Meninggalkan pendidikan formal Putus Sekolah

putus sekolah ini kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi lemah, dan berasal dari keluarga yang tidak teratur. 33 Putus sekolah bukan merupakan persoalan hal baru dalam sejarah pendidikan. Namun selain peranan pemerintah, orang tualah yang lebih berperan penting untuk mengusahakan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga di kemudian hari akan menjadi individu orang dewasa yang sehat, baik secara jasmani, rohani dan sosialnya, sehingga mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa.

b. Masalah rumah tangga

Yusuf Muhammad Al-Hasan menyebutkan bahwa “keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil- personilnya ”. 34 Kehidupan di dalam rumah tangga tidak selamanya berjalan mulus ada saja hambatan-hambatan yang harus dilalui setiap pasangan di dalam rumah tangga yang mereka bangun, tentu saja hal ini memerlukan sikap dan pikiran yang matang untuk dapat menyelesaikan permasalahan. Usia pada menikah mempunyai keterkaitan yang sangat kuat dalam pola membina rumah tangga. Oleh karena itu, dalam melakukan pernikahan dibutuhkan kesungguhan dan keseriusan agar terwujudnya keluarga yang harmonis. Seperti yang dijelaskan Zakiah Darajat dkk. Yang dikutip oleh Tihami dan Sohari Sahrani, mengemukakan ada lima tujuan dalam perkawinan, yaitu : 33 Ibid., h.343 34 Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak dalam ISLAM, Jakarta:Yayasan Al Sofwa, 1997, h.10 1 Mendapatkan dan melangsungkan keturunan 2 Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya 3 Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan 4 Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal, serta 5 Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang. 35 Keadaan pernikahan antara seseorang yang menikah pada usia yang belum semestinya atau pasangan muda usia dengan seseorang yang menikah pada usia yang telah matang, tentu sangat berbeda. Ali Husain berpendapat, “ambisi dan perilaku kalangan pasangan muda usia biasanya didasari oleh pemikiran dan perasaan mereka yang keras. Jika kehidupan didasarkan kepada gejolak ini, pastilah akan kacau ”. 36 Tujuan-tujuan dalam pernikahan seperti yang dijelaskan diatas pun sulit akan terwujud, kerasnya jiwa dan karakter orang muda, dapat memperbesar bentuk kerusakan keluarga.Menurut syaikh abdul aziz , “ para pemuda yang kawin dibawah umur bisa saja mereka tidak percaya bahwa cara berfikirnya tidak akan berubah apabila mereka sudah tua. Namun bagaimana suatu saat nanti mengalami perbedaan pendapat dengan istrinya dan pada saat itulah mereka akan merasakan perkembangan pikirannya ”. 37 Jarang pasangan yang nikah di usia dini berhasil dan hidup bahagia dalam meniti kehidupan rumah tangga. Kebahagiaan perkawinan ditentukan oleh kesiapan mental dan jiwanya dalam memecahkan segala problem kehidupan. Apalagi pada zaman sekarang ini gelombang kehidupan semakin besar, persaingan hidup 35 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat:Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 cet.2 h.15-16 36 Ali Husain Muhammad Makki al- Amil, “ Perceraian Salah Siapa?”bimbingan dalam mengatasi problematika rumah tangga, Jakarta : Lentera 2001 cet.1 h.49 37 Syaikh abdul aziz bin Abdurrahman al-musna Khalid bin ali al- anbari, “perkawinan dan masalahnya”, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 1993 cet.3h.31 semakin ketat, tuntutan hidup pun semakin meningkat, cara berfikir manusia pun selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

