tidak tinggal barengan tapi dia selalu nanya kabar saya bagaimana dan adik-adik saya gimana.” Setelah orang tuanya bercerai, WH merasa ada perbedaan dalam kehidupan sehari-harinya. Sebelum orang tuanya bercerai, WH terbiasa dengan ayahnya yang selalu mengajarkannya belajar. Setelah orang tuanya bercerai, WH merasa Universitas Sumatera Utara 95 kehilangan karena WH terbiasa dengan ayahnya yang selalu mengajarinya belajar di rumah. Berikut penuturan WH: “Kalau dulu belajar selalu diajari sama bapak. Setelah cerai ngerasa kehilangan karena di rumah tidak ada bapak yang ngajari belajar.” Perceraian yang dialami oleh kedua orang tua WH diketahui oleh teman- temannya dikarenakan teman-teman sekolah WH rata-rata adalah anak-anak yang tinggal di lingkungan tempat tinggal WH. Berikut penuturan WH: “Teman sekolah dulu banyak yang tau. Soalnya kebanyakan teman sekolah saya dulu tetangga saya.” Ketika teman-teman WH mengetahui perceraian yang dialami oleh kedua orang tua WH maka reaksi mereka adalah kaget. Berikut penuturan WH: “Kebanyakan pada kaget. Mereka nanyak kenapa bisa cerai.” Tidak ada respon negatif yang diterima WH setelah teman-temannya mengetahui bahwa orang tua WH bercerai. Kebanyakan dari mereka hanya bertanya tentang penyebab terjadinya perceraian tersebut. Berikut penuturan WH: “Kalau respon yang negatif tidak ada. Seperti yang ngejek atau segainya itu tidak ada. mereka hanya tanya kenapa bisa cerai. Gitu aja.” Saat teman-teman WH mempertanyakan tentang masalah orang tuanya maka WH hanya bisa menjawab jika kedua orang tuanya sudah tidak ada kecocokan. Berikut penuturan WH: Universitas Sumatera Utara 96 “Kalau ada yang tanya ya di jawab aja udah tidak cocok.” Perasaan WH terhadap orang tuanya setelah bercerai adalah merasa sedih, marah, dan kecewa.WH merasa sedih karena WH memikirkan tentang bagaimana pendapat orang tentang dirinya yang tidak memiliki seorang ayah. WH juga merasa kecewa karena WH sangat menyayangkan perilaku ayahnya yang hingga akhirnya mereka bercerai. Berikut penuturan WH: “Kadang ngerasa sedih karena tidak punya bapak dan apa kata orang nanti. Kalau kecewa ya pasti ada. Apalagi kalau ingat perilaku dia waktu dulu. Kecewa kali lah. Kalau tidak kan, mana mungkin sampai cerai.” Setiap perasaan yang WH alami dilampiaskannya dengan cara menyendiri dan sering sekali marah atau berperilaku kasar seperti bersuara dengan nada tinggi. Berikut penuturan WH: “Saya keseringan di kamar. Malas-malasan. Kadang sering marah-marah juga kalau lagi teringat masalah itu. Tapi itu dulu waktu masih zaman- zamannya sekolah.” Dampak yang sangat dirasakan oleh WH setelah orang tuanya bercerai adalah perubahan sikap dan perilaku WH yang berubah menjadi kasar dan arogan serta WH juga sering melawan perintah ibunya jika sedang disuruh sesuatu. Selain itu, kualitas belajar WH juga menurun karena malas belajar. Berikut penuturan WH: “Karena adanya perasaan marah itu jadi keseringan saya marah-marah. Bicara pun jadi sering kasar. Kadang mau juga saya tidak nurut kalau disuruh, kayak disuruh belajar. Pasti langsung marah-marah.” Universitas Sumatera Utara 97 WH selalu mendapatkan pendidikan dengan baik dari kedua orang tuanya. Bahkan sampai orang tuanya berceraipun WH selalu memperoleh pendidikan dengan baik sampai sekarang. Berikut penuturan WH: “Kalau kami tidak boleh kalau gak sekolah. Kalau udah malas-malasan mau sekolah pasti kenak marah. Orang tua dua-duanya selalu dukung kalau soal pendidikan. Orang tua sering bilang kalau gak mau sekolah nanti mau jadi apa.” Setelah orang tua WH bercerai, WH tidak pernah kekurangan kasih sayang karena hubungan WH dengan kedua orang tuanya baik dan komunikasi tetap berjalan lancar. Berikut penuturan WH: “Kalau kasih sayang juga sama. Saya tidak pernah merasa kekurangan. Semua baik karena biarpun saya tidak tinggal serumah tapi bapak sering nelepon nanyakin kabar dan masih peduli sama anak-anaknya.” Setelah orang tua WH bercerai, WH selalu mendapatkan apa yang dibutuhkan seperti kebutuhan sekolah ataupun kebutuhan pribadinya. Berikut penuturan WH: “Kalau bicarain soal nafkah, itu semua mamak yang biayai. Mau itu biaya sekolah, seragam, uang jajan, sama uang-uang yang lain semua dari mamak. Kalau bapak tidak pernah ngasih.” WH tidak pernah merasa trauma terhadap perceraian karena WH berpendapat bahwa perceraian yang terjadi pada kedua orang tuanya adalah perlajaran yang paling berharga di masa yang akan datang. Beriktu penuturan WH: Universitas Sumatera Utara 98 “Trauma tidak. Tapi masalah perceraian itu biar jadi pelaran untuk saya kedepannya bagaimana.” Tidak ada cara yang dilakukan WH dalam mengatasi trauma terhadap perceraian karena WH tidak merasa trauma terhadap perceraian yang terjadi pada kedua orang tuanya. “Tidak ada cara yang saya lakukan buat menghilangkan trauma terhadap perceraia karena saya sendiri juga tidak merasa trauma.” WH berharap dari perceraian yang dialami oleh orang tuanya menjadi pelajaran dalam hidupnya tentang bagaimana menyikapi dan mengatasi masalah dalam rumah tangga. Sehingga pada suatu saat nanti jika WH sudah berumah tangga, WH bisa menyelesaikan permasalahan tanpa adanya perceraian. Berikut penuturan WH: “Perceraian bisa jadi pelajar buat saya untuk bisa lebih bersikap dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan dan mampu memecahkan masalah dalam rumah tangga dengan baik supaya bisa terhindar dari perceraian.” Sekarang WH sudah mulai belajar mandiri. Selain kuliah, WH bekerja sebagai buruh pabrik di pabrik kompor dekat rumahnya. Pendapatan yang diperolehnya dipergunakanya untuk membantu ibunya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sisanya ditabung WH untuk tabungan masa depannya.

5.2.5 Informan Utama V: Anak yang orang tuanya bercerai