masa menyusui, juga menyampaikan tentang peran ayah untuk mencukupi keperluan sandang dan pangan ibu, agar ibu dapat menyusui dengan baik.
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang terdiri dari keluarga khususnya ayah, pemerintah,
tenaga kesehatan dan kader kesehatan masyarakat. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan
masyarakat menolong dirinya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Peran kader juga ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan
melalui kegiatan yang dilakukan di Posyandu Efendi, 2009. Kader kesehatan tidak hanya diharapkan untuk dapat menyelesaikan setiap
masalah-masalah yang
dihadapinya, namun
diharapkan dapat
menyelesaikan masalah-masalah umum yang terjadi di masyarakat dan amat mendesak untuk diselesaikan Hamid dkk, 2010.
Menteri koordinator kesejakteraan rakyat Menko Kesra Prof Dr Alwi Shihab dalam Setiyowanto 2007 mengutarakan posyandu sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai peran penting dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan juga melanjutkan
pemberian ASI sampai usia 24 bulan diserta pemantauan pertumbuhan mulai bayi lahir sampai usia 60 bulan. Semua kegiatan Posyandu sangat
tergantung pada Kader Posyandu. Hal ini menunjukan bahwa kader kesehatan yang merupakan salah satu pihak yang berperan dalam
memajukan kesehatan di masyarakat turut berperan penting dalam mensukseskan program ASI eksklusif di masyarakat.
Berdasarkan penelitian-penelitian mengenai peran kader kesehatan tentang ASI Eksklusif belum pernah dilakukan, oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tersebut di wilayah Rempoa. Rempoa merupakan salah satu wilayah di kota Tangerang yang memiliki tingkat
pelaksanaan program ASI eksklusif dibawah 50. Hasil penelusuran data yang peneliti dapatkan di puskesmas Ciputat Timur, didapatkan bahwa
Rempoa merupakan salah satu wilayah yang memiliki tingkat pelaksanaan ASI eksklusif rendah di Tangerang Selatan. Salah satu hasil penelitian
oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah di Rempoa menunjukan hanya 32,1 ibu yang memberikan ASI saja kepeda
bayinya sampai bayi berusia 6 bulan.
B. Rumusan Masalah
Profil kesehatan Indonesia 2010 mengungkapkan bahwa gambaran status gizi buruk balita di Indonesia sebesar 4,9. Balita yang
menderita gizi buruk di provinsi Banten sebesar 0,14 dibandingkan tahun sebelumnya, sebesar 1,18 atau sekitar 7.589 balita gizi buruk.
Kusmana 2011 mengatakan banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah penderita gizi buruk di provinsi Banten. Salah satu
faktor yang mempengaruhi penderita gizi buruk adalah pola asupan gizi
sejak lahir yaitu tidak diberikannya ASI eksklusif Depkes, 2011.
Data Susenas 2008 menunjukan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0
–6 bulan turun dari 62,2 tahun 2007 menjadi 56,2 pada tahun 2008. Riskesdas 2010 mencatat angka bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3. Sedangkan salah satu dampak yang terjadi menurunnya angka pemberian
ASI eksklusif pada bayi akan meningkatnya angka gizi buruk akibat makanan pendamping yang belum sesuai dengan standar AKG. Hasil studi
MP-ASI menunjukan bahwa baik kualitas maupun kuantitas MP-ASI masih dibawah Angka Kecukupan Gizi AKG, rendahnya mikronutrien,
hanya memenuhi kurang lebih 20 dari AKG Depkes, 2002. Diperlukan perhatian khusus terhadap kader kesehatan sebagai
ujung tombak keberhasilan program ASI eksklusif untuk meningkatkan kembali usaha-usaha dalam promosi kesehatan program ASI eksklusif.
Hasil penelusuran data yang peneliti dapatkan di puskesmas Ciputat Timur, didapatkan bahwa Rempoa merupakan salah satu wilayah yang
memiliki tingkat pelaksanaan ASI eksklusif rendah di Tangerang Selatan. Menurut salah satu hasil penelitian oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah menunjukan di wilayah rempoa hanya 32,1 ibu yang memberikan ASI saja kepeda bayinya sampai bayi berusia 6 bulan.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di wilayah tersebut.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman kader kesehatan dalam promosi kesehatan mengenai
program ASI eksklusif.
2. Tujuan Khusus
a. Tereksplorasinya makna dan arti ASI eksklusif bagi kader
kesehatan. b.
Tereksplorasinya upaya yang telah dilakukan kader dalam melaksanakan promosi kesehatan program ASI eksklusif.
c. Tereksplorasinya hambatan kader dalam meningkatkan program
ASI eksklusif di masyarakat. d.
Tereksplorasinya berbagai hal yang dibutuhkan kader kesehatan terkait upaya promosi kesehatan mengenai program ASI
eksklusif.
D. Manfaat
1. Manfaat ilmiah
Penelitian ini bermanfaat menjadi data dasar bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan dan memperkaya penelitian
selanjutnya tentang peran kader dalam promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif serta memberikan informasi kesehatan mengenai peran
kader dalam promosi kesehatan tentang program ASI eksklusif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini untuk menambah wawasan dan khasanah pengetahuan mengenai penelitian dan prosesnya, khususnya yang
berkaitan dengan peran kader kesehatan dalam promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif.
b. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan memberikan informasi serta pengembangan kurikulum
pendidikan keperawatan untuk keperawatan maternitas khususnya tentang promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif.
c. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan upaya promosi kesehatan sekaligus
mendukung program pemerintah dalam menggalakkan ASI eksklusif. Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kesehatan
ibu dan bayi khususnya mengenai ASI eksklusif. Diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan
dan kegiatan program kesehatan keluarga khususnya kesehatan ibu dan anak KIA.
d. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai peran kader kesehatan dalam promosi kesehatan
program ASI eksklusif.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif yang berupaya untuk mengeksplorasi secara
mendalam tentang peran kader kesehatan dalam promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam indepth interview menggunakan pedoman wawancara untuk kader kesehatan sebagai informan utama dan petugas kesehatan puskesmas
sebagai informan pendukung serta focus Group Discussion FGD menggunakan pedoman FGD untuk ibu-ibu masyarakat setempat.
Informan dalam penelitian ini adalah empat orang kader kesehatan sebagai informan utama dan delapan orang informan pendukung yang meliputi
satu orang bidan, satu orang koordinator kader kesehatan sekaligus petugas promosi kesehatan dan enam orang ibu
–ibu masyarakat posyandu setempat. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus dan
September di posyandu Flamboyan II wilayah Rempoa Tangerang Selatan provinsi Banten.