Dampak Perceraian terhadap Anak

143 Pekanbaru, dan ibu saya bekerja ke Jawa. Semua kebutuhan saya mau itu pendidikan, maupun kebutuhan lainnya seperti uang jajan itu dibiayai sama ibu saya. Kalau bapak saya sama sekali tidak pernah ngasih sama sekali.” Secara psikis tentu perceraian akan sangat mempengaruhi pada perkembangan anak, baik itu ketika masih anak-anak atau ketika anak sudah mulai remaja. Seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan bahwa akibat dari perceraian itu sangat fatal sekali, yaitu terhadap anak dimana pada saat orang tuanya memutuskan untuk bercerai maka si anak akan merasa terganggu dan merasa kurang perhatian dan bahkan kurang kasih sayang dari orang tua. Pengamatan dari wawancara yang penulis lakukan dengan anak yang orang tuanya bercerai, menunjukkan bahwa tidak semua hak yang seharusnya mereka dapat diberikan oleh orang tuanya. Hal tersebut salah satunya adalah pemberian kasih sayang. Orang tua yang bercerai biasanya enggan mengunjungi anaknya karena beberapa faktor yaitu pihak ibu atau pihak ayah sudah menikah kembali dan sudah memiliki keluarga baru, keterbatasan waktu dan jarak, kondisi mantan pasangan yang dianggap tidak layak. Ketidaklayakan disini misalnya mantan suami yang memiliki perilaku tidak baik sehingga pihak ibu tidak mengizinkan mantan suami menemui anaknya karena khawatir anaknya akan terpengaruh pada perilaku buruk.

