Aturan Masyarakat Pernikahan Dini
Arti nikah dalam Bahasa Arab menurut Peunoh Daly ialah, “bergabung atau berkumpul”.
19
Definisi yang hampir sama juga dikemukakan oleh Rahmat Hakim yang dikutip oleh Tihami dan
Sohari Sahrani bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab “nikahun
yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja fi‟il madhi
nakaha, sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan
”.
20
Sedangkan arti nikah menurut syarak menurut Peunoh Daly adalah
“akad yang membolehkan seorang laki-laki bergaul bebas dengan perempuan
tertentu dan pada waktu akad mempergunakan lafal nikah atau tazwij
, atau terjemahnya”.
21
Di dalam kehidupan manusia, pernikahan sudah menjadi hukum alam atau sunnatullah untuk kelangsungan hidup manusia itu
sendiri. Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 merumuskan pengertian perkawinan sebagai berikut : “Perkawinan ialah ikatan
lahir antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
22
Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan dan perkawinan mempunyai pengertian yang sama, kedua istilah tersebut dalam
bahasa Indonesia sudah umum dipakai oleh masyarakat yang mempunyai arti perjanjian relationship perhubungan antara
manusia laki-laki dan perempuan yang bertujuan untuk hidup bersama membentuk rumah tangga dan mempunyai keturunan.
Imam al-Ghazali dalam Ihya „Ulumiddin yang dikutip oleh
Husein Muhammad, et al., menyebutkan ada tiga tujuan dalam menikah yaitu : Pertama, nikah perkawinan merupakan ikhtiar
manusia untuk
melestarikan dan
mengembangbiakkan
19
Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: suatu studi perbandingan dalam kalangan Ahlus-sunnah dan negara-negara Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2005 cet ke-2 h.104
20
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat:Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 cet.2 h.7
21
Peunoh Daly. loc. cit
22
UU No.1 Tahun 1974 Tentang perkawinan pasal 7
keturunannya dalam rangka melanjutkan kehidupan manusia di bumi. Kedua, nikah merupakan cara manusia menyalurkan
hasrat libidonya seksual untuk mendapatkan kenikmatan dan menjaga alat-alat reproduksinya. Ketiga, melalui perkawinan,
hati laki-laki dan perempuan diharapkan menemukan tempat ketenangan.
23
Islam menyeru pengikutnya untuk melaksanakan pernikahan apabila mereka telah mampu dan memenuhi persyaratan. Allah SWT
menerangkan tujuan dari pernikahan kepada manusia, dalam QS. An-Nahl:72 yang berbunyi :
Artinya : Dan Allah menjadikan bagimu pasangan suami atau istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dann cucu
bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah? Dengan adanya pernikahan dimaksudkan untuk menciptakan
ketenangan dan kebahagiaan. Al-quran pun menyebutkan dengan jelas dalam QS. Al-Rum:21 yang berbunyi :
Artinya : Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar
23
Hussein Muhammad. et al., Keluarga Sakinah, Kesetaraan Relasi Suami Istri Jakarta Selatan : Rahima, 2008, cet.ke-1 hal.6
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.
Pernikahan mempunyai arti dan kedudukan yang sangat penting dalam tata kehidupan manusia apalagi mengingat kondisi
zaman yang saat ini maraknya pernikahan dini yang terjadi dikalangan masyarakat. Pernikahan dini yang terjadi saat ini
sebenarnya bukan hal yang baru, namun sudah terjadi dari dahulu bahkan hingga saat ini.
Menurut Mohammad Fauzil Adhim menyebutkan bahwa “masyarakat memandang pernikahan usia muda adalah sebagai
pernikahan yang belum menunjukkan adanya kedewasaan, yang secara ekonomi masih sangat tergantung pada orang tua serta belum
mampu mengerjakan apa-apa bekerja ”.
24
Pernikahan dini merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan yang belum
siap untuk melaksanakan pernikahan dan terjadi sebelum waktunya atau bisa dikatakan pernikahan dini dilakukan pada usia yang muda.
Menurut K. Wantjik Saleh, “Kedewasaan adalah persyaratan untuk melangsungkan pernikahan. Bukan sebaliknya, dengan pernikahan
orang kemudian diakui menjadi dewasa ”.
25
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernikahan usia muda atau remaja adalah perkawinan yang dilakukan oleh seseorang
yang pada hakekatnya kurang mempunyai persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi.
Suatu pernikahan secara tidak langsung telah membelenggu kebebasan seseorang, karena di dalam pernikahan terdapat tanggung
jawab untuk tetap menjaga keutuhan rumah tangganya. Hal itu menjadi pertimbangan yang signifikan untuk memutuskan untuk
24
Muhammad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan Dini,Yogyakarta:Gema Insani Press, 2003, h.26.
25
K. Wanjtik Saleh,Hukum Perkawinan Indonesia,Jakarta:Ghalia Indonesia,1978, h.55