Hambatan Promosi Kesehatan ASI Eksklusif

BAB VI PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitain dan Diskusi

1. Makna dan Arti ASI Eksklusif.

Seluruh kader kesehatan yang bertugas di posyandu Flamboyan II dapat dikatakan telah menguasai pengertian ASI eksklusif walaupun dalam hasil wawancara masing-masing kader kesehatan tersebut memiliki versi yang berbeda dalam mengartikan ASI eksklusif, namun cukup dapat menyimpulkan bahwa pemahaman mereka terhadap pengertian ASI eksklusif sudah sesuai dengan teori. ASI ekslusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim kecuali obat, vitamin, mineral dan ASI yang diperas sejak bayi lahir sampai bayi berumur enam bulan. Setelah enam bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun Roesli 2004 Budiasih 2008. Hasil wawancara peneliti menunjukan bahwa para kader kesehatan yang bertugas di posyandu Flamboyan II telah mengerti secara mendasar manfaat ASI eksklusif dan kerugiannya bila tidak diberikan ASI eksklusif bagi bayi. Pengetahuan tersebut mereka dapatkan melalui perkumpulan kader kesehatan dengan pihak puskesmas yang diadakan setiap bulannya saat rapat koordinasi. Kader kesehatan mengungkapkan, belum pernah ada pembinaan dari pihak puskesmas khusus mengenai ASI eksklusif secara mendalam, sehingga tidak semua pengetahuan penting mengenai ASI eksklusif tersampaikan. Disebutkan dalam teori manfaat pemberian ASI eksklusif dan kerugian apabila tidak diberikan ASI eksklusif tidak hanya berimbas pada bayinya saja, melainkan berimbas juga terhadap sang ibu dan keluarganya. Manfaat bagi ibu diantaranya menjalin kasih sayang antara ibu dengan bayi, mengurangi perdarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan berikutnya , mengurangi resiko terkena kanker payudara, lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan setiap saat bayi membutuhkan, dan menumbuhkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui. Manfaat bagi keluarga meliputi tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya, tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol misalnya merebus air dan mencuci peralatan, tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati anak yang sering sakit karena pemberian susu botol Depkes, 2007.

2. Upaya Kader Kesehatan

Peneliti mendapatkan tiga dari empat orang kader kesehatan tidak mengetahui tentang promosi kesehatan program ASI eksklusif. Hanya satu orang saja dapat menjawab ketika ditanya mengenai promosi kesehatan program ASI eksklusif. Para kader tersebut mengatakan peran mereka selama ini dalam menggalakkan ASI eksklusif kepada para ibu yang memiliki bayi dibawah umur 6 bulan hanya menganjurkan saja. Usaha yang mereka lakukan dalam menyampaikan pentingnya ASI eksklusif kepada para ibu yang memiliki bayi dibawah 6 bulan hanya melalui mulut ke mulut sebatas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka merasa keberhasilan program ASI eksklusif bukanlah termasuk tanggung jawab kader kesehatan mengingat pihak puskesmas yang menangani wilayah posyandu Flamboyan II tidak terlalu menggemborkan pelaksanaan ASI eksklusif tersebut. Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang terdiri dari keluarga khususnya ayah, pemerintah, tenaga kesehatan dan kader kesehatan masyarakat. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Peran kader lainnya yaitu ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu Efendi, 2009. Promosi kesehatan merupakan elemen yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat. WHO 1995 mendefinisikan promosi kesehatan yaitu suatu proses pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan determinan- determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka. Promosi kesehatan yaitu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dalam dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan Depkes, 2006.