1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perguruan tinggi yang inovatif, bermutu, dan tanggap terhadap perkembangan global dan tantangan lokal, keberhasilannya terletak pada upaya
perkembangan dan pembinaan para dosennya. Penggerak utama pertumbuhan, yaitu para dosen perguruan tinggi Hendrajaya, 1999, dalam
Sumardjoko, 2010. Peran utama dosen dalam proses penyelenggaraan pendidikan seperti belajar
mengajar yaitu menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya, seperti memberikan pengetahuan cognitive, sikap dan nilai affektif dan keterampilan
psikomotor kepada mahasiswa. Oleh karena itu seorang dosen dituntut untuk dapat mengelola kelas, penggunaan metode mengajar maupun sikap dan karakteristik
dosen dalam mengelola proses belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan perkuliahan dengan baik, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk
mengikuti mata kuliah dan menguasai tujuan pendidikan yang harus mereka capai Djamarah, 2000.
Persoalan mendasar dalam Sistem Pendidikan Nasional yang telah berlangsung separuh abad lamanya, khusus ditinjau dari aspek profesi seorang dosen
menurut Sidi 2001 dalam Djaramah 2000 bahwa seorang dosen profesional dituntut sejumlah persyaratan, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi
dan kompetensi keilmuan, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan
anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya serta selalu melakukan pengembangan
diri secara terus-menerus. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya penuh dengan keterbatasan secara institusional. Beberapa permasalahan tersebut berkisar pada
persoalan kurang memadainya kualifikasi dan kompetensi dosen, kurangnya tingkat kesejahteraan dosen, rendahnya etos kerja dan gairah dosen serta kurangnya
penghargaan masyarakat terhadap profesi dosen. Selain menjadi tempat mengajar, fakultas juga merupakan tempat kerja yang
sering menjadi sumber stres bagi dosen. Salah satu yang dapat dikatakan sebagai sumber stres adalah banyaknya jam mengajar yang bertabrakan dengan kegiatan lain
karena membutuhkan waktu dan pikiran yang ekstra. Masalah beban kerja pun menjadi tidak terelakkan, dimana dosen dihadapkan pada banyaknya mahasiswa
yang konsultasi skripsi Archibong et al., 2010. Dampak yang ditimbulkan dari stres kerja sangat besar pengaruhnya. Hal
pertama yang terjadi adalah gangguan psikis dan emosi, bila terus berlanjut maka akan mengakibatkan gangguan fisik. Dampak stres ini tidak hanya mengganggu
tubuh seseorang saja, akan tetapi juga akan mempengaruhi kinerja. Menurut Robbins 2003 stres memiliki beberapa dampak negatif yaitu physiological symptoms seperti
meningkatnya tekanan darah, sakit kepala dan merangsang penyakit jantung, phychological symptoms seperti ketidakpuasan, kebosanan, dan ketegangan serta
behavioral symptoms seperti perubahan pola makan dan sulit tidur. Sebuah studi di Eropa menemukan banyaknya prevalensi stres kerja dan
menjadikannya sebuah masalah penting. Hasil studi tersebut menemukan bahwa satu
dari empat pekerja merasa stres oleh pekerjaannya. Dari studi tersebut juga ditemukan bahwa stres yang dialami pekerja sedikit berbeda pada tiap
– tiap negara. Pengakuan terhadap adanya stres bukan hanya sebuah fenomena di Eropa, World
Health Organization WHO menganggap stres sebagai “penyakit abat dua puluhan”
yang mengindikasikan bahwa stres kerja lebih banyak hampir di setiap pekerjaan di seluruh dunia dan telah menjadi “epidemi global” Greenberg, 2002.
Selain itu hasil penelitian yang dilakukan Faulina 2011 menunjukkan bahwa stres kerja dan motivasi kerja berpengaruh significant terhadap produktivitas
dosen di Politeknik Negeri Medan. Hal tersebut berarti jika stres kerja mengalami kenaikan maka akan menurunkan produktivitas dosen dan jika motivasi mengalami
penurunan maka akan berdampak pada produktivitas dosen. Berdasarkan pengujian secara parsial, stres kerja merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap produktivitas dosen di Politeknik Negeri Medan, yang berarti bahwa stres kerja sangat menentukan produktivitas dosen di Politeknik Negeri Medan.
