Hubungan Usia dengan Gastritis

BAB VI PEMBAHASAN

Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah penelitian melakukan penelitian kemudian melakukan perbandingan antara teori dengan hasil penelitian. Penelitian ini berjudul “ Hubungan Pola Makan Dengan Gatritis Pada Remaja di Pondok Pesantren Daar El- Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang”. Sampel dari penelitian ini diambil dari santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam dengan jumlah total 60 orang.

A. Hasil Penelitian

1. Analisa univariat

a. Usia

Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan usia terhadap santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang didapatkan bahwa dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang berusia ≤ 16 tahun sebanyak 40 responden 66,7 dan responden yang berusia 16 tahun sebanyak 20 responden 33,3. Jadi mayoritas usia responden lebih banyak yang berusia 16 tahun dibandingan dengan usia 16 tahun. Usia adalah salah satu faktor resiko terjadinya penyakit gastritis, terutama pada masa remaja adalah Masa peralihan dari yang sangat bergantung dengan orang tua ke masa yang penuh tanggung jawab serta keharusan untuk sanggup berdiri sendiri. Menurut Soetjiningsih 2005 Permasalahan pola makan yang timbul pada masa remaja yang mampu memicu timbulnya gastritis disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu para remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi dan biasanya gadis remaja sering terjebak dengan pola makan tidak sehat, menginginkan penurunan berat badan secara drastis bahkan sampai menganggu pola makan. Hal ini dikarenakan remaja memiliki body image citra diri yang mengacu pada idola mereka yang biasanya adalah para artis, pragawati, selebritis yang cenderung memiliki tubuh kurus, tinggi, dan semampai. Kebiasaan makan makanan siap saji fast food juga sangat mempengaruhi terjadinya gastritis yang mana komposisi gizinya tidak seimbang yaitu terlalu tinggi kandungan energinya, seperti pasta, fried chicken, dan biasanya juga disertai dengan mengkonsumsi minuman bersoda yang berlebihan maupun kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi kurang kalori, protein, vitamin dan mineral seperti makanan ringan, krupuk, chips dll.

b. Jenis Kelamin

Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin terhadap santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang didapatkan bahwa dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 responden 30 dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 42 responden 70. Jadi mayoritas jenis kelamin responden lebih banyak berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Ini sesuai dengan jumlah Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi, sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya gastritis Apriajdi, 1986. Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan Worthington, 2000. Menurut potterperry 2005 pola makan yang salah dapat mempengaruhi masalah gizi lain yang banyak terjadi pada remaja khususnya remaja perempuan adalah kurangnya zat besi atau anemia. Anemia merupakan kelanjutan dampak dari kurang zat