Permasalahan Gizi Pada Remaja

di SMU 1 PGRI Bogor menunjukan bahwa terdapat 59,1 remaja dengan katagori kurus. Jika dilihat dari resiko kurang energi protein, hasil penelitian yang dilakukan di SMKN 1 Tempel menunjukan sebanyank 73 siswi memiliki lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, yang berarti resiko kurang energi kronis. Hasil penelitian yang dilakukan Rini Santi 2006 di Bukit Tinggi menunjukan bahwa rata-rata IMT remaja putri adalah 20,69 kgm2 + 2, 63. Proporsi siswi yang mempunyai IMT 18, 5 kgm2 sebesar 19,9 dengan penyebaran 14,1 kekurangan gizi tingkat ringan dan 5,8 kekurangan gizi tingkat berat. Menurut PotterPerry 2005 Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan. Seringkali remaja perempuan memiliki motto bahwa “kurus itu indah” sehingga mereka sering melakukan diet tanpa pengawasan dari dokter atau ahli gizi sehingga zat-zat gizi penting tidak dapat dipenuhi. Remaja yang kurus penampilannya malah cenderung kurang menarik, mudah letih dan resiko sakit pun tinggi. Selain itu remaja yang kurus akan kurang mampu bekerja keras. 2 Obesitas Obesitas adalah keadaan seseorang jika berat badannya lebih dari 30 standar BBI Berat Badan Ideal, atau juga keadaan jika seseorang mempunyai berat badan 120 lebih berat dari berat badan seharusnya pada usianya Sediaoetama, 2004. Obesitas menjadi masalah diseluruh dunia karena prevalensinya sangat meningkat pada orang dewasa dan anak, baik di negara maju maupun negara sedang berkembang. Jumlah anak dengan usia sekolah dengan overweight terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60 populasi atau sekitar 10,6 juta jiwa. Penelitian di semarang pada tahun 2004 memperlihatkan bahwa pravalensi overweight pada anak 6-7 tahun adalah 9,1 sedangkan obesitas 10,6. Penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada remaja dan eksekutif muda di perkotaan yang disebabkan karena konsumsi makanan berlebih serta kurang aktifitas fisik dan berolahraga. Penelitian menunjukan bahwa obesitas sebagai faktor resiko berbagai penyakit seperti hipertensi, hiperkolesterol, penyakit jantung dan diabetes melitus. Selain itu penampilan penderita obesitas juga kurang menarik, gerakan tidak lincah dan cenderung lamban. Menurut Sediaoetama 2004 Obesitas biasanya disebabkan karena remaja tidak dapat mengontrol makanannya, makan dalam jumlah berlebihan sehingga badannya melebihi ukuran normal. Pada beberapa kasus obesitas terjadi karena binge eating disorder, yaitu keadaan seseorang yang makan dalam jumlah yang besar secara terus menerus dan cepat tanpa terkontrol. Setelah menyadarinya baru merasa bersalah tapi jika keadaan binge datang lagi dia akan kembali melakukannya tanpa sadar. Hal ini yang akhirnya akan menimbulkan terjadinya depresi dan akhirnya akan menjadi obesitas. Remaja putri yang melakukan diet untuk mengurangi berat badannya sejak dini akan membawa resiko kegemukan pada saat mereka dewasa nanti. Semakin keras mereka melakukan diet, semakin besar resiko kegemukan yang akan dialami. Penelitian di luar negeri menunjukan 80 anak remaja yang obesitas cenderung menjadi dewasa yang obesitas juga. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk penderita obesitas ini adalah mengembangkan diet yang sehat, olahraga secara bertahap, dan untuk menderita obesitas yang luar biasa gemuk sehingga bisa mengancam hidupnya dilakukan operasi untuk mengecilkan lambung yang dinamakan gastroplasti atau prosedur penjepitan lambung. Setelah operasi pasien hanya makan dengan sejumlah kecil makanan saja sudah menjadi kenyang. 3 Anemia Menurut PotterPerry 2005 Masalah gizi lain yang banyak terjadi pada remaja khususnya remaja perempuan adalah kurangnya zat besi atau anemia. Anemia merupakan kelanjutan dampak dari kurang zat gizi makro karbohidrat, protein dan lemak dan kurang zat makro vitamin, mineral. Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survey Nasional tahun 1995, prevalensi anemia pada remaja perempuan adalah sebesar 57,1. Prevalensi anemia pada kelompok usia 5-14 tahun cukup tinggi dibandingkan kelompok umur yang lain yaitu sebesar 28,3. Hasil beberapa penelitian didapatkan sekitar 41,4 - 66,7 remaja perempuan di Indonesia menderita anemia WHO, 2003. Menurut hasil penelitian Permaisih 2003 prevalensi anemia pada remaja sebesar 25,5 dengan rincian pria 21 dan 30 pada wanita. Dampak anemia pada remaja perempuan yaitu pertumbuhan terhambat, tubuh pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan kebugarankesegaran tubuh berkurang, semangat belajarprestasi menurun, pada saat akan menjadi calon ibu maka akan menjadi calon ibu yang beresiko tinggi untuk