Landasan Yuridis Latar Belakang Masalah

E. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

1. Tujuan penelitian a. Akademis Secara akademisi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pernikahan dini terjadi di Komunitas Rukun Warga RW 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang. b. Terapan Tujuan terapannya adalah untuk memberikan informasi dan sebagai bahan pengevaluasian tentang pernikahan dini pada masyarakat di Komunitas Rukun Warga RW 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang. 2. Signifikansi penelitian a. Akademis Secara akademisi penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam hal penelitian. b. Terapan Tujuan terapannya adalah penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat di Komunitas Rukun Warga RW 03 Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang untuk meminimalisir terjadinya pernikahan dini dan lebih mengutamakan pendidikan. 9

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kajian Teoritis

1. Pernikahan Dini

a. Aturan Masyarakat

Menurut Hukum Islam perkawinan adalah “pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, dan perkawinan itu sendiri bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah”. 11 Sedangkan dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 merumuskan pengertian perkawinan sebagai berikut : “ikatan lahir antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 12 Dilihat dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, bahwa perkawinan baik menurut hukum Islam ataupun undang- undang perkawinan pada prinsipnya yaitu pelaksanaannya merupakan kewajiban bagi setiap laki-laki dan perempuan dan memiliki tujuan yang sama yaitu membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera serta upaya untuk mempunyai keturunan. Pernikahan juga kebutuhan alami, sebagaimana manusia membutuhkan makan dan minum. Tidak ditetapkannya usia tertentu dalam masalah pernikahan sebenarnya memberikan kebebasan untuk menyesuaikan masalah tersebut tergantung situasi, kepentingan, kondisi pribadi keluarga dan kebiasaan masyarakat setempat. Yang jelas kematangan psikologi, jasmani dan rohani pasangan yang akan menikah menjadi 11 Departemen Agama R.I., Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, h.14 12 UU No.1 Tahun 1974 Tentang perkawinan pasal 1 prioritas utama. Dalam Islam sendiri, sebenarnya tidak ada batasan usia dalam menikah, namun jika dilihat secara kematangan dalam membina rumah tangga jelas berbeda pasangan yang menikah pada usia muda dengan pasangan yang menikah dengan usia yang matang. Dalam Undang-undang Perkawinan No.1 tahun 1974 Pasal 7 yang dikutip oleh Abdurrahman menyebutkan bahwa “Pernikahan hanya di izinkan jika para pihak pria sudah mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 enam belas tahun”. 13 Adapun dalam pasal 6 Undang-undang No.1 tahun 1974 yang dikutip oleh Djoko Prakoso dan I Ketut Murtikaberbunyi “pada ayat pertama, menjelaskan perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai. Dan ayat kedua, untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun harus mendapat izin kedua orang tua”. 14 Selain batasan umur yang ditetapkan oleh undang-undang, pendapat lain yang mengemukakan tentang usia ideal pernikahan yaituZakiyah Daradjat berpendapat “bahwa usia muda remaja adalah anak yang pada masa dewasa, dimana anak mengalami perubahan cepat di segala bidang, mereka bukan lagi anak-anak baik bentuk badan, sikap dan cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang, masa ini dimulai kira-kira usia 13 tahun dan berakhir 21 tahun”. 15 Berbeda dengan pendapat Marc Hendri yang dikutip oleh Bakri Hasbullah mengemukakan “bahwa perkawinan sebaiknya dilakukan antara usia 20 tahun sampai 25 tahun bagi wanita dan 25 13 Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Perkawinan, Jakarta:Akademika Pressindo, 1986, h.66 14 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia,Jakarta:PT Bina Aksara, 1987, h.15 15 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, Jakarta:Gunung Agung, 1996, h.106.