merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. bila seseorang telat makan 2 sampai 3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak
dan berlebih. Akan tetapi walaupun porsi makan 300-500 gram, apabila diselangi dengan mengkonsumsi makanan ringan cemilan asam lambung akan tetap
terkontrol.
B. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian ini. Keterbatasan ini dapat berasal dari peneliti sendiri maupun keterbatasan istrument
yang ada. berikut ini adalah keterbatasan yang ada pada penelitian : 1. Segi desain studi penelitian yang digunakan dalam penelitian Cross-sectional potong
lintang memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat, hanya menjelaskan hubungan keterkaitan. Meskipun demikian, desain ini dipilih
karena paling sesuai dengan tujuan penelitian, serta efektif dari segi waktu dan biaya. 2. Secara teoritis banyak sekali masalah yang harus diteliti dalam masalah gastritis di
kalangan remaja, tetapi karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana peneliti, maka penelitian ini hanya meneliti beberapa variabel yang terkait dengan gastritis yaitu pola
makan frekuensi makan, jenis makan dan porsi makan, usia dan jenis kelamin.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitan dan pembahasan pada BAB sebelumnya maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang terdapat gastritis lebih banyak dengan persentase sebesar 55 dibandingkan santri
tidak memiliki gastritis. 2. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang
berusia 16 tahun lebih banyak dengan persentase sebesar 66 dibandingkan santri berusia 16 tahun.
3. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dengan persentase sebesar 70
dibandingkan santri berjenis kelamin laki-laki. 4. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang
memiliki frekuensi makannya kurang lebih banyak dengan persentase sebesar 65,0 dibandingkan santri dengan frekuensi makannya baik.
5. Santri Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang yang menyukai jenis atau ragam makan mengiritasi lebih banyak dengan persentase
sebesar 76,7 dibandingkan santri yang tidak menyukai jenis atau ragam makan tidak mengiritasi.