sukarela dan dipilih oleh dari masyarakat bertugas mengembangkan masyarakat. Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang
dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam
hubungannya yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan WHO, 1995 dalam Efendi, 2009. Penting bagi masyarakat
mengetahui siapa kader kesehatan berikut peran dan tugasnya dalam masyarakat, sehingga terdapat jalinan kerjasama yang sangat baik serta saling
mendukung dalam meningkatkan kesehatan secara optimal di masyarakat setempat.
Kader kesehatan menuturkan pihak puskesmas belum pernah melakukan promosi kesehatan khusus mengenai ASI eksklusif secara
langsung kepada masyarakat. Selama ini hanya cukup pendataan yang puskesmas intruksikan kepada kader kesehatan mengenai jumlah para ibu
yang melaksanakan ASI eksklusif dan yang tidak melaksanakan ASI eksklusif. Para kader kesehatan juga mengakui belum pernah ada inovasi-
inovasi terkait promosi kesehatan ASI eksklusif yang kader lakukan demi meningkatkan dan membantu mensukseskan tercapainya program ASI
eksklusif secara optimal.
3. Hambatan Promosi Kesehatan ASI Eksklusif
Hambatan internal dalam melakukan promosi kesehatan program ASI eksklusif tidak dirasakan oleh para kader kesehatan. Para kader kesehatan
menganggap informasi yang disampaikan kepada masyarakat hanyalah anjuran para kader kesehatan mengingat tugas dari puskesmas, selanjutnya
mengenai dilaksanakan atau tidak anjuran tersebut merupakan urusan masyarakat itu sendiri. Tentunya perlu menjadi perhatian khusus bagi tenaga
kesehatan untuk meluruskan persepsi para kader kesehatan mengenai peran dan tugas kader kesehatan yang sebenarnya. Survey data dasar
pengembangan model pelayanan kesehatan maternal mengungkapkan beberapa tugas kader kesehatan masyarakat di Indonesia selain membantu
pencatatan dan pelaporan, kader kesehatan juga bertugas dan berperan dalam pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan, pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak, pemberian motivasi dan peragaan tentang gizi, program penimbangan balita
dan pemberian makanan tambahan, serta pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan Hamid, 2010.
Hambatan eksternal yang kader kesehatan rasakan dalam melakukan usaha promosi kesehatan program ASI eksklusif yaitu kurangnya pembinaan
dari pihak puskesmas khususnya mengenai bentuk penyampaian promosi kesehatan yang benar terhadap masyarakat. Seorang ahli menyebutkan
dalam teori bahwa suatu organisasi akan berjalan dan bergerak maju untuk mencapai visi dan misinya sangat tergantung dari upaya pembinaan atau
perintah dari pemimpinnya. Pembinaan directing merupakan salah satu
fungsi penting dalam manajemen. Pembinaan yang diberikan secara tepat, tentang apa yang diharapkan dari pekerjaannya secara jelas merupakan
kegiatan utama. Pembinaan harus mempunyai tujuan yang jelas, karena fungsi pembinaan berhubungan langsung dengan upaya dalam meningkatkan
kinerja karyawan dan merealisasikan tujuan pelayanan Nursalam, 2009. Para kader kesehatan mengungkapkan kurangnya pembinaan dari
pihak tenaga kesehatan puskesmas menyebabkan minimnya pengetahuan yang kader kesehatan miliki dalam menyampaikan informasi pada
masyarakat khususnya di wilayah posyandu Flamboyan II. Selaku kader kesehatan yang memiliki peran sebagai penyuluh dan motivator dalam bidang
kesehatan, seharusnya memiliki pengetahuan cukup sehingga dapat menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat dengan baik.
