d. Hubungan Jenis Makan dengan Gastritis
Dari hasil analisis hubungan jenis atau ragam makanan dengan gastritis adalah 22 responden tidak menyukai jenis atau ragam makanan yang mengiritasi, 13
responden 59,1 tidak terjadi gastritis dan 9 responden 40,9 terjadi gastritis. Sedangkan 146 responden menyukai jenis atau ragam makanan yang mengiritasi, 24
responden 16,4 tidak terjadi gastritis dan 122 responden 83,6 terjadi gastritis. Hasil uji statistik didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara jenis
makan dengan gastritis. didapatkan P value = 0,023. Dari nilai odd ratio dapat disimpukan bahwa responden yang menyukai jenis makan mengiritasi berpeluang
7,343 kali terjadi gastritis dari pada responden yang menyukai jenis makanan tidak mengiritasi.
Adapun jenis makanan yang yang mengiritasi seperti makanan pedas, zat-zat korosif cuka dan lada dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan
menimbulkan edema serta pendarahan, tidak jarang kondisi seperti ini menimbukan luka pada dinding lambung Sediaotama, 2004. Hasil penelitian Nasution 2001
yang mengatakan terdapat hubungan antara jenis makanan dengan gastritis. Penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini, yang mendapatkan bahwa
terdapat hubungan jenis makanan dengan gastritis. Selain itu dapat diasumsikan bahwa mengkonsumsi makanan pedas atau asam akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus. Asumsi tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo 2007, bahwa mengkonsumsi makanan pedas dan asam secara
berlebihan dapat mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.
Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas dan asam ≥ 1 x dalam 1 minggu
selama 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut gastritis.
e. Hubungan Porsi Makan dengan Gastritis
Dari hasil analisis hubungan porsi makan dengan gastritis adalah dari 30 responden pada porsi makannya baik terdapat 18 responden 60 terjadi gastritis
dan 12 responden 40 yang tidak terjadi gastritis. Sedangkan dari 30 responden pada porsi makannya kurang terdapat 15 responden 50 terjadi gastritis dan 15
responden 50 tidak terjadi gastritis. hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara porsi makan dengan gastritis, didapatkan P value =
0,436. Untuk uji odd ratio menunjukkan bahwa responden jumlah makannya kurang berpeluang 1,500 kali terjadi gastritis dari pada responden jumlah makannya baik.
Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan porsi makan dengan gastritis pada santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Dapat disimpulkan sesuai dengan teori
Soediotama 2004, bahwa responden yang memiliki porsi makan kurang dari 300- 500gr 3-5 piring nasihari maupun sebanyak 300-500gr 3-5 piring nasihari
tidak ada hubungannya dengan kejadian gastritis. Hasil penelitian Nasution 2001 yang menyatakan terdapat hubungan yang
bermakna antara porsi makan dengan gastritis. Hasil ini dapat diartikan bahwa ada perbedaan antara porsi makan seseorang dengan terjadinya gastritis. Penelitian
tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini, yang didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara porsi makan dengan gastritis. Sesuai dengan teori Bruner
dan Suddarth 2001 secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar
glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan