Pengujian Hipotesis Pengujian hipiotesis dan pembahasan

Tabel 4.18.Hasil pengujian hipotesis nilai retensi dengan uji- t’ N t hitung t tabel Kesimpulan 78 1,506 1,99. Ho diterima Pada tabel di atas nilai-nilai yang diperoleh didistribusikan dengan menggunakan rumus uji- t’ karena data tersebut tidak homogen, dan diperoleh t hitung sebesar 1,506 sedangkan t tabel dengan taraf signifikan 5 dan derajat kebebasan 78 yaitu 1,99. Hal ini menunjukkan t hitung lebih kecil daripada t tabel sehingga Ha diterima. Dengan demikian pengujian hipotesis retensi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe take and give untuk kelas eksperimen pada konsep jamur.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada kelas eksperimen lebih baik dari metode diskusi pada kelas kontrol. Karena berdasarkan hasil rata- rata nilai post test biologi dan t test nilai n-gain, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata-rata hasil yang diperoleh terhadap daya ingat retensi terdapat perbedaan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give dengan siswa yang diajar menggunakan metode diskusi. Hasil retensi siswa kelas eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda, walaupun kelas eksperimen lebih besar 1,2 dengan perolehan nilai kelas eksperimen 99,315 sedangkan kelas kontrol 98,115. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan retensi siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give tidak jauh berbeda dibandingkan dengan retensi siswa yang menggunakan metode diskusi. Hal ini senada dengan hasil uji- t’ yang dilakukan dari nilai retensi kedua kelompok menunjukkan bahwa retensi antara kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda nyata. Dengan demikian menunjukkan tidak adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe take and give yang signifikan terhadap retensi siswa. Tidak berpengaruhnya model pembelajaran kooperatif tipe take and give disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Pertama tidak tersosialisasinya model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada siswa, kedua sedikitnya jumlah pertemuan yang dilakukan, ketiga terjadinya peristiwa lupa. Padahal retensi merupakan salah satu fase dalam tahapan belajar. Dalam tahap ini retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses acquisition fase menerima informasi. Dalam tahap belajar terjadi proses internal dalam pikiran siswa. 1 Namun dengan model pembelajaran kooperatif tipe take and give tidak memberikan pengaruh dalam peningkatan retensi siswa. Penyimpanan informasi tidak seratus persen tersimpan dalam ingatan kita, karena adanya peristiwa lupa. Lupa dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya informasi atau materi yang telah didapat tidak dipelajari kembali. Selain itu adanya informasi-informasi baru yang masuk kemudian menekan informasi yang lama. Seorang siswa akan mengalami lupa apabila materi pembelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pembelajaran yang lama yang lebih dulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. 2 Peristiwa lupa dapat menyebabkan terjadinya penurunan retensi. 1 Taufik rahman, Peranan Pertanyaan Terhadap Kekuatan Retensi Dalam Pembelajaran Sains Pada Siswa SMU. Tersedia di http:educare.e-fkipunla.netindex.phpoption.com.hal.3 2 Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, 2007, hal.159 Penurunan rata-rata nilai tes dari pos test ke retest terjadi pada kelas eksperimen dan kontrol. Penurunan nilai retest terjadi dalam selang waktu tiga minggu setelah post test. Penurunan pada kelas eksperimen terjadi sebesar 0,63 poin dari 69,5 post test menjadi 68,87 retest. Sedangkan pada kelas kontrol terjadi penurunan sebesar 0,88 poin dari 44,5 post test menjadi 43,62 retest. Terjadinya penurunan nilai retest dimungkinkan karena dalam selang waktu antara post test dan retest siswa telah mendapatkan materi-materi yang baru, sehingga materi tersebut mengganggu pemanggilan materi yang telah tersimpan, selain itu materi yang telah dipelajari tidak pernah digunakan dan dipelajari kembali. 3 Model pembelajaran kooperatif tipe take and give merupakan salah satu tipe yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan adanya media dalam proses pembelajaran seperti penggunaan media kartu yang berisi materi nama-nama ilmiah dari berbagai jenis jamur. Namun tipe take and give tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam peningkatan retensi siswa.

D. Keterbatasan Dalam Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain : 1 Penelitian ini hanya ditujukkan pada mata pelajaran biologi pada konsep jamur, sehingga belum dapat mengeneralisasikan pada konsep lain 2 Berdasarkan hasil penelitian model pembelajaran kooperatif tipe take and give ini hanya dapat digunakan untuk konsep yang bersifat hafalan, jadi sulit untuk konsep yang memerlukan analisis. 3 Kurangnya jumlah pertemuan dalam proses pembelajaran. 3 Taufik rahman, Op Cit, hal. 4 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta analisis data dan pengujian hipotesis maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil retensi siswa kedua kelompok tidak berbeda nyata, dengan hasil rata-rata nilai retensi kelas eksperimen 99,315 dan kelas kontrol 98,115 dan uji-t nilai retensi diperoleh t hitung t tabel yaitu 1,50 1,99 dengan taraf signifikan 5 dan derajat kebebasan 78.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, peneliti menyarankan untuk penelitian selanjunya diarahkan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada penelitian yang sifatnya berbeda, seperti PTK Penelitian Tindakan Kelas, dan penambahan jumlah pertemuan dalam proses pembelajaran.