kehamilan dan melahirkan. Dampak anemia pada ibu hamil diantaranya pendarahan pada waktu melahirkan sehingga dapat menyebabkan kematian pada ibu. Masalah anemia pada remaja terutama remaja perempuan dapat diatasi dengan suplementasi ironzinc. Makanan sumber zat besizinc yaitu sumber hewani seperti daging, produk laut dan sumber nabati seperti kacang- kacangan. Adanya suplementasi besizinc pada remaja perempuan diharapkan akan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan pada remaja perempuan. Selain itu juga diharapkan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan calon ibu sehingga dapat menurunkan kematian ibu melahirkan akibat perdarahan dan menurunnya bayi lahir berat badan rendah. 4 Anoreksia Nervosa dan Bulimia Anoreksia dan bulimia merupakan bentuk eating disorder yaitu kelainan pola makan yang biasanya lebih sering terjadi pada perempuan. Kelainan tersebut biasanya merupakan gangguan makan yang menyiksa bahkan bisa dikatakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Gangguan tersebut dihasilkan oleh ketakutan bahwa tubuh akan menjadi gemuk setelah makan dan ketakutan mental ini akan terpancar melalui penyiksaan fisik. Angka kejadian anoreksia dan bulimia mengalami peningkatan selama dekade terakhir. Sekitar 1 dari 100 remaja perempuan umur antara 16 sampai 18 tahun menderita anoreksia. Puncak angka kejadian anoreksia pada remaja terjadi pada umur 14 tahun, dan remaja perempuan lebih banyak mengalami gangguan makan dibandingkan dengan remaja laki2 dengan perbandingan 10:1 Soedjiningsih, 2009. Anoreksia nervosa adalah hilangnya nafsu makan atau terganggunya pusat nafsu makan. Hal ini disebabkan oleh konsep yang terputar balik mengenai penampilan tubuh sehingga penderita mempunyai rasa takut yang berlebihan terhadap kegemukan. Karena ketakutannya itu penderita Anoreksia nervosa melakukan diet yang sangat ketat sehingga berat badannya turun secara drastis dalam waktu yang singkat. Kelainan ini juga bisa dikarenakan sakit seperti demam, pilek, malaria, tipes, dan peradangan. Selain itu penyakit itu muncul karena emosi, gelisah, dan kebingungan. Bila disebabkan demam, pilek, dan penyakit lain biasanya bila sudah sembuh selera makan kembali normal. Akibat berat badan yang turun jauh dibawah batas normal, fungsi normal tubuh akan terganggu. Pertumbuhan akan terhambat, rambut rontok, siklus haid terganggu, dan tubuh mudah terserang penyakit, misalnya anemia, kekurangan vitamin, dan penyakit infeksi. Hal yang paling berbahaya adalah kelainan jantung serta kekurangan cairan dan elektrolit nastrium, kalium, klorida. Jantung menjadi semakin lemah dan memompa lebih sedikit darah ke seluruh tubuh penderita bisa mengalami dehidrasi dan cenderung mengalami pingsan. Darah menjadi asam dan kadar kalium dalam darah berkurang. Bisa terjadi kematian mendadak yang kemungkinan disebabkan irama jantung yang abnormal. Selain itu terjadi juga perubahan hormonal yaitu berkurangnya kadar hormon esterogen dan tiroid serta meningkatnya kadar hormon kortisol Sediaoetama, 2004. Penderita bulimia mempunyai ciri khas yang hampir sama dengan penderita anoreksia, namun pada bulimia penderita lebih sulit dideteksi karena berat tubuh mereka bisa saja melebihi batas normal,di bawah batas normal atau bahkan normal. Ciri utamanya adalah makan dalam jumlah yang banyak kemudian dimuntahkan kembali atau mengkonsumsi obat pencahar dan obat diurentik untuk memuntahkan kembali makanannya. Masalah kesehatan yang muncul juga sama dengan anoreksia namun penderita bulimia biasanya mengalami kerusakan email gigi karena terciptanya produksi asam yang berlebihan ketika muntah. Bulimia dapat diikuti dengan terjadinya anoreksia begitu pula sebaliknya. Berbeda dengan korban kelaparan, penderita kelainan ini mampu menjaga kekuatan dan kegiatan sehari-hari mendekati normal. Ia merasa tidak lapar dan tidak cemas terhadap kondisinya. Penyakit ini menyebabkan kematian pada 10 penderitanya. Upaya penatalaksanaan anoreksia dan bulimia nervosa pada umumnya terdiri dari 2 tahap pengobatan, yaitu mengembalikan berat badan normal, serta terapi psikis yang sering dibarengi dengan pemberian obat-obatan. Jika berat badan turun sangan cepat atau sangat berat sampai 20 dibawah berat badan normal maka sangat penting untuk mengembalikan berat badan karena bisa berakibat fatal. Pengobatan awal biasanya dilakukan di Rumah Sakit dimana penderita didorong untuk makan. Kadang diberikan makan melalui infus atau selang nasogastrik. Jika status gizinya sudah baik maka mulai diterapi jangka panjang oleh ahli gizi. Jika ditemukan depresi maka diberikan obat anti depresi.

