Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan memungkinkan kita memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Pekembangan tersebut memberikan wahana yang memungkinkan matematika berkembang dengan pesat pula. Perkembangan matematika menggugah kita untuk memiliki kemampuan yang membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan bekerjasama yang efektif sehingga mampu mengahadapi segala tantangan globalisasi. Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di lembaga pendidikan formal merupakan salah satu bagian penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Pelajaran matematika adalah suatu pelajaran yang berhubungan dengan banyak konsep. Konsep merupakan ide abstrak yang dengannya kita dapat mengelompokkan obyek-obyek ke dalam contoh atau bukan contoh. Konsep-konsep dalam matematika memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Karenanya, siswa belum bisa memahami suatu materi jika dia belum memahami materi sebelumnya atau materi prasyarat dari materi yang akan dia pelajari. Matematika diperlukan oleh ilmu pengetahuan lain sebagai landasan berpikir dan pengembangan konsep. Dengan belajar matematika seseorang mempunyai sikap dan kebiasaan bepikir kritis, logis, dan sistematis. Pendidikan matematika di Indonesia memang belum menampakkan hasil yang diharapkan. Dari hasil studi TIMSS tahun 2007, menempatkan siswa Indonesia pada urutan ke-36 dari 49 negara dengan nilai rata-rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 397. Nilai tersebut masih jauh dari standar minimal nilai rata-rata kemampuan matematika yang ditetapkan TIMSS yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini berada dibawah siswa Malaysia dan Singapura. Siswa Malaysia memperoleh nilai rata-rata 474 dan Singapura 1 memperoleh nilai rata-rata 593. 1 Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan matematika di Indonesia rendah. Karena sifat matematika yang abstrak, tidak sedikit siswa yang masih menganggap matematika itu pelajaran yang sukar untuk dipahami. Russefendi menyatakan bahwa “terdapat banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak memperdayakan ”. 2 Hal ini mungkin disebabkan oleh sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah yang pada umumnya lebih didominasi oleh pembelajaran konvensional, dimana pembelajaran berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif karena mereka hanya menerima materi dan latihan soal dari guru, hal itu tidak cukup mendukung penguasaan terhadap konsep matematika menjadi lebih baik. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan ketidakberhasilan belajar matematika siswa, diantaranya pengetahuan materi prasyarat yang belum terpenuhi, pengenalan dan pemahaman siswa terhadap konsep dasar metematika tidak tersampaikan dengan baik, dan kurangnya kemampuan siswa dalam mencari dan mengolah informasi yang terdapat dalam soal matematika. Pada saat menghadapi permasalahan matematika berupa soal khususnya soal cerita, tidak sedikit siswa yang mampu menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan siswa hanya menerima pelajaran yang diberikan namun tidak mengetahui penggunaan pengetahuan yang telah didapatnya. Siswa kesulitan menentukan langkah awal apa yang mesti dilakukan serta informasi yang terdapat dalam soal. Informasi yang telah diperoleh dari soal tersebut pun tidak dimodelkan dalam bentuk matematika berupa notasi, gambar, grafik, dan aljabar. 1 Ina V.S. Mullis, dkk, “TIMSS 2007 International Mathematics Report”, dari http:timss.bc.eduTIMSS2007techreport.html, 6 September 2010. 2 Lia Kurniawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMP, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, CEMED, 2006. Hal 78. Penyebab lain kegagalan siswa dalam belajar matematika adalah siswa tidak paham konsep-konsep matematika atau siswa salah dalam memahami konsep-konsep matematika. Kesalahan konsep suatu pengetahuan saat disampaikan di salah satu jenjang pendidikan, bisa berakibat kesalahan pengertian dasar hingga ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena matematika adalah materi pembelajaran yang saling berkaitan satu sama lain. “Pemahaman konsep matematika sesuai dengan tujuan pengajaran yang penting adalah membantu murid memahami konsep utama dalam suatu subjek, bukan sekedar mengingat fakta yang terpisah- pisah”. 