Informasi kesehatan yang tersampaikan dengan baik, dapat mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat. Pengetahuan merupakan elemen yang sangat
penting dalam perilaku kesehatan. Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2007 mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku behavior causes dan faktor di luar perilaku non-behaviour
causes. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
1. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung Enabling factors, yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan
sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Alasan-alasan masyarakat yang mengatakan bahwa ASI yang keluar sedikit, bayinya masih terlihat lapar, serta anggapan sebagian kecil
masyarakat bahwa kader kesehatan sama saja seperti mayarakat yang lain sehingga tidak berhak mengatur dengan informasi-informasi kesehatan
merupakan hambatan lain yang kader kesehatan keluhkan dalam menggalakkan program ASI eksklusif. Petugas kesehatan puskesmas
setempat mengungkapkan bahwa mereka telah berusaha melakukan pembinaan terhadap kader kesehatan semaksimal mungkin dengan tenaga
kesehatan yang terbatas, namun tidak semua kader kesehatan langsung mengerti dan memahami dengan baik tentang informasi kesehatan yang
disampaikan. Tenaga kesehatan yang kurang dan faktor terbatasnya pendidikan formal yang kader kesehatan miliki merupakan hambatan dari
pihak puskesmas dalam melakukan promosi kesehatan atau pembinaan terhadap kader kesehatan.
Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku Notoatmodjo, 2007. Adanya berbagai hambatan ini, baik kader kesehatan atau petugas kesehatan puskesmas yang
menangani posyandu setempat belum menemukan metode secara khusus untuk menanggulangi hambatan tersebut.
4. Kebutuhan Promosi Kesehatan ASI Eksklusif
Kebutuhan kader kesehatan terkait upaya promosi kesehatan mengenai program ASI eksklusif yakni pembinaan dari pihak puskesmas
setempat kepada kader kesehatan tersebut khususnya mengenai cara penyampaian informasi yang baik kepada masyarakat sehingga informasi
yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat secara optimal. Pembinaan dari pihak puskesmas kader kesehatan harapkan tidak hanya pada kader
kesehatan, namun ada waktu khusus untuk pembinaan secara langsung kepada masyarakat berupa penyuluhan setelah masyarakat setempat
dikumpulkan. Kebutuhan lain bagi kader kesehatan yaitu tenaga kerja yang kurang, sehingga para kader kesehatan merasa walaupun mereka tidak
melakukan promosi kesehatan tentang program ASI eksklusif, namun beban kerja yang mereka emban selaku kader kesehatan saat ini sangatlah berat
mengingat yang mereka kerjakan bukan hanya mengurusi masalah kader, melainkan urusan rumah tangga juga.
Nursalam 2009 mengungkapkan bahwa fungsi pembinaan adalah untuk membuat agar karyawan melakukan tugas sesuai dengan apa yang
diinginkan untuk mencapai tujuan organisasi, meningkatkan semangat tim
dalam koorporasi. Roland dan Rowland dalam Nursalam 2009 menyatakan bahwa pembinaan dimulai dengan mempertahankan tindakan terhadap
tujuan yang diinginkan yang saling terkait dengan kepemimpinan. Pembinaan yang efektif akan meningkatkan kemampuan dan kemauan staf dalam
menciptakan keselarasan antara tujuan manajemen keperawatan dan tujuan staf. Sebagai fasilitator, tenaga kesehatan dipuskesmas harus mampu
membina kader kesehatan agar dapat mengelola dirinya sendiri dan membantu serta memotivasi masyarakat untuk melaksanakan perilaku
kesehatan.
Di sisi lain, pihak puskesmas menyampaikan bahwa kebutuhuan puskesmas terkait upaya promosi kesehatan mengenai program ASI eksklusif
yaitu alat peraga promosi kesehatan dan penambahan tenaga kesehatan. Alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk membantu dan
memperagakan sesuatu dan menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan sehingga dapat menerangkan pikiran, perasaan, perhatian dan
minat sasaran sedemikian rupa, dan akhirnya timbul pemahaman, pengertian serta penghayatan dari apa yang diterangkan di dalam proses pengajaran
promosi kesehatan. Tujuan sehingga alat peraga menjadi sesuatu yang penting dalam proses kegiatan promosi kesehatan yaitu sebagai alat bantu
dalam penyuluhan kesehatan, untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu permasalahan yang dijelaskan, sebagai pengingat suatu pesan informasi,
untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur dan tindakan, serta untuk membuat penyajian materi ceramah lebih sistematis dan efektif Taufik, 2010.
Keberadaan alat peraga promosi kesehatan telah cukup terpenuhi.