c. Akibat pada anak

Menurut Fuad Moh. Fachruddin anak menurut segi bahasa adalah “keturunan kedua sebagai hasil dari hubungan antara pria dan wanita. Kata anak di pakai secara umum baik untuk manusia maupun binatang bahkan untuk tumbuh-tumbuhan ”. 38 Anak merupakan mahluk hidup yang diberikan Tuhan kepada manusia melalui hasil pernikahan guna meneruskan kehidupan selanjutnya. Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Berkaitan dengan pernikahan dini, setidaknya pernikahan dini itu sendiri melanggar lima hak anak. Ironisnya, pernikahan dini masih banyak terjadi di Indonesia. Menurut Tri lestari dewi ada beberapa hak-hak anak yang dilanggar, yaitu :1 hak untuk mendapatkan pendidikan. Dengan kasus pernikahan dini itu anak tidak dapat melanjutkan sekolah. 2 hak untuk berpikir dan berekspresi. Selain itu anak juga berhak untuk berfikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasaan dan daya kreatifitas, namun dengan adanya kasus pernikahan dini anak tidak bisa lagi mengekspresikan dan berpikir sesuai usianya karena dia dituntut dengan berbagai kewajiban sebagai seorang istri. 3 hak untuk menyatakan pendapat dan didengar pendapatnya.Ketika pernikahan dini itu terjadi hak untuk menyatakan pendapat kurang didengar oleh orang yang lebih dewasa atau orang tuanya, karena kenyataannya orang dewasa cenderung memandang anak belum mampu menentukan keputusan sendiri. Akhirnya, orang dewasalah yang mengambil keputusan dan mengatasnamakan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak. 4 hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang. Seperti bergaul dengan temansebaya, bermain, berekspresi, dan berkreasi. 5 hak perlindungan. Anak 38 Fuad Mohd. Fachruddin, Masalah Anak Dalam Hukum Islam Anak Kandung, anak tiri, anak angkat dan anak zina, Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1991 h.24 seharusnya dilindungi dari pernikahan dini yang berdampak pada perkembangan anak, baik secara fisik maupun psikis. 39 Seiring berjalannya waktu dan banyaknya budaya luar yang begitu cepat masuk ke budaya tanpa memfilternya kembali, akhirnya pernikahan dini tidak lagi dipandang sebagai sarana untuk menjalankan sunnah Rasul dan menghindari perbuatan zina melainkan lebih kearah pembenaran dari kebatilan yang nyata, yaitu menutupi aib demi nama baik keluarga. Saat ini, di masyarakat luas pun beranggapan bahwa pernikahan dini sebagai pernikahan terpaksa, pernikahan menutup aib. Dari pada nama baik keluarga hancur lebih baik mereka dikorbankan dengan cara dipaksa agar segera menikah.

3. Kehidupan Masyarakat Pedesaan

a. Pengertian Masyarakat Pedesaan

Ramdani wahyu mengemukakan bahwa “desa menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area pedesaan rural. Di Indonesia, desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa”. 40 Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Sedangkan menurut Bintarto “desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ suatu daerah dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik den gan daerah lain”. 41 Menurut Ramdani wahyu, “dalam pembicaraan mengenai desa, dikenal beberapa sebutan, yaitu desa terbelakang, desa sedang 39 Ibnu toni Noegraha “Pernikahan Dini Langgar Hak Anak”, di akses dari http:www.scribd.comdoc79456621Pernikahan-Dini-Langgar-Hak-Anak , 29 September 2014 40 Ramdani Wahyu, ISD Ilmu Sosial Dasar, Bandung: Pustaka Setia, 2007 h.207 41 Usmalya Juana Rifsa , “Pola Masyarakat Desa”, di akses dari http:usmalyajr.wordpress.com, 31 Oktober 2014 berkembang, dan desa maju ”. 42 Desa terbelakang adalah desa kekurangan sumber daya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada di desanya. Biasanya, desa terbelakang berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasarana penunjang yang mencukupi. Kemudian desa sedang berkembang adalah desa yang mulai menggunakan dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya, tetapi masih kekurangan sumber keuangan atau dana. Desa swakarsa belum banyak memiliki sarana dan prasarana desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa terpencil dan kota. Masyarakat pedesaan swakarsa masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai petani di pertanian saja serta banyak mengerjakan secara gotong royong. Dan desa maju adalah desa yang berkecukupan dalam sdmsumber daya manusia dan juga dalam hal dana modal sehingga dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan nonfisik desa secara maksimal. Kehidupan desa swasembada mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata pencaharian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju.

b. Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang amat kuat. Dan hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya 42 Wahyu, op. cit., h.211