Berikut ini akan dibahas satu persatu mengenai variabel yang menjadi faktor
– faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.3. Hubungan antara Usia dengan Stres Kerja pada Dosen Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Stres dapat dialami oleh semua kelompok umur, baik anak – anak, remaja,
dewasa, maupun lanjut usia. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Newport dan Pelham 2009 pada 650.000 penduduk Amerika, menunjukkan bahwa
kejadian stres meningkat ketika seseorang menginjak umur 20 tahun dan akan mengalami penurunan ketika seseorang memasuki usia lanjut. Umur berhubungan
dengan tingkat pemahaman seseorang terhadap pemikiran yang matang. Epistein 1998 mengungkapkan bahwa kematangan maturity individu akan terbentuk
seiring dengan bertambahnya umur. Bertambahnya umur membuat pengalaman yang didapat oleh individu semakin bertambah sehingga mereka memiliki
kesempatan blajar lebih banyak. Individu akan menjadi lebih tahu apa yang mereka harapkan dalam kehidupan dan apa yang harus dilakukan jika ada hal
– hal yang mengganggu. Banyaknya pengalaman hidup yang didapat akan membuat
seseorang mampu mengidentifikasi dan menghadapi hal – hal yang tidak terduga
Ryadi, 2002. Menurut Robbins yang dikutip Herawati 2006 bahwa kelompok usia 35
– 45 tahun merupakan kelompok umur produktif yang mempunyai karaktristik
energik, kompetitif, dan berorientasi tujuan. Karakteristik seperti ini berpotensi
menimbulkan stres apalagi jika mereka berperan sebagai ujung tombak perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata – rata usia dosen di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah 36 tahun dengan usia termuda 25 tahun dan tertua 51 tahun tabel 5.2. Sedangkan
hasil analisis hubungan antara usia dengan stres kerja, diketahui bahwa usia responden yang mengalami stres kerja lebih muda dibandingkan dengan usia
responden yang tidak mengalami stres kerja. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Independent T-Test diketahui bahwa tidak ada hubungan antara usia
dengan stres kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Airmayanti 2009 yang
dilakukan pada pekerja di PT ISM Bogasari Flour Mills, Tbk Tahun 2009 dengan nilai p value 0,451 dan Prastetyo 2008 pada Polisi Lalu Lintas di Kawasan
Puncak – Cianjur Tahun 2008. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian Hidayat 2011 yang menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan stres kerja pada pengemudi mini bus di Terminal Kampung Rambutan
Jakarta. Menurut European Commision for Employment and Social Affair 1999
dalam Hidayat 2012, pada usia 20 –29 tahun individu berusaha untuk
menempatkan diri pada lingkungan sosial yang berubah dengan cepat, adanya konflik, kebimbangan, dan nilai sosial, individu pada usia ini juga mulai memasuki
masa bekerja secara formal dan tentulah mereka mempunyai harapan – harapan
yang besar di dalam karirnya, namun apabila dirasakan ketidaksesuaiaan dengan
kondisi pekerjaan yang dimilikinya saat ini, maka individu akan merasa tidak puas dan cenderung mengalami stres kerja.
Meskipun untuk variabel usia tidak memiliki hubungan dengan stres kerja, tetapi untuk dapat meminimalisir terjadinya stres kerja maka yang dapat dilakukan
oleh institusi adalah olahraga bersama yang dijadwalkan rutin. Selain untuk menjadikan tubuh sehat olahraga bersama ini juga diharapkan dapat menjadikan
hubungan interpersonal antar dosen semakin baik, sehingga risiko untuk stres kerja dapat berkurang.
6.4. Hubungan antara Masa Kerja dengan Stres Kerja pada Dosen Fakultas