Menurut Kaiser 1982 dalam Faulina 2011 ada 6 karakteristik internal yang berhubungan dengan stres dosen yaitu: kesiapan mengajar, kepuasan kerja,
kepuasan hidup, gejala-gejala sakit, pengendalian diri locus of control dan harga diri self-esteem. Frustasi dan tekanan hidup sehari-hari yang dapat menyebabkan
stres banyak yang berasal dari lingkungan sosial, pribadi, dan kehidupan kerja. Perubahan yang sangat cepat yang selalu dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dapat
menyebabkan stres. Semua stressor yang ditemui dan pengalaman stres yang pernah dirasakan dapat mempengaruhi kekebalan seseorang terhadap stres. Orang yang
sering tertimpa tekanan tetapi dapat keluar dari tekanan tersebut akan lebih kebal
terhadap stressor. Peran yang berhubungan dengan stres adalah sebuah fungsi kepribadian dosen dan kesiapan dosen mengajar.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah, sebagai sebuah institusi pendidikan yang mewadahi dosen, karyawan lainnya, dan
mahasiswa tidak luput dari tuntutan para anggotanya, baik itu dari pihak mahasiswa maupun dosen dan karyawan dalam hal perubahan pengelolaan berbagai bidang
permasalahan menuju pada suatu kondisi yang lebih diinginkan oleh berbagai pihak. Fakultas ini memiliki 4 program studi yaitu program studi pendidikan dokter,
program studi kesehatan masyarakat, program studi farmasi dan program studi ilmu keperawatan. Sebagai fakultas yang konsen mempelajari tentang kesehatan
masyarakat maka tugas dan fungsi dosen pada tiap – tiap program studi ini berbeda–
beda sesuai dengan tuntutan kompetensi program studi yang dibutuhkan. Ardini 2013 mengatakan bahwa sistem perkuliahan di program studi
pendidikan dokter memakan waktu lebih panjang, karena menerapkan sistem modul, tutorial, diskusi kelompok, dan lain-lain menyebabkan beban kerja dosen menjadi
relatif tinggi. Rata-rata beban kerja dosen adalah 18,4sksdosen pada semester ganjil dan 21,8 sksdosen pada semester genap. Beban kerja ini jauh melampaui beban
kerja maksimal yang diberlakukan di UIN yaitu 16 sks. Lebih lanjut lagi FKIK juga mengajukan usulan format rubrik beban kerja dosen.
Berdasarkan fakta diatas, diketahui bahwa beban kerja yang diterima oleh dosen program studi pendidikan dokter jauh lebih tinggi dibandingkan fakultas
lainnya. Tentu saja hal ini dapat memicu adanya stres kerja dikarenakan tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kapasitas yang dimiliki seorang dosen. Seperti
pendapat Munandar 2001 bahwa ketidaksesuaian antara tuntutan tugas dengan kapasitas yang dimiliki pekerja maka akan menimbulkan stres kerja.
Sehnert 1981 dalam Handoyo 2001 tanda – tanda stres yang dialami
berkaitan dengan tingkat beban kerja yaitu : jika terlalu sedikit beban, maka akan tampak kebosanan, terlalu mampu dalam pekerjaan, apatis, tidur yang tak menentu
dan terganggu, lekas marah, menurunnya semangat kerja, perubahan dalam nafsu makan, kelesuan, sikap yang negatif. Namun jika terlalu banyak beban, maka akan
tampak hubungan yang tegang, insomnia tidak dapat tidur, penilaian yang tidak
baik, kesalahan yang meningkat, keragu-raguan, pengunduran diri, ingatan yang berkurang.
Oleh karena itu dengan banyaknya akibat negatif dari stres kerja yang dialami seorang dosen, misalnya dapat menyebabkan terganggunya kesehatan kerja
seorang dosen, dapat menurunkan produktivitas kerja seorang dosen yang akan berdampak pada sistem pembelajaran, serta belum ada penelitian serupa yang
dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maka mendorong penulis untuk meneliti tentang stres kerja dan faktor apa
saja yang berhubungan dengan stres kerja pada dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah