6.9. Hubungan antara Peran dalam Organisasi dengan Stres Kerja pada Dosen
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan
sesuai dengan aturan – aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
atasannya. Seorang pekerja yang diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, memiliki hasil kerja yang lebih baik dan mengurangi
tekanan dalam bekerja yang dapat menyebabkan stres Munandar, 2001. Menurut Cooper dan Davidson 1987 dalam Kalimo et.al 1987, faktor peran dalam
organisasi pada suatu pekerjaan merupakan sumber utama stres kerja. Stres dapat terjadi karena adanya ambiguitas peran dan konflik peran.
Berdasarkan hasil univariat, diketahui bahwa distribusi responden sebagian besar menyatakan berperan dalam organisasi yaitu 56.0. Sedangkan berdasarkan
hasil analisis hubungan antara peran dalam organisasi dengan stres kerja, diketahui bahwa responden yang mengalami stres kerja lebih banyak berperan dalam
organisasi dibandingkan dengan responden yang tidak berperan dalam organisasi. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi square, diketahui bahwa
tidak ada hubungan antara peran dalam organisasi dengan stres kerja. Hal ini dapat dikarenakan meskipun responden berperan dalam organisasi
serta diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dan rapat, namun kemungkinan pendapat yang dikemukakan oleh responden tidak didengar dan diterapkan di
program studi. Sehingga hasil keputusan rapat tidak sesuai dengan keinginan
responden. Jadi ada rasa keterpaksaan pada responden untuk menjalani hasil keputusan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmaniaty 2010 yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran dalam organisasi
dengan stres kerja dimana nilai p value 0.088. Selain itu hasil penelitian Airmayanti 2009 juga menyatakan tidak adanya hubungan antara peranan dalam
organisasi dengan stres kerja pada pekerja dengan nilai p value 1.000. Tidak adanya hubungan antara peran dalam organisasi dengan stres kerja
dikarenakan sebagian besar responden menyatakan mereka berperan baik dalam rapat maupun pengambilan keputusan. Karena seperti yang dikemukakan oleh
Margiati 1999, jika tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor, maka hal ini akan berkaitan dengan kewenangan seseorang
dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab
dan kewenangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya.
Cooper dan Marshal 1978 dalam Munandar 2001 juga menambahkan, mereka yang bekerja pada batas
– batas organisasi akan lebih merasakan konflik peran sebagai pembangkit stres. Karyawan yang merasa stres akibat peran dalam
organisasi kemungkinan akan mengalami kegagalan dalam memainkan perannya. Kurang berfungsinya peran merupakan salah satu faktor pembangkit stres kerja.
Diharapkan institusi dapat meningkatkan komunikasi yang efektif serta meningkatkan partisipasi karyawan dalam upaya meningkatkan peran organisasi.
Selain itu diharapkan kepada dosen, jika ada undangan rapat yang menyangkut pengembangan karir maupun kewenangan pekerjaanya diharapkan hadir dan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini dimaksudkan agar dosen tidak tertekan dengan hasil keputusan yang ada sehingga dapat mengakibatkan
stres kerja.
6.10. Hubungan antara Pengembangan Karir dengan Stres Kerja pada Dosen