Pelaksanaan Pernikahan Dini Pernikahan Dini

menikah. Pernikahan dini yang ada dikalangan masyarakat masih banyak terjadi sekalipun dilarang oleh undang-undang perkawinan. Menurut Wilson Nadeak beberapa dampak pernikahan dini sebagai berikut : Pernikahan dalam usia muda ini pun menimbulkan banyak masalah sosial salah satunya ialah kasus perceraianyang meningkat derastis dari tahun ketahunnya. Mereka mengira bahwa dalam perkawinan segala sesuatu akan berjalan secara alamiah, kebahagiaan akan datang dengan sendirinya, sekalipun mereka tidak memiliki pengetahuan untuk mengatur kehidupan rumah tangganya. Kenyataannya kebahagiaan pernikahan perlu diusahakan secara terus menerus antara suami isteri, karena perceraian yang sering terjadi diakibatkan tidak adanya persiapan dikedua belah pihak. 26 Menurut Muhammad Fauzil Adhim, ada hal-hal yang perlu dipersiapkan jika ingin menikah yaitu: “1Membekali diri dengan ilmu; 2Kemampuan memenuhi tanggung jawab; 3 Kesiapan menerima anak; 4 Kesiapan psikis; 5 Kesiapan Rohaniah”. 27 Sebelum melaksanakan pernikahan harus membekali diri dengan ilmu-ilmu yang diperlukan dalam rumah tangga. Selain harus membekali diri dengan ilmu, banyak tanggung jawab yang harus dipenuhi, baik tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang suami maupun istri. Salah satu tujuan dari pernikahan yaitu melahirkan keturunan, maka bagi orang yang ingin menikah harus siap untuk menerima anak sebagai amanah yang telah dianugerahkan Allah sehingga anak itu harus dirawat, diasuh, dan dididik. Selain itu kesiapan psikis untuk berumah tangga juga sangat diperlukan, karena kesiapan psikis diperlukan untuk menerima kekurangan-kekurangan orang yang menjadi pendampingnya. Dan yang terakhir yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kesiapan rohaniah, mereka yang hatinya telah sangat peka terhadap agama mudah menerima nasehat, 26 Wilson Nadeak, Perkawinan dan Keluarga Jakarta:BP4 No. 313, 1998 h.51 27 Muhammad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan Dini, Yogyakarta:Gema Insani Press, 2003, h.47 teguran, maupun pemberitahuan mengenai tuntunan agama sekalipun ilmu mereka masih sangat kurang. Untuk menjalankan kehidupan setelah menikah, hal-hal diataslah bisa menjadi acuan untuk menjalani suatu keluarga yang akan dibentuk. Terlihat jelas pernikahan adalah suatu hal yang memang harus difikirkan dengan sadar dan dewasa. Pada dasarnya, rumah tangga dibangun atas komitmen bersama dan merupakan pertemuan dua pribadi berbeda. Namun, hal ini sulit dilakukan pada pernikahan usia muda. Hal tersebut memacu terjadinya konflik yang bisa berakibat pisah rumah, atau bahkan perceraian. Banyak dampak yang terjadi dari pernikahan dini itu sendiri. Ada yang berdampak bagi kesehatan, adapula yang berdampak bagi psikis dan kehidupan keluarga remaja itu sendiri. Maka, kalau pernikahan dilakukan di bawah umur 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin bertualang menemukan jati dirinya. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mempersiapkan anak-anak dan selalu mengawasi mereka sedini mungkin dengan memberikan pendidikan dan ditekankan bahwa hendaknya melangsungkan pernikahan setelah dewasa, sebab cara berfikir seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkatan usia. Semakin matang usia seseorang maka semakin matang pula cara berfikirnya.