3 Dalam banyak kasus, pemahaman konsep akan berkembang apabila guru dapat membantu murid mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep. Kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika dapat disebabkan oleh faktor guru maupun siswa. Faktor guru, di antaranya adalah karena guru tidak menguasai pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi. Selain itu, yang menyebabkan kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika adalah guru kurang menguasai inti materi yang diberikan. Penguasaan terhadap materi harus dimiliki oleh setiap guru. Jika guru tidak menguasai konsep, kemungkinan dia akan menyampaikan konsep yang salah yang kemudian diterima oleh siswa. Penyebab lainnya adalah karena guru masih menggunakan media pembelajaran yang sederhana yang kurang mampu memvisualisasikan konsep abstrak. Sedangkan dari faktor siswa, di antaranya adalah karena siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika sehingga siswa tidak memperhatikan materi dan akhirnya tidak memahami konsep. Dalam kasus lain, siswa hanya menghapal rumus atau konsep, bukan memahaminya. Akibatnya, siswa tidak dapat menggunakan konsep tersebut dalam situasi yang berbeda. Demikian juga berdasarkan hasil observasi, hasil belajar matematika di SMP Negeri 18 Tangerang belum maksimal. Terlihat dari hasil Ujian MID 3 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2008, cet ke- 2, h.351 Semester kelas VII yang rata-ratanya 37,53 dan ini tidak memenuhi standar KKM yaitu sebesar 60. Sementara siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 4 siswa dari 40 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa belum maksimal. Guru sebagai pendidik di sekolah memiliki peran yang penting terhadap keberhasilan pembelajaran. Salah satu aspek yang mempengaruhi proses belajar mengajar adalah model pembelajaran yang sesuai. Dimana dalam pengajaran matematika metode dan cara pengajarannya harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Sehingga dengan begitu siswa dapat dengan mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan. Strategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah dalam menyajikan matematika, umumnya adalah strategi belajar mengajar yang kurang mementingkan kebutuhan atau kepentingan siswa, bahkan pembelajaran lebih berpusat pada guru. Metode pengajaran yang dipakaipun hanya terbatas pada metode ceramah dan demonstrasi sehingga pembelajaran dirasakan monoton dan membosankan dan lagi pengetahuan yang didapat oleh siswa hanya sebatas hapalan dan apa yang dipelajari oleh siswa tidak dapat diserap secara bermakna. Dengan begitu siswa tidak dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik. Selain itu para guru terjebak dengan target kurikulum, sehingga kurang memperhatikan apakah siswa mengerti atau tidak materi yang diterimanya. Agar siswa dapat memahami konsep matematika dengan baik maka perlu dikembangkan suatu cara atau metode pengajaran matematika guna membantu siswa dalam memahami konsep dan menentukan hubungan yang bermakna dalam menyelesaikan soal. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan agar siswa dapat memahami konsep matematika dengan baik yaitu model pembelajaran kooperatif metode make a match karena keunggulan metode make a match adalah “metode tersebut dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik, dan dalam metode ini, anak didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan”. 4 Penerapan metode Make a match sangat cocok digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa, karena make a match merupakan metode yang bisa dibilang beda dengan metode yang lain. Metode ini selain bermanfaat memperdalam pemahaman materi atau konsep matematika, metode make a match juga bisa dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan permainan, sehingga ketika metode ini diterapkan, suasana proses pembelajaran akan terkesan menyenangkan, dan metode ini dilakukan secara berulang-ulang, setelah satu sesi berjalan, kartu akan dikocok kembali sehingga siswa akan mendapatkan jenis soal yang berbeda dari sebelumnya, sehingga siswa akan memahami berbagai jenis soal. Penerapan metode make a match diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran matematika. Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Metode Make A Match Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa”

B. Identifikasi Masalah