Upaya meningkatkan kemampuan ingatan

Tatanama binomial binomial berarti dua nama merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme makhluk hidup yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi biologi, dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya Carolus Linnaeus, namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah nama ilmiah scientific name. Awam seringkali menyebutnya sebagai nama latin Tatanama binomial dikenal pula sebagai Sistem Klasifikasi Binomial. Keunggulan binomial nomenklatur adalah memudahkan kita dalam mempelajari dan mengenal berbagai macam makhluk hidup. 26 Nama ilmiah berlaku di seluruh dunia. Misalnya, jika kita menyebut “ayam”, mungkin orang Inggris tidak akan mengerti. Tetapi bila kita menyebut ayam dengan nama ilmiahnya, yaitu Gallus gallus, maka orang Inggris akan mengerti bahwa yang kita maksud itu adalah “chicken”. Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama genus diawal dan nama spesies mengikutinya. Nama genus diawali dengan huruf kapital huruf besar sedangkan nama spesies diawali dengan huruf biasa huruf kecil. Perlu diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah konvensi yang berlaku saat ini sejak awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti yang dilakukan pula oleh Carolus Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali dengan huruf besar jika diambil dari nama orang atau tempat. Sedangkan untuk teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies. 26 Ismail, Hamim, Binomial Nomenklatur. Tersedia di http:www.slideshare.netismail- hamimbab_iii.com

B. Hasil penelitian yang relevan

Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mendapatkan data bahwa ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sebuah penelitian berjudul ”Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses Pembelajaran yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give dengan Tipe Make a Match pada Sub Konsep Alat Indera Pada Manusia ”. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give dengan tipe make a match di kelas IV SDN Awipari 2 Tasikmalaya. Kelompok kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajarn kooperatif tipe take and give menunjukkan rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dari kelompok siswa yang proses pembelajarannya menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Penelitian yang dilakukan oleh Drs.Ahmad Noor Fatirul, ST. M.Pd dengan judul “Cooperative Learning”. Hasil penelitian menunjukkan Aktivitas Cooperative Learning digunakan 3 tiga tujuan berbeda yaitu: Dalam pelajaran tertentu siswa sebagai kelompok yang berupaya untuk menemukan sesuatu, kemudian setelah jam pelajaran habis siswa dapat bekerja sebagai kelompok-kelompok diskusi dan setelah itu siswa akan mendapat kesempatan bekerja sama untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai segala sesuatu yang telah dipelajarinya untuk persiapan kuis, bekerja dalam suatu format belajar kelompok. Penelitian yang dilakukan Yustini Yusuf dan Martini Natalina dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 17 SLTP Negeri 20 Pekanbaru ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat pada siklus I 54,76 dari siswa tuntas dan pada siklus II 76,19 siswa tuntas, skor perkembangan siswa pada siklus pertama 3 baik, 10 hebat dan 7 pasangan super. Pada siklus II 2 pasang baik, 7 pasang hebat, 12 super.