Upaya Kader Kesehatan Hasil Analisis Tematik

“Ya paling cuma kaya gitu. Ditanya kan, dikasih ASI ga? dikasih makanan atau susu lainnya ga? ngga. Jangan ya, ini untuk kekebalan dan kesehatan anaknya juga. Udah berapa bulan? kadang-kadang kan baru beberapa bulan udah dikasih susu kadang-kadang ada yang 3 bulan udah dikasih pisang atau bubur, kan kasian anaknya. Saya udah bilang, pencernaan bayi kan masih belum bisa mencerna. Susah juga si kalo ngomong ama orang kampung itu.” P 1 “Ibu bilang jangan dikasih makan dulu sampai umur 6 bulan. Kasih ASI aja, nanti kalo setelah 6 bulan baru dikasih tambahan makanan. ” P 3 Berikut Hasil wawancara yang peneliti dapatkan mengenai materi yang disampaikan pihak puskesmas saat promosi kesehatan program ASI eksklusif kepada kader kesehatan. “Kaya misalnya bahwa kalo penyuluhan kan saya lebih ke program TB juga, jadi kalo kita penyuluhan tentang TB ni, apa itu pengertian, penyebab, terus tanda dan gejala, kemudian penanggulannya seperti apa, kemudian peranan keluarganya seperti apa. Jadi kalo ASI eksklusif itu sama aja, apa pengertian, bagaimana cara pemberian, bagaimana cara penyimpanan ASI yang baik itu seperti apa.” P 6 Kerjasama kader kesehatan dalam menggalakkan ASI eksklusif yang selama ini dilakukan hanya dengan pihak puskesmas saja. Bahkan didapatkan dari beberapa kader kesehatan yang menyatakan bahwa penggalakkan ASI eksklusif yang mereka lakukan selama ini hanya tugas dari puskesmas saja. Berikut ungkapan partisipan: “Sebenarnya kan tiap bulan ada tu bidan datang. Cuma ya diposyandu aja. Jadi cuma yang keliatan aja. kita kan setiap bulan juga ada rakor juga sekaligus pertemuan kader ya untuk laporan-laporan itu semua. Jadi ada bidan, ada dokter puskesmas, pokja- pokja gitu, jadi l aporan ini, laporan itu.” P1 “Ada. Dari ahli gizi di puskesmas. Pas rakor. Atau datang ke posyandu itupun ga setiap bulan datang, selama ini baru 1 kali dateng. Tapi ya itu, cuma dikasih tau ASI itu apa, berapa berat anak ideal, paling gitu yang BBLR kita suruh rujuk ke puskesmas”.P 2 “Ya dari puskesmas si sudah, kalo disini kan ada jampersal, jadi setiap persalinan kita promosikan pada pasien tentang ASI eksklusif. ya kadang, bu nangis aja, gini gini, ga keluar, ga papa bu, dirangsang aja. nanti juga keluar sendiri, ya kalo ASI nya sedikit ya nanti kita kasih buat pelancar ASI dari puskesmas, kita kasih biasanya. ”P 5 Kerjasama secara khusus antara sesama kader kesehatan Flamboyan II dalam promosi kesehatan program ASI eksklusif belum terealisasikan. Hasil wawancara yang peneliti dapatkan, para kader kesehatan merasa pengetahuan mereka belum cukup mendalam dalam memahami ASI eksklusif. Mereka mengungkapkan selain tugas mereka sebagai kader kesehatan sudah cukup banyak, tidak semua masyarakat atau ibu –ibu di wilayah posyandu Flamboyan II merespon dengan baik informasi kesehatan dari para kader kesehatan, kecuali terdapat pihak puskesmas yang secara khusus menyampaikan informasi kesehatan tersebut. Berikut seluruh ungkapan kader kesehatan: “Kurang kerjasama antar sesama kader. Kan kalo dulu, sekarang si ada lembaran-lembaran paling itu aja yang diisi. Kalo ga ada acara khusus susah si. Kalo misalnya cuma dari kader-kader aja mereka suka