3. GASTRITIS

a. Definisi

Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut begah, tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah Suratun SKM, 2010. Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung sering akibat diet yang sembarangan. Biasanya individu ini makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit Smelzer, 2005. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak, cepat, telat makan. Makan-makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya gastritis.

b. Etiologi

Menurut Brunner Suddarth 2002 Penyebab timbulnya gastritis diantaranya : 1 Komunikasi obat-obatan kimia digitalis AsetamenofenAspirin, steroid kortikosteroid. Asetamenofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung. NSAIDS Non Steroid Anti Inflamasi Drugs dan kortikosteroid menghambat sintesisprostaglandin, sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam dan menimbulkan iritasi mukosa lambung. 2 Konsumsi alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung. 3 Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif cuka dan lada dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema serta pendarahan. 4 Kondisi stres atau tertekan trauma, luka bakar, kemoterapi, dan kerusakan susunan saraf pusat merangsang peningkatan produksi HCL lambung. 5 Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobakter pylori, Esobericia Coli, Salmonella, dan lain-lain. 6 Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi paru, perlu dicurigai turut mempengaruhi penularan kuman di komunitas, karena antibiotik tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter pylori, walaupun persentase keberhasilannya sangat rendah. 7 Jamur dari spesies Candida, seperti Histoplasma capsulaptum dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien immunocompromezad. Pada pasien yang sistem imunnya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. Sama dengan jamur, mukosa lambung bukan tempat yang mudah terkenan infeksi parasit.

c. Klasifikasi Gastritis

Menurut Brunner Suddarth 2002 Klasifikasi gastritis Berdasarkan Tingkat Keparahannya : 1 Gastritis Akut Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosif dan pendarahan pada mukosa lambung setelah terpapar oleh zat iritan. Gastritis disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Erosinya juga tidak mengenai lapisan otot lambung. 2 Gastritis Kronis Gastritis kronis merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang sifatnya menahun dan berulang. Peradangan tersebut terjadi di bagian permukaan mukosa lambung dan berkepanjangan, yang bisa disebabkan karena ulkus lambung jinak maupun ulkus lambung ganas, bisa juga karena bakteri Helicobacter pylori. Gastritis ini dapat pula terkait dengan atropi mukosa gastrik, sehingga menimbulkan HCL menurun dan menimbulkan kondisi acblorbidria dan ulserasi peptic tukak pada saluran pencernaan.