3. Sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal sosialisasi,
hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. 4.
Guru memegang peran yang dominan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
5. Pembelajaran bersifat satu arah yaitu berasal dari apa yang
disampaikan guru saja sehingga akan sulit untuk mengetahui sudah sejauh apa pemahaman siswa terhadap bahan ajar, juga dapat
membatasi pengetahuan siswa hanya sebatas apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas.
45
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode ekspositori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkombinasikan metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dan
pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal pekerjaan rumah yang dikerjakan secara individual atau kelompok.
G. Penelitian yang Relevan
1. Hasil penelitian Risqi Kurnia Budiati 2009 yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Make A Match PTK pembelajaran
matematika siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Kudus” diperoleh kesimpulan bahwa: a kemampuan mengajukan pertanyaan sebelum
tindakan sebesar 9,52 dan setelah tindakan sebesar 69,05, b kemampuan menjawab pertanyaan sebelum tindakan sebesar 21,43 dan
setelah tindakan sebesar 73,80, c kemampuan mengemukakan ide tau pendapat sebelum tindakan sebesar 14,28 dan setelah tindakan sebesar
52,38, d kemampuan mengerjakan soal di depan kelas sebelum tindakan sebesar 35,71 dan setelah tindakan sebesar 83,33, dan e
kemampuan menyanggah atau menyetujui ide teman sebelum tindakan sebesar 16,67 dan setelah tindakan sebesar 61,90.
2. Hasil penelitian Amanatus Sholihah 2009 yang berjudul “Penerapan
Based Learning PBL dan Make A Match Untuk Meningkatkan Aktivitas
45
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ..., h.191
Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Wahid Hasyim Malang Pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Satu Variabel” penelitian ini
menemukan bahwa hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa siklus 1 banyak siswa yang tuntas belajar dengan subpokok bahasan
membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan PLSV adalah 73,4. Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus 1, maka
dilakukan beberapa perbaikan pada siklus 2 yaitu meningkatkan pengelolaan kelas dan pemberian motivasi belajar yang lebih. Pada siklus
2 banyaknya siswa yang tuntas belajar dengan subpokok bahasan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
PLSV menjadi 82,3. Menrut ketuntasan pembelajaran yang di tetapkan pada SMP Wahid Hasyim Malang, pelaksanaan pembelajaran dikatakan
emndukung atau berhasil apabila sekurang-kurangnya 80 siswa mendapat nilai minimal 65 sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan Problem Based Learning dan Make A Match dalam penelitian ini berhasil. Hal ini dapat diperkuat dengan hasil
observasi aktivitas yang masuk dalam kategori sedang pada siklus 1 dan masuk pada kategori baik pada siklus 2.
H. Kerangka Berpikir