ngeremehin. Kecuali kalo ada petugas dari puskesmas. Itu juga susah ngumpulinnya, yang anak-anaknya tidur, pokonya susah deh kalo ngumpulin ibu- ibunya mah”. P 1 “Ngga ada kerjasama antar kader.” P 2 Sebagian besar kader kesehatan menyatakan bahwa capaian promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif belum sampai ke seluruh lapisan masyarakat khususnya wilayah sekitar posyandu Flamboyan II. Berikut pernyataannya: “Intinya info udah sampe, tapi pelaksanaannya yang belum. Karena tadi, hati ibu ga tega ngeliat anak nangis, mungkin kurang susu. ASInya kurang, jadi ah, kasih aja biskuit. kaya gitu gitu”. P 2 “Belum. Tapi banyak yang tau si udah”. P 3 “Belum nyampe”. P 4 Belum ada usaha khusus bagi kader kesehatan di posyandu Flamboyan II, agar capaian promosi kesehatan mengenai ASI eksklusif berjalan secara maksimal. Berikut dua ungkapan dari empat partisipan utama: “Itu butuh pengetahuan dari ibu-ibunya sendiri juga si. Dari ibu-ibunya harus, dari kader juga penting si. Kan kalo kader cuma dikasih tau ASI eksklusif pas raker. Ada lembaran khusus yang harus diisi, bayi ini udah berapa kali ke posyandu, dia ASI eksklusif atau ngga, gitu. Cuma dikasih gitu doang”. P 1 “Ya paling nanti kumpul lagi ama kader, ya menurut saya yang punya bayi aja dibilangin”. P 3 Kader kesehatan posyandu flamboyan II dan petugas kesehatan puskesmas menyampaikan bahwa belum pernah ada evaluasi secara langsung kepada masyarakat ibu-ibu setempat mengenai penggalakkan ASI eksklusif baik oleh pihak puskesmas dan dinas kesehatan ataupun oleh kader kesehatan itu sendiri. Berikut ungkapan beberapa partisipan: “Ngga. Ngga ada. Cuma kita kasih saran ibu nanti kalo yang ASI eksklusif ditulis .Emang ada catetannya. Peribahasanya istilahnya dari seratus Cuma satu lah yang berhasil. Ibaratnya kaya gitu. Bahkan saya belom dapetin yang berhasil. Satu dua lah ada”. P 2 “ “Ngga. Puskesmas tidak lagi. kontrol juga tidak ada. Ya kita terus terang bilang tidak ada ya, nanti kalo saya bilang ada, ko ini ada promosi ibu belum aja ngerti si”. P 4 “Oh, Ngga. Ngga ada sih. Kalo kaya gitu mah. Kalo yang kaya gitu paling lahir disini kita sarankan untuk ASI eksklusif ya, ya gitu aja si sebenarnya kalo dari sini”. P 5 Evaluasi dilakukan oleh petugas promosi kesehatan puskesmas hanya kepada pihak kader kesehatan saat perkumpulan kader kesehatan atau rakor yang diadakan setiap bulannya. Berikut pernyataannya: “Kalo ada kesalahan, kita tau .kalo kita tau secara langsung , kita langsung mengklarifikasi , kasih tau secara langsung, tapi kalo misalnya kita tekankan pada mereka kalo misalnya mereka tidak mengerti, harap itu jadi PR dan tanyakan ke kita ”. P 6 Belum ada inovasi-inovasi dari kader kesehatan dalam menggalakkan ASI eksklusif di wilayah posyandu Flamboyan II, hal ini berkaitan dengan persepsi kader kesehatan tersebut mengenai perannya terhadap promosi kesehatan ASI eksklusif bahwa mereka hanya sebatas menganjurkan saja, terlepas masyarakat atau ibu-ibu yang memiliki bayi dibawah 6 bulan mau mengikuti atau tidak anjuran tersebut. Berikut hasil wawancara dua orang dari empat orang partisipan utama: “Ga ada. Cuma ngasih motivasi aja”. P 2 “Belum ada. Sebatas ini baru menyampaikan secara individual saja”. P 3

c. Hambatan Promosi Kesehatan ASI Eksklusif

Hambatan promosi kesehatan ASI eksklusif peneliti dapatkan dari tiga kategori, yakni hambatan internal dalam promosi kesehatan tentang ASI eksklusif, hambatan eksternal promosi kesehatan ASI eksklusif, serta penanggulangan hambatan tersebut. Kader kesehatan di posyandu Flamboyan II mengatakan tidak ada hambatan yang terlalu signifikan dalam usaha menggalakakkan program ASI eksklusif. Mereka menyampaikan bahwa tidak ada hambatan dari sisi internal secara bermakna. Berikut hasil wawancara pada partisipan mengenai hambatan internal: “Ngga ya.. kan kita hanya sekedar menganjurkan doang. Paling kita menganjurkan doang, makan sayur yang banyak, buahnya juga, makan yang banyak”. P 1 “Kalo kita bilang,,ada masalah, itu urusan dia sendiri, jadi kan ini udah urusan masing- masing ya”. P 2 “Ngga lah, yang penting kita udah ngasih tau”. P 4 Hambatan eksternal yang selama ini kader kesehatan rasakan yaitu minimnya pembinaan dari puskesmas yang berimbas terhadap minimnya pengetahuan mengenai promosi kesehatan program ASI eksklusif yang kader kesehatan miliki. Hambatan eksternal lainnya yaitu banyaknya alasan-alasan yang diutarakan masyarakat ibu-ibu posyandu bahwa ASI yang keluar sedikit, bayinya nangis terus karena lapar, dan sebagainya. Berikut hasil wawancara pada partisipan mengenai hambatan eksternal: “Iya kita juga bingung, habis ga ada pembinaan khusus bagaimana caranya biar ibu-ibu agar melaksanakan ASI eksklusif. ya itulah masalahnya, belum ada pembinaaan khusus tentang ASI eksklusif. Waktu itu pernah si ada pemberitahuan tentang ASI eksklusif waktu rakor rapat koordinasi, dikasih tau ASI eksklusif itu apa, trus kita dikasih lembaran, trus cuma disuruh ngedata kalo ada yang ke posyandu, ibu itu ASI eksklusif atau ngga. Kita juga ga disuruh ke rumahnya, kasih penyuluhan atau gimana juga ngga. Paling suruh nyatet, ni bayi berapa kali dateng, kasih ASI apa ngga. Dah, ditanya gitu doang. Ya begitu. Itu juga tugasnya udah banyak banget, apal agi kalo ditambah ASI eksklusif”. P 1 “Cuma tadi aja masalahnya alasan-alasan”. P 2 Pernyataan lain yang diungkapkan informan pendukung sebagai berikut: “Masalahnya…kita kan kader banyak ya, posyandupun ga kalah banyak. Jadi kita itu untuk pelatihan rata-rata susah. Jadi selama ini yang dateng pelatihan ketuanya saja atau perwakilan. Jadi selama ini hambatanya susah melakukan pelatihan secara menyeluruh. Bagaimana mereka melakukan penyuluhan, masing- masing itu susah. Butuh waktu yang sangat lama. Dan yang kita urusan bukan hanya ASI ekklusif. Mereka juga kayanya kegiatannya banyak, urusan rumah tangga juga, trus karna kalo disini hambatannya karna disini komplek, apalagi kalo udah komplek elit..sudah pasti susah. Jadi kalo ngurusin masalah kesehatan sudah tidak bisa gitu”. P 5 Baik kader kesehatan ataupun pihak petugas kesehatan puskesmas belum menemukan cara khusus untuk menanggulangi hambatan yang selama ini dirasakan dalam promosi kesehatan ASI eksklusif. Berikut ungkapan partisipan: “Yaudah, terima aja gitu dengan segala keluh kesah, dipendem sendiri. Ya emang mungkin udah jadi tugas kader kesehatan ya..teorinya kan begini begitu. Cuma pelaksanaannya di masyarakat kan beda”. P 2 “Ga ada. Belom…”. P 2

d. Kebutuhan Promosi Kesehatan ASI Eksklusif.

