Tujuan dan Signifikansi Penelitian

dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: 1 Sosial ekonomi keluarga, 2 Tingkat pendidikan keluarga, 3 Kepercayaan danatau adat istiadat yang berlaku dalam keluarga, 4 Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi masalah remaja”. 18 Dapat disimpulkan dari faktor-faktor tersebut bahwa akibat dari beban ekonomi yang dialami orang tua mempunyai keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Perkawinan tersebut akan memperoleh dua keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau keluarga suami dan adanya tambahan tenaga kerja di keluarga, yaitu menantu yang dengan sukarela membantu keluarga istrinya. Begitu pula dilihat dari tingkat pendidikan keluarga makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering ditemukan perkawinan di usia muda. Peran tingkat pendidikan berhubungan erat dengan pembahasan keluarga tentang kehidupan berkeluarga. Selain dilihat dari tingkat pendidikan keluarga kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga menentukan terjadinya perkawinan di usia muda. Sering ditemukan orang tua mengawinkan anak mereka dalam usia yang sangat muda karena keinginan untuk meningkatkan status sosial keluarga, mempererat hubungan antarkeluarga, dan atau untuk menjaga garis keturunan keluarga. Dan dilihat dari kemampuan keluarga yang kurang memiliki pilihan dalam menghadapi atau mengatasi masalah remaja.

c. Pelaksanaan Pernikahan Dini

Pernikahan menjadi hal normal yang dibutuhkan manusia dan pernikahan itu sendiri berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 18 Noorkasiani, Heryati, dan Rita Ismail, Sosiologi Keperawatan Jakarta : EGC,2009 h.83-88 Arti nikah dalam Bahasa Arab menurut Peunoh Daly ialah, “bergabung atau berkumpul”. 19 Definisi yang hampir sama juga dikemukakan oleh Rahmat Hakim yang dikutip oleh Tihami dan Sohari Sahrani bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab “nikahun yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja fi‟il madhi nakaha, sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan ”. 20 Sedangkan arti nikah menurut syarak menurut Peunoh Daly adalah “akad yang membolehkan seorang laki-laki bergaul bebas dengan perempuan tertentu dan pada waktu akad mempergunakan lafal nikah atau tazwij , atau terjemahnya”. 21 Di dalam kehidupan manusia, pernikahan sudah menjadi hukum alam atau sunnatullah untuk kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 merumuskan pengertian perkawinan sebagai berikut : “Perkawinan ialah ikatan lahir antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 22 Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan dan perkawinan mempunyai pengertian yang sama, kedua istilah tersebut dalam bahasa Indonesia sudah umum dipakai oleh masyarakat yang mempunyai arti perjanjian relationship perhubungan antara manusia laki-laki dan perempuan yang bertujuan untuk hidup bersama membentuk rumah tangga dan mempunyai keturunan. Imam al-Ghazali dalam Ihya „Ulumiddin yang dikutip oleh Husein Muhammad, et al., menyebutkan ada tiga tujuan dalam menikah yaitu : Pertama, nikah perkawinan merupakan ikhtiar manusia untuk melestarikan dan mengembangbiakkan 19 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: suatu studi perbandingan dalam kalangan Ahlus-sunnah dan negara-negara Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2005 cet ke-2 h.104 20 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat:Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 cet.2 h.7 21 Peunoh Daly. loc. cit 22 UU No.1 Tahun 1974 Tentang perkawinan pasal 7