2. Putus Sekolah

a. Meninggalkan pendidikan formal

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang terpenting untuk kehidupannya di masa yang akan datang dan pendidikan adalah hak asasi manusia yang wajib diperoleh. Perkembangan dan kemajuan kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dunia pendidikan. Salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. Bahkan melalui pendidikan cita-cita bangsa dapat tercapai. Seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlikan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 28 Dengan pendidikan, setidaknya mampu menciptakan manusia yang mampu menolong dirinya sendiri di masa yang akan datang. Pendidikan menjadi hal yang terpenting dikalangan masyarakat namun berbeda dengan masyarakat yang melakukan pernikahan dini. Mereka menjadi lupa akan pentingnya dari pendidikan yang sebenarnya, padahal dalam membangun rumah tangga pendidikan sangat diperlukan untuk mereka yang akan menjalankan kehidupan sebagai orang tua. Pentingnya pendidikan bagi masyarakat di Indonesia, terlihat pada program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun pada pogram tersebut yang bertujuan agar anak-anak di Indonesia mendapatkan bekal untuk masa depan yang lebih baik. Keinginan untuk segera membebaskan anak-anak usia sekolah 7-15 tahun dari ancaman buta huruf dan kemungkinan putus sekolah tampaknya masih belum bisa diwujudkan dalam waktu dekat. Kendati lewat program jaringan pengaman sosial pemerintah telah berupaya menyediakan beasiswa untuk membantu kelangsungan pendidikan siswa, khususnya yang berasal dari keluarga kurang mampu. Tetapi karena sifatnya struktural, maka angka siswa putus sekolah dan rawan putus sekolah diperkirakan angka tetap tinggi. 29 Setidaknya melalui program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak di masyarakat. 28 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Ciputat : UIN Jakarta Press 2005 cet.1 h.93 29 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, Jakarta: Kencana 2010 Ed. 1 Cet.1 h.336 Namun pemerintah mulai tahun 2012, “merintis terwujudnya wajib belajar 12 tahun.sebagai langkah awal, siswa SMASMK juga bakal mendapat kucuran dana bantuan operasional sekolah seperti yang selama ini diberikan kepada siswa jenjang pendidikan dasar SD dan SMP ”. 30 Kebijakan tersebut pun agar anak-anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu dengan adanya program pendidikan ini, angka pernikahan dini bisa ditekan karena anak lebih difokuskan untuk menyelesaikan studinya di jenjang SMASMK. Pemerintah sangat mengupayakan pendidikan di negara ini, tetapi masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum mengerti akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk bekal dimasa yang akan datang. Menurut Undang Undang No 20 tahun 2003 Pasal 13 Ayat1dikatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pertama, pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Kedua, pendidikan nonformal, adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Ketiga, pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. 31 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dari ketiganya memiliki perbedaan yang saling mengisi dan melengkapi. Ketiga jalur pendidikan tersebut pun tidak dapat dipisahkan, namun saling menyempurnakan dan pada akhirnya akan menghasilkan peningkatan keberhasilan pendidikan individu itu sendiri. Pemahaman masyarakat tentang pendidikan akan sangat penting 30 Wajib Belajar 12 Tahun Dirintis Mulai 2012, di akses dari http:edukasi.kompas.comread2011092710335033Wajib.Belajar.12.Tahun.Dirintis.Mulai.201 2 31 Undang undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003, di akses dari http:www.kemenag.go.idfiledokumenUU2003.pdf dalam upaya membantu perkembangan peserta didik yang optimal, pemahaman itu bukan hanya tentang peranannya masing-masing, keterkaitan dan saling pengaruh dalam perkembangan manusia. Sebab pada dasarnya pendidikan itu selalu bersama-sama mempengaruhi manusia. Dalam Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia sebenarnya telah disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakikatnya berhak untuk memperoleh pendidikan secara layak dan mereka seyogianya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini. Namun demikian, akibat tekanan kemiskinan, kurangnya animo orang tua terhadap arti penting pendidikan, dan sejumlah faktor lain, maka secara sukarela maupun terpaksa anak menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga yang penting. 32 Selain adanya faktor kemiskinan, maraknya pernikahan dini yang terjadi dikalangan masyarakat merupakan salah satu faktor yang membuat remaja di Indonesia tidak dapat menikmati bangku pendidikan dan masa-masa remaja yang seharusnya dinikmati oleh mereka. Wajib belajar 12 tahun yang diupayakan oleh pemerintah pun sepertinya diabaikan begitu saja. Hal seperti inilah sepatutnya para orang tua memberi dukungan tentang betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan. Secara garis besar, karakteristik anak yang putus sekolah yaitu : 1 berawal dari tidak tertib mengikuti pelajaran di sekolah.2 akibatprestasi belajar yang rendah, pengaruh keluarga, atau karena pengaruh teman sebaya, kebanyakan anak yang putus sekolah selalu ketinggalan pelajaran dibandingkan teman- teman sekelasnya. 3 kegiatan belajar di rumah tidak tertib, dan tidak disiplin,terutama karena tidak didukung oleh upaya pengawasan dari pihak orang tua. 4 perhatian terhadap pelajaran kurang dan mulai didominasi oleh kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. 5 kegiatan bemain dengan teman sebayanya meningkat pesat. 6 mereka yang 32 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, Jakarta: Kencana 2010 Ed. 1 Cet.1 h.340 putus sekolah ini kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi lemah, dan berasal dari keluarga yang tidak teratur. 33 Putus sekolah bukan merupakan persoalan hal baru dalam sejarah pendidikan. Namun selain peranan pemerintah, orang tualah yang lebih berperan penting untuk mengusahakan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga di kemudian hari akan menjadi individu orang dewasa yang sehat, baik secara jasmani, rohani dan sosialnya, sehingga mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa.

b. Masalah rumah tangga

Yusuf Muhammad Al-Hasan menyebutkan bahwa “keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil- personilnya ”. 34 Kehidupan di dalam rumah tangga tidak selamanya berjalan mulus ada saja hambatan-hambatan yang harus dilalui setiap pasangan di dalam rumah tangga yang mereka bangun, tentu saja hal ini memerlukan sikap dan pikiran yang matang untuk dapat menyelesaikan permasalahan. Usia pada menikah mempunyai keterkaitan yang sangat kuat dalam pola membina rumah tangga. Oleh karena itu, dalam melakukan pernikahan dibutuhkan kesungguhan dan keseriusan agar terwujudnya keluarga yang harmonis. Seperti yang dijelaskan Zakiah Darajat dkk. Yang dikutip oleh Tihami dan Sohari Sahrani, mengemukakan ada lima tujuan dalam perkawinan, yaitu : 33 Ibid., h.343 34 Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak dalam ISLAM, Jakarta:Yayasan Al Sofwa, 1997, h.10