Hak dan Kewajiban Dosen Stres Kerja Dosen

Gambar 2.1. Peta Konsep Sertifikasi

2.2.5 Hak dan Kewajiban Dosen

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berhak: a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial; b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; e. memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan; f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik; dan g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesiorganisasi profesi keilmuan UU No. 14 Tahun 2005. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban: a. melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; b. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; c. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; d. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran; e. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan f. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa UU No. 14 Tahun 2005.

2.2.6 Stres Kerja Dosen

Dosen perguruan tinggi mempunyai peran strategis ditinjau dari sisi pembinaan akademik dan mahasiswa. Dosen merupakan tenaga profesional yang menetapkan apa yang terbaik untuk mahasiswanya berdasarkan pertimbangan profesional. Banyak pengakuan yang menyatakan bahwa pengembangan mutu pendidikan dapat ditempuh melalui pengembangan mutu para dosennya. Hal ini tampak dari temuan penelitian sebelumnya bahwa dalam pendidikan berlaku “the man behind the system”, manusia merupakan faktor kunci yang menentukan kekuatan pendidikan Miller, 1980:76, pendidikan sebagai industri jasa merupakan “front line provider and determine the quality of service delivery system”, dosen berada pada garis terdepan dalam menentukan kualitas pelayanan Sallis, 1993 Selain faktor lingkungan pekerjaan didalam organisasi konsekuensi dari sebuah pekerjaan akan menambah tanggung jawab yang akan ditanggung individu. Dalam mencapai tujuan organisasi dosen dan rekan-rekan kerja berkerja sama dalam mewujudkan misi dan visi tersebut, tidak jarang adanya perselisihan antara dosen dan rekan kerja dalam menjalankan tugas, beda pendapat dan perbedaan karakter individu juga dapat menimbulkan konflik dalam suatu pekerjaan diorganisasi, didalam organisasi terdapatnya perselisihan antar dosen, beda pendapat merupakan suatu hal yang sangat wajar. Apabila perbedaan pendapat ini dibiarkan berlarutlarut maka dapat terjadinya konflik antar pribadi dosen yang tidak diinginkan, semakin kecil konflik antar pribadi yang muncul antar rekan-rekan kerja dapat disimpulkan semakin kecil tingkat stress yang akan terjadi didalam organisasi tersebut Lianita, 2011 Faktor lain yang dapat menimbulkan tingkat stres yang berbeda dalam organisasi adalah beban pekerjaan. Beban pekerjaan yang dialami oleh dosen memiliki kerakteristik yang berbeda-beda dalam setiap pekerjaan. bagi dosen yang selalu dituntut untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik akan beradaptsi dengan peralatan yang semakin modern teknologi, dll, ini merupakan salah satu beban yang dipikul oleh dosen, selain perbedaan tugas, perbedaan tangung jawab, dan perbedaan wewenang dosen juga harus selalu update dengan perkembangan teknologi yang setiap saat dapat berubah-ubah untuk mendukung produktifitas pekerjaan. Dosen tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai dosen tetapi juga merangkap dalam memegang jabatan yang diberikan oleh organisasi, terkadang dosen juga memiliki dua jabatan sekaligus dalam satu periode, dengan adanya perbedaan jabatan yang dipegang oleh dosen maka tangung jawab dan beban pekerjaan yang ada semakin besar sehingga dapat diperkirakan stress yang akan dialami oleh dosen memiliki tingkat stres yang berbeda-beda pula. Sedangkan faktor kompetensi memiliki nilai tersendiri dalam terjadinya stres, dosen yang memiliki kompetensi harus dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, kecakapan ataupun kemampuan sebagai dosen dalam menentukan atau memutuskan sesuatu dalam proses pembelajaran ataupun dalam proses pekerjaan Lianita, 2011. Faktor kompetensi merupakan faktor yang menuntut para dosen untuk dapat memberikan produktifitas yang lebih baik antar sesama rekan, mahasiswa dan untuk organisasi, secara langsung kompetensi ini akan menimbulkan terjadinya persaingan antar dosen untuk dapat membuktikan bahwa dia lebih baik dari pada rekan kerjannya, tugas-tugas yang diberikan kepadanya akan selesai tepat waktu, keterampilan dia lebih baik dari pada rekan kerja yang lain. Dosen yang tidak memiliki kompetensi tersebuat akan merasa dirinya lebih rendah dibandingkan dengan dosen yang memiliki kompetensi, ini akan berdampak pada stres yang akan dialaminya Lianita, 2011. Halpin 1985 dalam Faulina 2011 menemukan bahwa pengendalian diri locus of control menjadi karakteristik yang berkorelasi kuat dengan stres dosen. Dosen yang mempunyai pengendalian diri eksternal lebih baik telah ditemukan lebih berpengalaman mengatasi stres daripada dengan sebuah pengendalian diri internal. Self-esteem harga diri, sebagai sebuah karakteristik internal telah dilaporkan berhubungan dengan stres kerja. Seseorang yang memiliki self esteem rendah cenderung lebih peka terhadap stres daripada mereka yang mempunyai self esteem tinggi. Dosen yang mempunyai self-esteem tinggi cenderung mampu menghadapi stressor dan lebih produktif dalam bekerja. Banyaknya tuntutan peran dan tugas yang harus dijalankan oleh seseorang akan berdampak pada kondisi-kondisi seperti tertekan, depresi, produktifitas menurun, tugas yang diberikan tidak tepat waktu, menyendiri, dll. Ini merupakan gejala-gejala terjadinya stres dalam organisasi.

2.3 Kerangka Teori