e. Porsi makan
Dilihat  dari  hasil  distribusi  frekuensi  responden  berdasarkan  porsi  makan  terhadap santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang didapatkan bahwa
dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang porsi makannya kurang sebanyak 30  responden  50  dan  responden  yang  porsi  makannya  baik  sebanyak  30  responden
50.  Jadi  tidak  ada  perbedaan  antara  porsi  makan  yang  baik  dengan  porsi  makan Kurang.
Menurut  Depkes  2005  dilihat  dari  porsi  bahan  makanan  yang  dimakan  tiap  hari harus  mengikuti  pedoman  umum  gizi  seimbang  yaitu  hidangan  tersusun  atas  makanan
pokok  3-5  porsihari,  lauk  2-3  porsihari,  sayuran  2-3  porsihari,  dan  buah  3-5 porsihari,  sedangkan  porsi  makan  santri  di  Pondok  Pesantren  Daar  El-Qolam,  dilihat
dari jenis bahan makanan yang dimakan tiap hari belum mengikuti pedoman umum gizi seimbang, sehingga banyak santri yang beresiko terjadi gastritis.
f. Gastritis
Dilihat  dari  kejadian  gastritis  reponden  santri  Pondok  Pesantren  Daar  El-Qolam Gintung,  Jayanti,  Tangerang  tentang  gastritis  berdasarkan  tabel  5.7  dapat  diketahui
bahwa dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang ada gastritis sebanyak 33 responden 55 dan responden yang tidak ada gastritis sebanyak 27 responden 45.
Mayoritas  gastritis  responden  lebih  banyak  yang  ada  gastritis  dibandingkan  dengan tidak  ada  gastritis.  Jadi  dapat  disimpulkan  bahwa  santri  Pondok  Pesantren  Daar  El-
Qolam kebanyakan santri memiliki sakit gastritis. Hal ini disebabkan santri yang sering terlambat makan dan suka makan makanan asam dan pedas, selain itu juga pola makan
santri yang tidak teratur sehingga mudah terserang gastritis.
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Usia dengan Gastritis
Dari  hasil  analisis  hubungan  usia  dengan  gastritis  adalah  40  responden  pada usia    16  tahun,  terdapat  21  responden  52,5  terjadi  gastritis  dan  19  responden
47,5 yang tidak terjadi gastritis sedangkan dari 20 responden pada usia  16 tahun terdapat  12  responden  60  terjadi  gastritis  dan  8  responden  40  tidak  terjadi
gastritis.  Hasil  uji  statistik  didapatkan  adanya  hubungan  yang  bermakna  antara  usia dengan  gastritis,  didapatkan  P  value  =  0,003.  Untuk  uji  odd  ratio  menunjukkan
bahwa usia responden  16 tahun berpeluang 0,737 kali terjadi gastritis dari pada usia responden  16 tahun.
Pada  penelitian  Amran  2003  didapatkan  bahwa  usia  memiliki  hubungan yang bermakna dengan gastritis, Menurut Baliwati 2004 Masa remaja adalah masa
mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan mulai  tertarik  oleh  lawan  jenis  menyebabkan  remaja  sangat  menjaga  penampilan.
Semua  itu  sangat  mempengaruhi  pola  makan  remaja,  termasuk  pemilihan  bahan makanan  dan  frekuensi  makan.  Remaja  takut  merasa  gemuk  sehingga  remaja
menghindari  sarapan  dan  makan  siang  atau  hanya  makan  sehari  sekali,  Hal  itu menyebabkan terjadinya gastritis.
Menurut  Soedjiningsih  2009  Angka  kejadian  anoreksia  dan  bulimia mengalami  peningkatan  selama  dekade  terakhir.  Sekitar  1  dari  100  remaja
perempuan  umur  antara  16  sampai  18  tahun  menderita  anoreksia.  Puncak  angka kejadian  anoreksia  pada  remaja  terjadi  pada  usia  17  tahun,  dan  remaja  perempuan
lebih banyak mengalami gangguan pola makan dibandingkan dengan remaja laki-laki dengan  perbandingan  10:1.  Gangguan  tersebut  dihasilkan  oleh  ketakutan  bahwa
tubuh  akan  menjadi  gemuk  setelah  makan  dan  ketakutan  mental  ini  akan  terpancar
melalui  penyiksaan  fisik.  Penelitian  maupun  teori  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa usia  dapat  mempengaruhi  terjadinya  gastritis  terutama  terhadap  pola  makan.  Usia
remaja memiliki dampak yang lebih besar terhadap terjadinya gastritis. Penelitian  tersebut  sejalan  dengan  penelitian  ini,  bahwa  terdapat  hubungan
yang  bermakna  antara  usia  dengan  gastritis,  dapat  dikarenakan  para  santri  Pondok Pesantren Daar El-Qolam mayoritas masuk ke dalam usia remaja yaitu masa mencari
identitas  diri  dan  para  santri  mulai  tertarik  dengan  lawan  jenis  menyebabkan  santri sangat  menjaga  penampilan  dan  terjebak  terhadap  pola  makan  yang  salah,  hal  ini
sesuai  dengan  teori  Soetjiningsih  2005,  yang  menyatakan  permasalahan  gizi  yang timbul pada masa remaja dipicu oleh pemahaman gizi yang salah, yang mana remaja
sering  memiliki  pemahaman  bahwa  tubuh  menjadi  idaman  adalah  tubuh  yang langsing,  sehingga  untuk  mempertahankan  kelangsingannya  remaja  melakukan
pengaturan  makan  yang  salah  dan  usia  remaja  merupakan  usia  yang  mudah  tertarik dengan  hal-hal  baru,  termasuk  produk  makanan  yang  diiklankan,  padahal  makanan
tersebut belum tentu memiliki kandungan gizi yang baik.
b. Hubungan Jenis Kelamin dengan Gastritis
Dari hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan gastritis adalah 18 responden pada  jenis  kelamin  laki-laki  terdapat  15  responden  83,3  terjadi  gastritis  dan  3
responden 16,7 yang tidak terjadi gastritis. Sedangkan 42   responden pada jenis kelamin perempuan terdapat 18 responden 42,8 terjadi gastritis dan 24 responden
57,1 terjadi gastritis. Hasil uji statistik didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan gastritis, didapatkan P  value = 0,004. Untuk
uji odd ratio menunnjukkan bahwa perempuan berpeluang 6,667 kali terjadi gastritis dari pada laki-laki.