2.1.4. Indikator Stres Kerja
Stres mengandung unsur – unsur fisik, psikologis, dan emosional.
Pengaruh stres terhadap setiap orang berbeda – beda, dan tidak ada petunjuk
yang tepat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi stres pada orang lain Williams, 1997.
Berikut pendapat tentang indikator stres kerja, yaitu :
No. Pernyataan
Tidak Pernah
Jarang Kadang –
Kadang Sering Setiap Hari
1. Hilang nafsu makan
2. Memeriksa pekerjaan secara
berlebihan 3.
Gugup 4.
Perut merasa kosong 5.
Menurunkan berat badan 6.
Perut mulas 7.
Tidak dapat mengontrol diri 8.
Jantung berdebar 9.
Sakit perut 10.
Lesu 11.
Sakit pada bagian punggung 12.
Merasa lelah ketika bangun tidur 13.
Magh 14.
Merasa lelah terus menerus 15.
Meningkatnya nafsu makaningin ngemil
16. Resahgelisah
17. Merokok
18. Suka melamun
19. Tidak bisa tidur, terbangun saat tidur
20. Rentan terhadap penyakit
21. Sensitifmudah tersinggung
22. Diare
23. Merasa bingung terhadap pekerjaan
24. Cepat frustasi
25. Sakit kepala
26. Migrainesakit kepala sebelah
27. Tidur yang berlebihan
28. Menggunakan obat tidur
29. Percaya diri yang menurun
30. Merasa jengkel
31. Suka murung
32. Gangguan konsentrasi
33. Mimpi buruk
34. Gangguan koordinasi
35. Pesimis
36. Hilang rasa humor
37. Mudah kaget
38. Menggigit kuku
39. Peningkatan konsumsi kafein teh,
kopi 40.
Menunda pekerjaan 41.
Lupa 42.
Ragu – ragu
43. Bersikap curiga
44. Merasa kewalahan dengan pekerjaan
banyak 45.
Merasa panik 46.
Mengurangi produktivitas kerja 47.
Sembelit 48.
Cemburu 49.
Kurang motivasi 50.
Sering mengerdipkan mata 51.
Suka mengambil inisiatif terlebih dahulu
52. Membuang
– buang waktu pekerjaan 53.
Gemetar 54.
Keringat berlebihan 55.
Sulit bernafas 56.
Menggertakkan gigi pada saat tidur 57.
Merasa ingin bunuh diri 58.
Depresi
59. Rambut rontok
60. Iritasi pada tenggorokan
61. Mulut kering
62. Mengkonsumsi obat stres
Sumber : http:bfec.kenyon.eduHealthy_Kenyonstress_psymptoms.pdf
2.1.5. Cara Pengukuran Stres Kerja
Teknik pengukuran stres yang banyak studi di Amerika menurut Karoley dalam Hawari 2001 dapat digolongkan kedalam 4 cara, yaitu :
1. Self Report Measure
Cara ini menggunakan kuesioner untuk mengukur stres yaitu dengan menyatakan intensitas pengalaman psikologis, fisiologis dan perubahan
fisik yang dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang. Cara ini juga dikenal sebagai “Life Event Scale” yang berisi beberapa pertanyaan sebagai
indikator dalam menentukan stres kerja. Metode ini digunakan karena metode ini cukup mewakili berbagai peristiwa yang dialami seseorang yang
stres. Metode ini juga dapat dengan mudah dan cepat untuk diisi. Berdasarkan pertanyaan pada daftar pertanyaan metode Life Event
Scale setiap pertanyaan bernilai 0-4. Untuk melakukan penilaian indikator stres kerja, dapat dilakukan penilaian sendiri self assesment. Sistem
penilaian yang digunakan sebagai indikator untuk masing-masing kelompok adalah nilai 71 termasuk kategori stres ringan, untuk nilai
≥71 termasuk kategori stres berat. Pertanyaan yang digunakan tidak bersifat
mutlak, artinya pertanyaan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi saat itu. Sehingga penilaian dan pengelompokannya juga dapat disesuaikan Karoley,1985 dalam Hawari, 2001.
2. Performance Measure
Cara ini mengukur stres dengan melihat atau mengobservasi perubahan- perubahan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang. Contohnya,
penurunan prestasi kerja terlihat dari gejala - gejala seperti cenderung berbuat salah, cepat lupa, kurang perhatian terhadap hal yang detail dan
menjadi lamban dalam bereaksi. 3.
Physiological Measure Pengukuran ini berusaha untuk melihat perubahan yang terjadi pada
fisik seseorang akibat stres, seperti perubahan tekanan darah, ketegangan pada otot bahu, leher dan pundak, dan sebagainya. Cara ini sering dianggap
paling tinggi reabilitasnya, namun sangat tergantung si pengukur sendiri dan pada alat yang digunakan pada saat pengukuran.
4. Biochemical Measure
Teknik pengukuran ini melihat stres melalui respon biokimia individu berupa perubahan kadar hormon katekolamin dan kortikosteroid setelah
pemberian suatu stimulus. Reabilitas dari cara ini tergolong paling tinggi namun hasil pengukurannya dapat berubah bila subjek penelitiannya adalah
perokok, peminum alkohol dan kopi. Hal ini karena rokok, kopi dan alkohol dapat meningkatkan kadar kedua hormon tersebut dalam tubuh.
Dari keempat cara tersebut, yang paling sering digunakan dalam penelitian stres adalah life event scale, karena metode ini cukup mewakili
berbagai peristiwa yang dialami seseorang yang stres. Metode ini juga dapat dengan mudah dan cepat untuk diisi, paling mudah diatur,
manageable, dan membutuhkan biaya yang relatif lebih murah walaupun ada beberapa kelemahan, misalnya :
a. Terjadi pemalsuan jawaban. Responden dapat dengan sengaja
memalsukan jawabannya
yaitu memberikan
jawaban yang
menguntungkan dirinya. Pemalsuan itu dapat ke arah baik faking good atau dapat pula kearah buruk faking bad.
b. Terdapat perbedaan pemahaman kusioner antar responden. Perbedaan
karakteristik individu antar responden akan mengakibatkan perbedaan pandangan yang dimunculkan responden.
c. Responden memberikan jawaban menurut cara yang biasa
dilakukannya. Ada individu – individu yang cenderung untuk
menjawab dengan jawaban “ya”, sebaliknya ada juga yang cenderung untuk menjawab “tidak” terlepas dari isi kuesioner yang dihadapinya.
Pada kuesioner yang menyajikan alternatif jawaban lebih dari dua, sementara orang cenderung untuk memberikan jawaban yang berkisar
di sekitar alternatif yang ada ditengah, dan menghindarkan diri dari jawaban yang ekstrim.
2.1.6. Faktor Penyebab Stres Kerja