Gambar 3 Kurva Distribusi Normal
Kriteria pengujian adalah tolak H , jika t
hitung
lebih besar dari 1,67. Penelitian ini memberikan hasil t
hitung
2,12 dan jatuh pada daerah penolakan H
. Jadi hipotesis H ditolak, maka H
a
diterima artinya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif metode make a match lebih tinggi dari kemampuan pemahaman konsep matematika yang diajarkan dengan
metode ekspositori.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada taraf signifikansi
05 ,
dan derajat kebebasan dk = 78, diperoleh nilai
hitung
t
sebesar 2,12. Sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai
tabel
t sebesar
1,67. Sesuai pengalamaan penulis siswa yang diajarakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode make a match yaitu
salah satu metode yang dapat membatu siswa dalam memahami konsep materi himpunan. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan kartu-kartu yang berisi
pertanyaan dan jawaban siswa terlihat sangat aktif dan antusias dalam mencari
Daerah Penerimaan Ho
Daerah Penolakan Ho daerah kritis
t
tabel
= 1,67 t
hitung
= 2,12
= 0,05 Luas =
α
pasangan antara siswa yang memegang kartu pertanyaan dengan siswa yang memegang kartu jawaban.
Pada tahap ini siswa diuji apakah siswa sudah memahami materi yang telah dijelaskan oleh guru atau belum, metode ini juga dapat membuat siswa
menjadi lebih mandiri dan dapat mengembangkan kemampuan serta mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain, karena siswa secara individual berusaha mencari jawaban atau pertanyaan yang ada pada temannya.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang telah ditentukan, akan diberi poin. Ketika pembelajaran berlangsung
hanya sedikit siswa yang tidak dapat menemukan pasangannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki pemahaman konsep yang cukup
baik. Dengan model pembelajaran kooperatif metode make a match membuat siswa lebih aktif, antusias dan mandiri hal ini sesuai dengan teori Lorna
Curran yang menyatakan dengan menggunakan metode make a match anak didik dapat mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa dapat menguasai konsep-konsep yang telah dipelajari.
Sebaliknya pada kelas kontrol yang diterapkan metode ekspositori. Sesuai pengamatan penulis siswa kurang aktif dan hanya beberapa siswa yang
berantusias untuk bertanya. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori guru lebih dominan dan siswa kurang dilatih untuk aktif
baik secara mental maupun fisik. Akibatnya siswa kurang mengeksplor kemampuannya dalam memahami konsep matematika dan siswa menjadi
pasif. Siswa pada kelas kontrol kurang kompetitif. Hal ini terlihat ketika siswa
diberikan soal latihan. Sebagian siswa khususnya siswa laki-laki kurang begitu semangat, mereka mengerjakan sambil berbicara dan main-main
dengan teman lainnya, sehingga hasil yang didapat tidak maksimal. Secara umum dari kedua kelas yang diteliti, tampak bahwa model
pembelajaran koopertaif metode make a match membuat siswa lebih aktif
dalam memahami konsep-konsep yang telah mereka kuasai. Pembelajaran dengan model pembelajaran koopertaif metode make a match memberikan
peluang kepada siswa untuk menemukan konsep matematika secara mandiri melalui kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan jawaban.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa model pembelajaran koopertaif metode make a match yang diterapkan dalam proses pembelajaran
berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Selain dapat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar matematika seperti
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Amanatus Sholihah ternyata metode Make A Match dapat mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif metode make a match memiliki kemampuan pemahaman konsep matematika yang lebih baik dibandingkan siswa yang
diajar dengan pembelajaran metode ekspositori.
E. Keterbatasan Penelitian