Dampak Stres Kerja Stres Kerja

a. Sukar mengambil keputusan. b. Debaran jantung teramat keras. c. Susah bernafas sesak. d. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran. e. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan. f. Pingsan atau kolaps collapse. g. Rambut rontok dan mengalami iritasi pada tenggorokan. h. Suka mengkonsumsi obat.

2.1.3. Dampak Stres Kerja

Stres kerja dapat merugikan diri sendiri, pekerjaan, perusahaan serta masyarakat. Stres kerja yang berlebihan akan menurunkan produktivitas seseorang dalam bekerja. Jika banyak pekerja yang mengalami stres kerja, maka produktivitas tempat kerja akan menurun juga. Widyasari 2007, menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Handoyo 2001 membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres kerja yaitu : 1. Pengaruh psikoligis, yang berupa kegelisahan, agresif, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah. 2. Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu makan atau nafsu makan yang berlebihan, penyalahgunaan obat – obatan, menurunnya semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kesalahan dan kecelakaan kerja baik di rumah, di tempat kerja ataupun di jalan. 3. Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman. 4. Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya atau memicu timbulnya penyakit tertentu. Sedangkan menurut Lubis 2006, stres kerja dapat mengakibatkan hal – hal sebagai berikut : 1. Penyakit fisik yang diinduksi oleh stres seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, tukak lambung, asma, gangguang menstruasi, dan lain – lain. 2. Kecelakaan kerja, terutama pekerjaan yang menuntut kinerja yang tinggi, serta bekerja secara bergilir. 3. Absensi kerja. 4. Lesu kerja, pegawai kehilangan motivasi kerja. 5. Gangguan jiwa, mulai dari gangguan ringan sampai ketidakmampuan yang berat. Gangguan jiwa yang ringan misalnya mudah gugup, tegang, marah – marah, apatis, dan kurang konsentrasi. Gangguan yang lebih jelas lagi dapat berupa depresi, gangguan kecemasan.

2.1.4. Indikator Stres Kerja