Tema ini peneliti dapatkan dari dua kategori yaitu kebutuhan yang dibutuhkan dalam promosi kesehatan tentang ASI eksklusif dan usaha yang dilakukan dalam menaggulangi kebutuhan yang belum terpenuhi. Kebutuhan kader kesehatan wilayah posyandu Flamboyan II yang terpenting dan belum terpenuhi secara maksimal dalam promosi kesehatan program ASI eksklusif yakni pembinaan khusus dari pihak puskesmas yang menangani posyandu tersebut. Perkumpulan kader kesehatan yang selama ini dilakukan dengan pihak puskesmas lebih bersifat evaluasi dan melakukan laporan-laporan masalah kesehatan sesuai tema setiap bulan yang di tetapkan dari puskesmas. Pembinaan yang diberikan oleh pihak puskesmas bersifat penyampaian informasi terkait masalah kesehatan terkini. Dua orang dari empat kader kesehatan mengungkapkan sebagai berikut: “Kita kan pengetahuan juga kurang dalam menyampaikan ke masyarakat. Kadang kalo kita nanya ke mereka suka dibilang sok pinter amat si, emang lu siapa, mungkin dalam hati mereka gitu y. Ada yang suka ada juga yang ga suka kalo kita datengin. Namanya orang kan beda-beda. Penyuluhan lah pasti, jelas binaan kami butuh banget. Kita bisanya kalo mereka dateng ke posyandu.kalo kita yang dateng ke mereka ga bisa”. P 1 “Yang penting pembinaan dari puskesmas atau ahli gizi kalo dateng ke posyandu. mungkin mereka ibu-ibu posyandu butuh penyuluhan juga dari bidan, soalnya kan kalo kita sama kaya mereka ibu-ibu posyandu, jadi mereka lebih percaya ama bidan. Kita si mengharapkan kedepannya ibu-ibu hamil dikumpulkan unt uk penyuluhan ASI eksklusif ini”. P 2 Adapun ungkapan dari informan pendukung sebagai berikut: “Oh iya, harus ada peraga kalo ngga dirakor, disalah satu kumpulan ibu-ibu misalnya posyandu harus nya dikasih alat peraga satu-satu biar ibunya tau, o, ini fungsi ASI eksklusif itu untuk itu lho…menyusui yang benar itu gini…”. P 5 “Petugasnya dibanyakin, jadi pemegang programnya khusus satu- satu. Jadi semua fokus kerja. Misalnya khusus promosi kesehatan saja. Jadi dia khusus menangani masalah promosi kesehatan saja, itu mungkin bisa”. P 6 Belum ada usaha khusus bagi kader kesehatan dan pihak puskesmas terkait dalam memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi dalam promosi kesehatan tentang program ASI eksklusif,. Kader kesehatan dan puskesmas terkait hanya memaksimalkan kemampuan yang ada dengan sebaik mungkin. Berikut hasil wawancara yang peneliti dapatkan: “Selama ini belum si, jadi yang ada dan yang bisa aja dim aksimalin.” P 3 “Ya paling kalo ada kebutuhan kebutuhan yang belum ada kita langsung usulkan saja pada dinas. Nanti dianggarkan dari dinas. Dan kalo masalah petugas yang kurang mau tidak mau kita bekerja sesuai dan semaksimal kemampuan kita kerjakan, seb enarnya ga ada masalah si…cuma itu tadi karna kita megang programnya keba nyakan, jadi cukup terbengkelai”. P 6

BAB VI PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitain dan Diskusi

1. Makna dan Arti ASI Eksklusif.

Seluruh kader kesehatan yang bertugas di posyandu Flamboyan II dapat dikatakan telah menguasai pengertian ASI eksklusif walaupun dalam hasil wawancara masing-masing kader kesehatan tersebut memiliki versi yang berbeda dalam mengartikan ASI eksklusif, namun cukup dapat menyimpulkan bahwa pemahaman mereka terhadap pengertian ASI eksklusif sudah sesuai dengan teori. ASI ekslusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim kecuali obat, vitamin, mineral dan ASI yang diperas sejak bayi lahir sampai bayi berumur enam bulan. Setelah enam bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun Roesli 2004 Budiasih 2008. Hasil wawancara peneliti menunjukan bahwa para kader kesehatan yang bertugas di posyandu Flamboyan II telah mengerti secara mendasar manfaat ASI eksklusif dan kerugiannya bila tidak diberikan ASI eksklusif bagi bayi. Pengetahuan tersebut mereka dapatkan melalui perkumpulan kader kesehatan dengan pihak puskesmas yang diadakan setiap bulannya saat rapat koordinasi. Kader kesehatan mengungkapkan, belum pernah ada