gizi makro karbohidrat, protein dan lemak dan kurang zat makro vitamin, mineral. Prevalensi anemia pada remaja di indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan survey
nasional tahun 2000, prevalensi anemia pada remaja perempuan adalah sebesar 57,1 sedangkan pada remaja laki-laki sebesar 42,9.
c. Frekuensi makan
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi makan terhadap santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang
didapatkan bahwa dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang memiliki frekuensi makan baik sebanyak 39 responden 65,0 dan responden yang memiliki
frekuensi makan kurang sebanyak 21 responden 35,0. Jadi mayoritas frekuensi makan responden lebih banyak frekuensi makan yang kurang dibandingkan dengan
frekuensi makan baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar Santri
Pondok Pesantren Daar El-Qolam beresiko terjadinya gastritis. Hal ini dikarenakan kebanyakan Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam memiliki frekuensi makan kurang
dan memiliki kebiasaan “ngemil” yang rendah gizi. Frekuensi makan yang dimaksud
adalah frekuensi makan utama atau frekuensi makan yang setiap harinya 3 kali makan utama, yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam atau sore. Frekuensi makan ini
merupakan domain yang sangat penting untuk terjadinya gastritis. Menurut Suhardjo, 2002 dalam Hudha 2006 frekuensi makan dikatakan baik bila
frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi makan setiap harinya 2 kali
makan utama atau kurang sehingga beresiko terjadinya gastritis.
Menurut Bruner dan Suddarth 2001 secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil setelah 4-6 jam sesudah makan
biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. bila seseorang
telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di
sekitar epigastrium.
d. Jenis makan
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis makan terhadap santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang didapatkan bahwa
dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang jenis makanan tidak mengiritasi sebanyak 14 responden 23,3 dan responden yang jenis makannya mengiritasi
sebanyak 46 responden 76,7. Jadi mayoritas jenis atau ragam makanan responden lebih banyak yang menyukai jenis atau ragam makanan mengiritasi dibandingkan dengan
jenis atau ragam makanan yang tidak mengiritasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa di pondok Pesantren Daar El-Qolam kebanyakan Santri menyukai jenis makanan
mengiritasi Menurut Bruner dan Suddarth 2001 menyatakan bahwa jenis makanan yang
sembarangan seperti, makanan yang pedas dan asam-asam akan merangsang dinding lambung untuk mengeluarkan asam lambung, pada akhirnya kekuatan dinding lambung
menurun, tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada dinding lambung sehingga menyebabkan terjadinya gastritis.
e. Porsi makan
Dilihat dari hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan porsi makan terhadap santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang didapatkan bahwa
dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang porsi makannya kurang sebanyak 30 responden 50 dan responden yang porsi makannya baik sebanyak 30 responden
50. Jadi tidak ada perbedaan antara porsi makan yang baik dengan porsi makan Kurang.
Menurut Depkes 2005 dilihat dari porsi bahan makanan yang dimakan tiap hari harus mengikuti pedoman umum gizi seimbang yaitu hidangan tersusun atas makanan
pokok 3-5 porsihari, lauk 2-3 porsihari, sayuran 2-3 porsihari, dan buah 3-5 porsihari, sedangkan porsi makan santri di Pondok Pesantren Daar El-Qolam, dilihat
dari jenis bahan makanan yang dimakan tiap hari belum mengikuti pedoman umum gizi seimbang, sehingga banyak santri yang beresiko terjadi gastritis.
f. Gastritis
Dilihat dari kejadian gastritis reponden santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang tentang gastritis berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui
bahwa dari 60 responden yang diteliti, jumlah responden yang ada gastritis sebanyak 33 responden 55 dan responden yang tidak ada gastritis sebanyak 27 responden 45.
Mayoritas gastritis responden lebih banyak yang ada gastritis dibandingkan dengan tidak ada gastritis. Jadi dapat disimpulkan bahwa santri Pondok Pesantren Daar El-
Qolam kebanyakan santri memiliki sakit gastritis. Hal ini disebabkan santri yang sering terlambat makan dan suka makan makanan asam dan pedas, selain itu juga pola makan
santri yang tidak teratur sehingga mudah terserang gastritis.