5.3.3 Dampak Perceraian terhadap Anak

Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasakan ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang sudah tidak tinggal serumah, bisa juga mereka merasa bersakah dan menggap mereka adalah penyebabnya, prestasi anak menjadi menurun dan mereka lebih banyak menyendiri. Universitas Sumatera Utara 144 Sehingga mereka menjadi pribadi yang tertutup, termasuk dalam masalah-masalah besar dalam hidupnya. Sebagai pelarian yang buruk, anak-anak bisa terpengaruh, terjerumus, dan terlibat dalam pergaulan yang buruk, narkoba, atau hal lainnya yang dapat merugikan. Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka diketahui ada beberapa dampak perceraian yang terjadi pada anak, yaitu: 1. Adanya perasaan trauma Perasaan trauma muncul ketika anak merasa tidak adanya kebahagiaan yang dia dapat dari keluarga terutama dalam rumah. Rasa tidak bahagia tersebut akan berubah menjadi rasa takut seperti anak berubah menjadi tertutup, pendiam, dan enggan berbagi masalah dengan orang lain. Selain itu, rasa trauma yang paling sulit untuk diterima adalah terbentuknya perasaan takut dalam menjalin hubungan dengan orang lain terutaman dalam membangun rumah tangganya sendiri di masa yang akan datang. 2. Hilangnya rasa aman Ketika kedua orang tua tidak lagi tinggal bersama, tidak tinggal serumah, ataupun tidak lagi mengasuh anak secara bersama-sama, maka anak akan merasa kehilangan rasa aman karena setelah bercerai, salah satu dari kedua orang tua yang selama ini ada disampingnya akan pergi meninggalkannya. Hal inilah yang dapat menyebabkan anak tidak terkontrol dan mudah terpengaruh dengan pergaulan di luar rumah. 3. Merasa dimanfaatkan Anak biasanya akan dijadikan sebagai penghantar pesan apabila mantan pasangan ingin mencari kabar atau informasi tertentu dari mantan Universitas Sumatera Utara 145 pasangannya yang lain. Dalam kasus ini, anak akan ditempatkan dalam situasi permusuhan antara kedua orang tuanya. 4. Merasa ditinggalkan dan tidak diinginkan Ketika perceraian orang tua terjadi pada saat usia anak masih kecil, maka anak akan merasa orang tuanya tidak menyayanginya karena lebih memilih pergi tanpa bersama dengan dirinya. Kebanyakan anak merasa ditinggalkan ketika ibu atau ayahnya bercerai dan memutuskan untuk menikah kembali dengan pasangannya yang baru. 5. Hilangnya sebagian hak-hak anak Setelah orang tua bercerai, tidak ada yang menjamin tentang pemenuhan hak anak apakah terpenuhi atau tidak. Orang tua yang mempunyai tanggung jawab dalam mengasuh anak biasanya akan berusaha dan berjuang sendiri dalam memberikan segala pemenuhan hak kepada anak. Sedangkan orang tua yang lannya, lebih memilih untuk tidak peduli dan membiarkannya begitu saja dengan beberapa alasan, pertama tidak memiliki uang, dan yang dua tidak ada kabar sama sekali. Ada beberapa kutipan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa informan yaitu: “Informan Utama IV: Karena adanya perasaan marah itu jadi keseringan saya marah-marah. Bicara pun jadi sering kasar. Kadang mau juga saya tidak nurut kalau disuruh, kayak disuruh belajar. Pasti langsung marah-marah.” “Informan Utama V: Yang pasti jadi kurang kasih sayang karena nggak ada bapak. Karena kurang kasih sayang itu jadinya aku lebih senang main di luar rumah Universitas Sumatera Utara 146 sama teman-temanku. Belajarpun aku jadi malas-malasan makanya dulu waktu SMP aku pernah tinggal kelas.” “Informan Utama VI: Setelah orang tua saya cerai, saya tinggal bersama nenek dan bibi saya. Ayah saya pergi ke Pekanbaru dan sudah menikah lagi. Sedang kan ibu saya harus pergi bekerja di luar kota dan yang pasti saya kehilangan kasih sayang dari kedua orang tua.” Seperti yang telah dikemukakan diatas, masalah perceraian memang selalu memberi dampak baik itu secara positif ataupun negatif. Tetapi yang paling berpengaruh pada perkembangan anak adalah timbulnya dampak negatif. Tetapi semua tergantung pada pemberian hak-hak yang seharusnya mereka dapat sehingga mereka tidak merasa kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di luar lingkungan keluarga. Berbagai kasus pemenuhan hak anak yang berhubungan dengan kasus perceraian selalu berkaitan dengan pemenuhan dalam pemberian nafkah, kasih sayang, serta perhatian dan keamanan anak itu sendiri. Sama halnya yang telah penulis uraian diatas, secara garis besar hak-hak anak yang tidak terpenuhi setelah terjadinya perceraian adalah kebutuhan akan kasih sayang dan nafkah. Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan dan berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan serta mengacu pada pembatasan masalah yaitu masalah perceraian dan pemenuhan hak-hak anak, maka dapat diketahui bahwa kondisi anak pada saat terjadinya perceraian sangat membutuhkan dukungan sosial dari keluarga maupun lingkungannya. Anak korban perceraian yang menghadapi berbagai macam persoalan sangat membutuhkan dukungan yang kuat dari lingungannya terutama dari keluarga Universitas Sumatera Utara 147 terdekat. Pentingnya keluarga bagi anak korban perceraian adalah ibu, bapak dan keluarga merupakan lingkungan pertama dan juga terdekat yang dapat menjadi dukungan sumber utama bagi anak korban perceraian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dukungan keluarga dan lingkungan adalah sebuah sistem yang memiliki kemampuan untuk memberikan dukungan yang terbaik bagi perkembangan anak. Dukungan tersebut berupa pemberian kasih sayang yang dianggap sangat membantu dalam perkembangan perilaku dan kepribadian anak. Selain itu, dukungan berupa dorongan dalam memberikan pembinaan dan pelatihan keterampilan juga harus diberikan kepada anak sebagai bentuk perhatian keluarga agar anak tersebut mampu berkembang dalam lingkungan sosialnya. Perkembangan juga dipengarui oleh dukungan orang tua dalam memberikan kesempatan bagi anak untuk berpastisipadi dan kretaif. Universitas Sumatera Utara 148 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan