Analisis Stres Kerja dan Hubungannya dengan Karakteristik Pekerja, Kondisi Pekerjaan, dan Lingkungan Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

(1)

KONDISI PEKERJAAN DAN LINGKUNGAN KERJA PADA DOSEN DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

TETIK WULANDARI SETYANI NIM: 108101000001

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013 M 1434 H


(2)

(3)

iii PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Juli 2013

Tetik Wulandari Setyani, NIM : 108101000001

ANALISIS STRES KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTRISTIK PEKERJA, KONDISI PEKERJAAN DAN LINGKUNGAN KERJA PADA DOSEN DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2013 xii + 138 Halaman, 26 Tabel, 4 Bagan, 3 Lampiran

ABSTRAK

Stres kerja adalah suatu kondisi dimana satu atau beberapa faktor di tempat kerja berinteraksi dengan pekerja sehingga mengganggu keseimbangan fisiologik dan psikologik. Dampak stres ini tidak hanya mengganggu tubuh sipekerja saja, tetapi juga mempengaruhi kinerja. Pada kenyataannya, fungsi dosen adalah mengemban amanah tri dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Selain menjalankan tri dharma perguruan tinggi, dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan juga mengerjakan tugas administrasi, seperti absensi dan honor tim teaching, pembuatan surat menyurat, dan lain – lain. Banyaknya tuntutan peran dan tugas yang harus dijalankan oleh seorang dosen FKIK akan berdampak pada kondisi-kondisi seperti tertekan, depresi, produktifitas menurun, tugas yang diberikan tidak tepat waktu, menyendiri, dll. Ini merupakan gejala-gejala terjadinya stres dalam organisasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat stres kerja dan hubungannya dengan karekteristik pekerja, kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja .

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2013 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional study. Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling sejumlah 50 orang. Pengambilan data yang dilakukan yaitu melalui data primer dengan menyebarkan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan chi square.

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dosen yang tidak mengalami stres kerja yaitu sebanyak 36 orang (72.0%,), sedangkan 14 orang (28.0%) mengalami stres kerja. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan stres kerja pada dosen adalah variabel masa kerja, beban kerja, dan gaji.

Untuk itu, disarankan agar institusi menyesuaikan beban kerja yang diterima seorang dosen baik itu beban kerja fisik maupun mental dengan kemampuan atau kapasitas yang dimiliki oleh dosen tersebut, diharapkan agar melakukan penyesuaian honor terhadap beban kerja yang diterima dosen. Serta kepada dosen diharapkan tetap menjaga komunikasi yang baik, lingkungan kerja yang kondusif, serta rasa kekeluargaan yang erat.

Daftar bacaan : 77 (1964 – 2013)


(4)

iv JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

Undergraduated Thesis, July 2013

Tetik Wulandari Setyani, NIM : 108101000001

ANALYSIS OF WORK STRESS AND RELATED WITH CHARACTERISTICS OF WORKERS, WORKING CONDITIONS AND WORK ENVIRONMENTAL

IN LECTURER AT FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE UIN SYARIF HIDAYATULLAH YEAR 2013

xii + 138 Pages, 26 Tables, 4 Charts, 3 Attachments

ABSTRACT

Work stress is a condition in which one or several factors at work that interacts with workers so disrupt physiological and psychological balance. The effects of stress are not only annoying worker’s body, but also will affect on performance. In fact, the function of the lecturer is carried tri dharma college of education and teaching, research and community service. In addition to implements the tri dharma college, lecturer at the Faculty of Medicine and Health Sciences is also working on administrative duties, such as attendance and team teaching’s honors, making correspondence, and extrecra . Many demands of the role and the tasks to be carried out by a FKIK’s lecturer will have an impact on conditions such as stress, depression, decreased productivity, a task that is not timely given, outs, etc. This is an occurrence of symptoms of stress in the organization. Therefore, this study was conducted to determine the level of work stress and its relation with the characteristics of workers, working conditions and work environment.

This study was conducted in May-June 2013 in the Faculty of Medicine and Health Sciences UIN Syarif Hidayatullah. This study is an study quantitative using cross-sectional study design. The samples in this study were selected using simple random sampling method some 50 people. Data collection was conducted with the primary data through questionnaires spread. The data obtained were then tested using the chi square statistic.

The results of univariate analysis, showed that the lecturers who not got work stress are 36 people (72.0%), whereas 14 people (28.0%) who got work stress. Based on the results of the bivariate analysis, it is known that variable associated with the level of work stress in lecturer is variable period of work, workload, and salary.

Therefore, it is suggested that institutions adjust workloads that received a lecturer as workload with physical or mental ability or capacity owned by the lecturer, it is expected that adjustments to the salary received by faculty workload. As well as to lecturer while keeping good communication, positive work environment, and a strong sense of family.

Reading List : 77 (1964 – 2013)


(5)

(6)

(7)

vi Bapak,, Ibu..

Dengan do’a darimu aku melangkah.. Dengan restu darimu aku berjuang,,

Do’amu penerangku,, restumu kekuatanku..

Ibu,, dengan kesabaranmu engkau besarkanku,, Selalu engkau ajarkan aku tentang kasih

sayang, pengertian, dan kesabaran..

Terima kasih telah menjadi malaikatku, Bu.. Bapak,, dengan ketegasanmu engkau didik aku..

Selalu engkau bekali aku dengan kemandirian dan keberanian..

Terima kasih telah menjadi panutanku, Pak.. Ketika gejolak perasaan menekanku,

kalian berusaha mengalah untukku, kalian berusaha menuruti keinginanku, apa yang bisa aku balas atas semua itu,,?? Hanya do’a yang bisa ku panjatkan,,

Semoga ibu dan bapak selalu diberi kesehatan dan keselamatan dari-Nya dalam setiap langkah,,

Terima kasih untuk semua yang telah bapak dan ibu berikan padaku,,

Diri ini tak akan menjadi apa – apa dan siapa – siapa tanpa do’a dan dukungan darimu..

Dalam untaian kata dengan segenap rasa cinta, kasih, sayang, syukur dan hormat, kupersembahkan skripsi ini untuk:

 Kedua orang tuaku,  Kedua adikku,  Keluarga besarku,  Lentera hatiku.


(8)

vii CURICULUM VITAE

Nama : Tetik Wulandari Setyani

TTL : Pulau Panggung / 18 Januari 1991

Alamat : Komplek Rumah Tumbuh blok C no. 8 Jalan Ade Irma Suryani, Muara Enim.

Agama : Islam Gol. Darah : A

No. Telp : 0852 680 92599

Email : hefa.fajarina@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun

1994 – 1996 TK Bhayangkari, Muara Enim

1996 – 2002 Sekolah Dasar Negeri VI, Muara Enim

2002 – 2005 Sekolah Menengah Pertama Negeri I, Muara Enim 2005 – 2008 Sekolah Menengah Atas Negeri I, Muara Enim

2008 – 2013 S1 - Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

PENGALAMAN ORGANISASI Tahun

2005 – 2007 Rohis Karimatha SMA Negeri I, Muara Enim

2008 – 2010 Anggota Divisi Seni dan Olahraga BEMJ Kesmas UIN

2010 – 2011 Koordinator Divisi Hubungan Luar Kampus BEMJ Kesmas UIN

2010 – 2011 Bendahara Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) Wilayah II

2010 – 2011 Biro Kesekretariatan Pergerakan Anggota Muda IAKMI (PAMI)

2010 – 2013 Anggota Bidang Pengembangan Akademik dan Keprofesian, Sumber Daya Kesehatan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakt Indonesia (IAKMI)


(9)

viii Dengan mengucap Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah, dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Stres Kerja dan Hubungannya dengan Karakteristik Pekerja, Kondisi Pekerjaan, dan Lingkungan Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013”. Sholawat serta salam juga dihaturkan kepada Baginda Rasulullah saw, semoga kita mendapat syafaat di akhirat nanti. Amien.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan, masukan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada :

1. Teristimewa dan sangat tercinta, kedua orang tuaku, ibu Eliva Nur’aini dan Bapak Teguh Suyatmo. Terima kasih banyak Bu, atas segala pelajaran tentang kasih sayangnya, pengertiannya, kesabarannya. Terima kasih banyak Pak, atas segala pelajaran tentang kemandirian dan keberaniannya. Teruntuk adikku, Teddy Dwi Nuryanto, semoga kita selalu bisa menjadi kebahagiaan dan kebanggaan Bapak dan Ibu. Teruntuk adikku, yang telah mendahului kami, (alm.) Triyono, semoga engkau bahagia disana.

2. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yuli Amran, SKM., MKM. selaku Pembimbing I. Terima kasih atas segala pelajaran, arahan dan bimbingan yang telah Ibu berikan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Mohon maaf atas semua kesalahan.

5. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes selaku Pembimbing II. Terima kasih atas segala waktu, arahan dan bimbingan yang telah Ibu berikan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Mohon maaf atas semua kesalahan.


(10)

ix 6. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS. selaku pembimbing akademik sekaligus ketua penguji skripsi. Terima kasih atas semua kesempatan, arahan dan bimbingan yang telah Bapak berikan. Mohon maaf atas semua kesalahan.

7. Ibu Fase Badriah, M.Kes, Ph.D dan Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK sekalu penguji skripsi. Terima kasih atas semua kesempatan, arahan dan bimbingan yang telah diberikan. Mohon maaf atas semua kesalahan.

8. Bapak Ghozali, terima kasih atas bantuan administrasi semala kuliah. Mohon maaf atas semua kesalahan.

9. Terima kasih kepada kak Pia, kak Pipit, pak Ajib, kak Oshira, kak Mia, dan semua pihak yang telah membantu selama penelitian.

10.Terkasih untukmu, Andriyan Hidayat, SKM. Tempat segala canda, tawa, tangis, dan amarah tertumpah. Terima kasih atas semua kesabaran dalam kebersamaan ini, ya habibi. Terus ajarkanku tentang arti keikhlasan dan kesabaran.

11.Teman – teman organisasi, terima kasih atas semua pengalaman dan kebersamaan. 12.Teman – teman seperjuangan, angkatan ’08 serta teman – teman angkatan ’09. Terima

kasih atas semua cerita yang pernah terjadi. Kebersamaan selama kuliah maupun ketika menunggu para dosen saat magang dan skripsi . Moga kita semua dapat meraih kesuksesan, Amien..

13.Untuk ndud, terima kasih untuk kebersamaan selam 5 tahun ini. Mohon maaf atas semua kesalahan. Untuk dirimu ingat ndud, kebahagiaan tidak akan datang pada orang yang pantas bahagia, maka pantaskanlah dirimu bahagia. Begitupun dengan jodoh, jodoh tidak akan datang pada orang yang salah, maka perbaikilah dirimu maka kau akan mendapat jodoh yang baik.

14.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amien. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna. Namun penulis berharap semoga laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.

Tanggerang Selatan, Juli 2013


(11)

x

Lembar Pernyataan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... v

Lembar Persembahan ... vi

Riwayat Hidup ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Bagan ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 8

1.4.1 Tujuan Umum ... 8

1.4.2 Tujuan Khusus ... 9

1.5Manfaat Penelitian ... 10

1.6Ruang Lingkup Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Kerja ... 12

2.1.2. Tahapan Stres Kerja ... 13

2.1.3. Dampak Stres Kerja ... 17

2.1.4.Indikator Stres Kerja ... 19

2.1.5.Cara Pengukuran Stres Kerja ... 21

2.1.6.Faktor Penyebab Stres Kerja ... 24

2.2.Dosen 2.2.1.. Pengertian Dosen ... 59

2.2.2. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Dosen ... 59


(12)

xi

2.2.4. Kualifikasi, Kompetensi, Sertifikasi, dan Jabatan Akademik ... 60

2.2.5. Hak dan Kewajiban Dosen ... 63

2.3.Kerangka Teori ... 68

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ... 68

3.2. Definisi Operasional... 74

3.3. Hipotesis ... 77

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 5.1. Desain Penelitian ... 79

5.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 79

5.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 79

5.4. Metode Pengumpulan Data ... 80

5.5. Instrumen Penelitian... 81

5.6. Pengolahan Data... 82

5.7. Analisis Data ... 83

BAB V HASIL 5.1.Analisis Univariat 5.1.1. Gambaran Stres Kerja ... 85

5.1.2. Usia ... 86

5.1.3. Masa Kerja ... 86

5.1.4. Asal Program Studi ... 87

5.1.5. Beban Kerja ... 87

5.1.6. Rutinitas Kerja ... 88

5.1.7. Struktur dan Iklim Organisasi ... 88

5.1.8. Peran dalam Organisasi ... 89

5.1.9. Pengembangan Karir ... 90

5.1.10.Gaji ... 90

5.1.11.Lingungan Kerja Fisik ... 91

5.1.12.Lingkungan Kerja Sosial ... 92

5.3.Analisis Bivariat 5.3.1. Hubungan antara Usia dengan Stres Kerja ... 92

5.3.2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Stres Kerja ... 93

5.3.3. Hubungan antara Asal Program Studi dengan Stres Kerja ... 94

5.3.4. Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja ... 95

5.3.5. Hubungan antara Rutinitas Kerja dengan Stres Kerja ... 96

5.3.6. Hubungan antara Struktur dan Iklim Organisasi dengan Stres Kerja ... 96


(13)

xii

5.3.10.Hubungan antara Lingkungan Kerja Fisik dengan Stres Kerja... 100

5.3.11.Hubungan antara Lingkungan Kerja Sosial dengan Stres Kerja ... 100

BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian ... 102

6.2. Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 102

6.3. Hubungan antara Usia dengan Stres Kerja ... 105

6.4. Hubungan antara Masa Kerja dengan Stres Kerja ... 107

6.5. Hubungan antara Asal Program Studi dengan Stres Kerja ... 109

6.6. Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres Kerja ... 111

6.7. Hubungan antara Rutinitas Kerja dengan Stres Kerja ... 113

6.8. Hubungan antara Struktur dan Iklim Organisasi dengan Stres Kerja ... 115

6.9. Hubungan antara Peran dalam Organisasi dengan Stres Kerja ... 117

6.10.Hubungan antara Pengembangan Karir dengan Stres Kerja ... 119

6.11.Hubungan antara Gaji dengan Stres Kerja ... 121

6.12.Hubungan antara Lingkungan Kerja Fisik dengan Stres Kerja... 123

6.13.Hubungan antara Lingkungan Kerja Sosial dengan Stres Kerja ... 125

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1.Simpulan ... 128

7.2.Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132 LAMPIRAN


(14)

xiii DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1. Penilaian Pekerjaan 38

2.2. Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori

yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan 39

3.1 Definisi Operasional 74

5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 85

5.2. Distribusi Responden Menurut Usia pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 86

5.3. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja

pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 86

5.4. Distribusi Responden Menurut Asal Program Studi pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 87

5.5. Distribusi Responden Menurut Beban Kerja

pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 87

5.6. Distribusi Responden Menurut Rutinitas Kerja

pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 88

5.7. Distribusi Responden Menurut Struktur dan

Iklim Organisasi pada Dosen di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 89 5.8. Distribusi Responden Menurut Peran dalam Organisasi


(15)

xiv 5.9. Distribusi Responden Menurut Pengembangan Karir

pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 90

5.10.Distribusi Responden Menurut Gaji pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 91

5.11.Distribusi Responden Menurut Lingkungan Kerja Fisik pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 91 5.12.Distribusi Responden Menurut Lingkungan Kerja Sosial

pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 92

5.13.Distribusi Responden Menurut Usia dengan Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 93

5.14.Distribusi Responden Menurut Masa Kerja dengan Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 93

5.15.Distribusi Responden Menurut Asal Program Studi dengan Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 94 5.16.Distribusi Responden Menurut Beban Kerja dengan

Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 95 5.17.Distribusi Responden Menurut Rutinitas Kerja dengan

Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 96 5.18.Distribusi Responden Menurut Struktur dan Iklim Organisasi


(16)

xv dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 97

5.19.Distribusi Responden Menurut Peran dalam Organisasi dengan Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 98 5.20.Distribusi Responden Menurut Pengembangan Karir

dengan Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 98 5.21.Distribusi Responden Menurut Gaji dengan Stres Kerja

pada Dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 99

5.22.Distribusi Responden Menurut Lingkungan Kerja Fisik dengan Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 100 5.23.Distribusi Responden Menurut Lingkungan Kerja Sosial dengan

Stres Kerja pada Dosen di Fakultas Kedokteran


(17)

xvi

Nomor Bagan Halaman

2.1.Model kejadian Stres Kerja menurut Cooper dan Davidson 25

2.2.Peta Konsep Sertifikasi Dosen 63

2.3.Kerangka Teori 68


(18)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 3. Hasil Analisis SPSS


(19)

1 1.1Latar Belakang

Perguruan tinggi yang inovatif, bermutu, dan tanggap terhadap perkembangan global dan tantangan lokal, keberhasilannya terletak pada upaya perkembangan dan pembinaan para dosennya. Penggerak utama pertumbuhan, yaitu para dosen perguruan tinggi (Hendrajaya, 1999, dalam Sumardjoko, 2010).

Peran utama dosen dalam proses penyelenggaraan pendidikan seperti belajar mengajar yaitu menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya, seperti memberikan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (affektif) dan keterampilan (psikomotor) kepada mahasiswa. Oleh karena itu seorang dosen dituntut untuk dapat mengelola kelas, penggunaan metode mengajar maupun sikap dan karakteristik dosen dalam mengelola proses belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan perkuliahan dengan baik, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah dan menguasai tujuan pendidikan yang harus mereka capai (Djamarah, 2000).

Persoalan mendasar dalam Sistem Pendidikan Nasional yang telah berlangsung separuh abad lamanya, khusus ditinjau dari aspek profesi seorang dosen menurut Sidi (2001) dalam Djaramah (2000) bahwa seorang dosen profesional dituntut sejumlah persyaratan, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi dan kompetensi keilmuan, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan


(20)

2

anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya serta selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya penuh dengan keterbatasan secara institusional. Beberapa permasalahan tersebut berkisar pada persoalan kurang memadainya kualifikasi dan kompetensi dosen, kurangnya tingkat kesejahteraan dosen, rendahnya etos kerja dan gairah dosen serta kurangnya penghargaan masyarakat terhadap profesi dosen.

Selain menjadi tempat mengajar, fakultas juga merupakan tempat kerja yang sering menjadi sumber stres bagi dosen. Salah satu yang dapat dikatakan sebagai sumber stres adalah banyaknya jam mengajar yang bertabrakan dengan kegiatan lain karena membutuhkan waktu dan pikiran yang ekstra. Masalah beban kerja pun menjadi tidak terelakkan, dimana dosen dihadapkan pada banyaknya mahasiswa yang konsultasi skripsi (Archibong et al., 2010).

Dampak yang ditimbulkan dari stres kerja sangat besar pengaruhnya. Hal pertama yang terjadi adalah gangguan psikis dan emosi, bila terus berlanjut maka akan mengakibatkan gangguan fisik. Dampak stres ini tidak hanya mengganggu tubuh seseorang saja, akan tetapi juga akan mempengaruhi kinerja. Menurut Robbins (2003) stres memiliki beberapa dampak negatif yaitu physiological symptoms seperti meningkatnya tekanan darah, sakit kepala dan merangsang penyakit jantung, phychological symptoms seperti ketidakpuasan, kebosanan, dan ketegangan serta behavioral symptoms seperti perubahan pola makan dan sulit tidur.

Sebuah studi di Eropa menemukan banyaknya prevalensi stres kerja dan menjadikannya sebuah masalah penting. Hasil studi tersebut menemukan bahwa satu


(21)

dari empat pekerja merasa stres oleh pekerjaannya. Dari studi tersebut juga ditemukan bahwa stres yang dialami pekerja sedikit berbeda pada tiap – tiap negara. Pengakuan terhadap adanya stres bukan hanya sebuah fenomena di Eropa, World Health Organization (WHO) menganggap stres sebagai “penyakit abat dua puluhan” yang mengindikasikan bahwa stres kerja lebih banyak hampir di setiap pekerjaan di seluruh dunia dan telah menjadi “epidemi global” (Greenberg, 2002).

Selain itu hasil penelitian yang dilakukan Faulina (2011) menunjukkan bahwa stres kerja dan motivasi kerja berpengaruh significant terhadap produktivitas dosen di Politeknik Negeri Medan. Hal tersebut berarti jika stres kerja mengalami kenaikan maka akan menurunkan produktivitas dosen dan jika motivasi mengalami penurunan maka akan berdampak pada produktivitas dosen. Berdasarkan pengujian secara parsial, stres kerja merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap produktivitas dosen di Politeknik Negeri Medan, yang berarti bahwa stres kerja sangat menentukan produktivitas dosen di Politeknik Negeri Medan.

Menurut Kaiser (1982) dalam Faulina (2011) ada 6 karakteristik internal yang berhubungan dengan stres dosen yaitu: kesiapan mengajar, kepuasan kerja, kepuasan hidup, gejala-gejala sakit, pengendalian diri (locus of control) dan harga diri (self-esteem). Frustasi dan tekanan hidup sehari-hari yang dapat menyebabkan stres banyak yang berasal dari lingkungan sosial, pribadi, dan kehidupan kerja. Perubahan yang sangat cepat yang selalu dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan stres. Semua stressor yang ditemui dan pengalaman stres yang pernah dirasakan dapat mempengaruhi kekebalan seseorang terhadap stres. Orang yang sering tertimpa tekanan tetapi dapat keluar dari tekanan tersebut akan lebih kebal


(22)

4

terhadap stressor. Peran yang berhubungan dengan stres adalah sebuah fungsi kepribadian dosen dan kesiapan dosen mengajar.

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah, sebagai sebuah institusi pendidikan yang mewadahi dosen, karyawan lainnya, dan mahasiswa tidak luput dari tuntutan para anggotanya, baik itu dari pihak mahasiswa maupun dosen dan karyawan dalam hal perubahan pengelolaan berbagai bidang permasalahan menuju pada suatu kondisi yang lebih diinginkan oleh berbagai pihak. Fakultas ini memiliki 4 program studi yaitu program studi pendidikan dokter, program studi kesehatan masyarakat, program studi farmasi dan program studi ilmu keperawatan. Sebagai fakultas yang konsen mempelajari tentang kesehatan masyarakat maka tugas dan fungsi dosen pada tiap – tiap program studi ini berbeda– beda sesuai dengan tuntutan kompetensi program studi yang dibutuhkan.

Ardini (2013) mengatakan bahwa sistem perkuliahan di program studi pendidikan dokter memakan waktu lebih panjang, karena menerapkan sistem modul, tutorial, diskusi kelompok, dan lain-lain menyebabkan beban kerja dosen menjadi relatif tinggi. Rata-rata beban kerja dosen adalah 18,4sks/dosen pada semester ganjil dan 21,8 sks/dosen pada semester genap. Beban kerja ini jauh melampaui beban kerja maksimal yang diberlakukan di UIN yaitu 16 sks. Lebih lanjut lagi FKIK juga mengajukan usulan format rubrik beban kerja dosen.

Berdasarkan fakta diatas, diketahui bahwa beban kerja yang diterima oleh dosen program studi pendidikan dokter jauh lebih tinggi dibandingkan fakultas lainnya. Tentu saja hal ini dapat memicu adanya stres kerja dikarenakan tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kapasitas yang dimiliki seorang dosen. Seperti


(23)

pendapat Munandar (2001) bahwa ketidaksesuaian antara tuntutan tugas dengan kapasitas yang dimiliki pekerja maka akan menimbulkan stres kerja.

Sehnert (1981) dalam Handoyo (2001) tanda – tanda stres yang dialami berkaitan dengan tingkat beban kerja yaitu : jika terlalu sedikit beban, maka akan tampak kebosanan, terlalu mampu dalam pekerjaan, apatis, tidur yang tak menentu dan terganggu, lekas marah, menurunnya semangat kerja, perubahan dalam nafsu makan, kelesuan, sikap yang negatif. Namun jika terlalu banyak beban, maka akan tampak hubungan yang tegang, insomnia (tidak dapat tidur), penilaian yang tidak baik, kesalahan yang meningkat, keragu-raguan, pengunduran diri, ingatan yang berkurang.

Oleh karena itu dengan banyaknya akibat negatif dari stres kerja yang dialami seorang dosen, misalnya dapat menyebabkan terganggunya kesehatan kerja seorang dosen, dapat menurunkan produktivitas kerja seorang dosen yang akan berdampak pada sistem pembelajaran, serta belum ada penelitian serupa yang dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maka mendorong penulis untuk meneliti tentang stres kerja dan faktor apa saja yang berhubungan dengan stres kerja pada dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

1.2Rumusan Masalah

Seorang dosen profesional dituntut sejumlah persyaratan, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi dan kompetensi keilmuan, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa


(24)

6

kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya serta selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus. Tuntutan kompetensi professional telah ditemukan menjadi sumber stres untuk beberapa dosen. Dosen yang merasa kurang berpengetahuan, kurang berpengalaman dapat menyebabkan kurang percaya diri terhadap pekerjaannya, dosen merasa tidak kompeten sehingga dapat menjadi sumber stres.

Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada 10 responden diketahui bahwa dari 10 responden yang diteliti, 8 responden (80%) sering merasakan dan mengalami gejala stres antara lain perubahan psikologi (marah-marah, cemas, mudah tersinggung), perubahan fisiologis (pusing, letih/lesu, tegang otot leher, bahu dan/atau punggung, bermasalah pada pencernaan, serta badan lemah) dan perubahan perilaku (malas berangkat ke tempat kerja, sukar/kurang konsentrasi, cepat lupa dan bingung, cenderung berbuat salah, serta perubahan pola konsumsi). Jika diketegorikan menjadi stres kerja ringan dan berat maka diketahui ada 8 responden (80%) yang mengalami stres kerja ringan dan 2 responden (20%) yang mengalami stres kerja berat. Stres kerja merupakan tahap awal terjadinya penyakit pada individu yang rentan karena menurunnya daya tahan tubuh sehingga menurunkan kesehatan pekerja yang juga diiringi dengan menurunnya performa dan produktivitas kerja. Maka hal ini mendorong penulis untuk meneliti tentang stres kerja dan faktor apa saja yang berhubungan dengan stres kerja pada dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.


(25)

1.3Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran tentang stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013?

b. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerja (usia dan masa kerja) pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013?

c. Bagaimana gambaran faktor kondisi pekerjaan (asal program studi, beban kerja, rutinitas kerja, struktur dan iklim organisasi, peran dalam organisasi, pengembangan karir, gaji) pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013?

d. Bagaimana gambaran faktor lingkungan kerja fisik (lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja sosial) pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013?

e. Bagaimana hubungan faktor karakteristik pekerja (usia dan masa kerja) dengan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013?

f. Bagaimana hubungan faktor kondisi pekerjaan (asal program studi, beban kerja, rutinitas kerja, struktur dan iklim organisasi, peran dalam organisasi, pengembangan karir, gaji) dengan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013?

g. Bagaimana hubungan faktor lingkungan kerja fisik (lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja sosial) dengan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013?


(26)

8

1.4Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui stres kerja dan hubungannya dengan karakteristik pekerja, kondisi pekerjaan, dan lingkungan kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013. 1.4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran tentang stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013. b. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik pekerja (usia dan masa kerja)

pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

c. Diketahuinya gambaran faktor kondisi pekerjaan (asal program studi, beban kerja, rutinitas kerja, struktur dan iklim organisasi, peran dalam organisasi, pengembangan karir, gaji) pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

d. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan kerja fisik (lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja sosial) pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

e. Diketahuinya apakah faktor usia berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.


(27)

f. Diketahuinya apakah faktor masa kerja berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

g. Diketahuinya apakah faktor asal program studi berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

h. Diketahuinya apakah faktor beban kerja berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

i. Diketahuinya apakah faktor rutinitas kerja berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

j. Diketahuinya apakah faktor struktur dan iklim organisasi berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

k. Diketahuinya apakah faktor peran dalam organisasi berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

l. Diketahuinya apakah faktor pengembangan karir berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.


(28)

10

m.Diketahuinya apakah faktor gaji berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

n. Diketahuinya apakah faktor lingkungan kerja fisik berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

o. Diketahuinya apakah faktor lingkungan kerja sosial berhubungan stres kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang stres kerja dan faktor yang berhubungan stres kerja dan sebagai bahan masukan/informasi untuk menjadi tolak ukur dalam mengetahui stres kerja pada dosen, serta meningkatkan kinerja, kualitas dan produktivitas kerja dosen demi membangkitkan citra institusi.

1.5.2 Bagi dosen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi dosen stres kerja yang dialami agar dapat melakukan pencegahan dan memanajemen strategi coping stres demi meningkatkan produktivitas kerjanya.


(29)

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi atau referensi bagi mahasiswa Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengenai stres kerja pada dosen.

1.5.4 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi atau referensi bagi peneliti lain yang akan atau sedang meneliti terkait stres kerja.

1.6Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada bulan Mei - Juni 2013 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stres kerja dan hubungannya dengan karakteristik pekerja, kondisi pekerjaan, dan lingkungan kerja pada dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yaitu karakteristik pekerja, kondisi pekerjaan, dan lingkungan kerja serta stres kerja.


(30)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres Kerja

2.1.1. Pengertian Stres Kerja

Setiap aktivitas normal akan menghasilkan stres, dan stres tak dapat dihindari. Stres dapat ditoleransi hanya dalam waktu yang terbatas. Tidak pernah ada dua orang yang identik, maka stres yang sama akan berpengaruh secara berbeda terhadap masing-masing individu, serta berat ringannya juga sangat bervariasi (Harrianto, 2005).

Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda pada masing-masing individu dan perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian kognitif bisa mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang stresfull. Sehingga respon terhadap stresor bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu (Widyasari, 2007).

Menurut Sarafino (1990) yang dikutip oleh Smet (1994), stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Sedangkan menurut Anoraga (2005) secara sederhana stres sebenarnya merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik


(31)

maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

Menurut Soewondo (1993) stres kerja adalah suatu kondisi dimana satu atau beberapa faktor di tempat kerja berinteraksi dengan pekerja sedemikian rupa sehingga mengganggu keseimbangan fisiologik dan psikologik. Faktor-faktor tersebut misalnya beban kerja yang terlalu berat, pekerjaan yang terlalu sedikit, hubungan atasan bawahan yang kurang serasi dan peran yang tidak jelas.

Stres kerja adalah respon dari bahaya fisik dan emosional yang terjadi ketika persyaratan ataupun tuntutan kerja tidak sesuai dengan kapabilitas, sumber daya, atau kebutuhan dari pekerja (NIOSH, 1998).

Lebih jauh Selye (1983) membedakan bentuk stres menjadi dua, yaitu : Eustres dan Distres. Eustres adalah respon positif dari suatu kejadian yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan, menantang dan menghasilkan prestasi yang tinggi. Sedangkan distres adalah respon negatif dari suatu kejadian yang dipersepsikan sebagi sesuatu yang merugikan atau yang menyakitkan.

2.1.2. Tahapan Stres Kerja

Gejala – gejala stres pada diri seseorang sering kali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lamban. Baru dirasakan bila tahapan stres sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupan di rumah, di tempat kerja ataupun di lingkungan sosial lainnya. Menurut hasil penelitian


(32)

14

Amberg dalam Hawari (2001) bahwa tahapan stres terbagi menjadi beberapa tahapan berikut ini :

1. Stres Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan – perasaan sebagai berikut :

a. Merasakan gangguan dengan perutnya.

b. Merasa diluar kendali serta berlebihan dalam semua kegiatan. c. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

d. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

e. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan.

2. Stres Tahap II

Tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut:

a. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman serta meningkatnya nafsu makan.

b. Tidak bisa santai (melamun, suka merokok, dan merasa resah). c. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar. d. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.


(33)

e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar). f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

3. Stres Tahap III

Stres tahap III akan menunjukkkan keluhan-keluhan yaitu :

a. Koordinasi tubuh terganggu (badan serasa mau pingsan), pusing dan sering merasakan sakit kepala.

b. Gangguan lambung dan usus semakin nyata ; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).

c. Ketegangan otot-otot semakin terasa.

d. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.

e. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

4. Stres Tahap IV

Gejala stres tahap IV, yaitu:

a. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan serta sering mengkonsumsi kafein.

b. Merasa jengkel, pesimis, turunnya rasa percaya diri, kurang berkoordinasi, dan suka menggigit kuku.

c. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.


(34)

16

d. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate).

e. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari. f. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan

kegairahan.

g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya

5. Stres Tahap V

Stres tahap V ditandai dengan hal-hal berikut :

a. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana serta selalu mengambil inisiatif terlebih dahulu. b. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal

disorder) dan sembelit.

c. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion).

d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik, merasa cemburuan, curiga, gelisah, serta kurangnya motivasi.

6. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut :


(35)

a. Sukar mengambil keputusan. b. Debaran jantung teramat keras. c. Susah bernafas (sesak).

d. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran. e. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.

f. Pingsan atau kolaps (collapse).

g. Rambut rontok dan mengalami iritasi pada tenggorokan. h. Suka mengkonsumsi obat.

2.1.3. Dampak Stres Kerja

Stres kerja dapat merugikan diri sendiri, pekerjaan, perusahaan serta masyarakat. Stres kerja yang berlebihan akan menurunkan produktivitas seseorang dalam bekerja. Jika banyak pekerja yang mengalami stres kerja, maka produktivitas tempat kerja akan menurun juga. Widyasari (2007), menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan.

Handoyo (2001) membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres kerja yaitu :

1. Pengaruh psikoligis, yang berupa kegelisahan, agresif, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah.


(36)

18

2. Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu makan atau nafsu makan yang berlebihan, penyalahgunaan obat – obatan, menurunnya semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kesalahan dan kecelakaan kerja baik di rumah, di tempat kerja ataupun di jalan.

3. Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman.

4. Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya atau memicu timbulnya penyakit tertentu.

Sedangkan menurut Lubis (2006), stres kerja dapat mengakibatkan hal– hal sebagai berikut :

1. Penyakit fisik yang diinduksi oleh stres seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, tukak lambung, asma, gangguang menstruasi, dan lain – lain. 2. Kecelakaan kerja, terutama pekerjaan yang menuntut kinerja yang tinggi,

serta bekerja secara bergilir. 3. Absensi kerja.

4. Lesu kerja, pegawai kehilangan motivasi kerja.

5. Gangguan jiwa, mulai dari gangguan ringan sampai ketidakmampuan yang berat. Gangguan jiwa yang ringan misalnya mudah gugup, tegang, marah – marah, apatis, dan kurang konsentrasi. Gangguan yang lebih jelas lagi dapat berupa depresi, gangguan kecemasan.


(37)

2.1.4. Indikator Stres Kerja

Stres mengandung unsur – unsur fisik, psikologis, dan emosional. Pengaruh stres terhadap setiap orang berbeda – beda, dan tidak ada petunjuk yang tepat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi stres pada orang lain (Williams, 1997).

Berikut pendapat tentang indikator stres kerja, yaitu :

No. Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang Kadang– Kadang

Sering Setiap Hari 1. Hilang nafsu makan

2. Memeriksa pekerjaan secara berlebihan

3. Gugup

4. Perut merasa kosong 5. Menurunkan berat badan 6. Perut mulas

7. Tidak dapat mengontrol diri 8. Jantung berdebar

9. Sakit perut 10. Lesu

11. Sakit pada bagian punggung 12. Merasa lelah ketika bangun tidur 13. Magh

14. Merasa lelah terus menerus 15. Meningkatnya nafsu makan/ingin

ngemil 16. Resah/gelisah 17. Merokok 18. Suka melamun

19. Tidak bisa tidur, terbangun saat tidur 20. Rentan terhadap penyakit

21. Sensitif/mudah tersinggung 22. Diare


(38)

20

24. Cepat frustasi 25. Sakit kepala

26. Migraine/sakit kepala sebelah 27. Tidur yang berlebihan

28. Menggunakan obat tidur 29. Percaya diri yang menurun 30. Merasa jengkel

31. Suka murung

32. Gangguan konsentrasi 33. Mimpi buruk

34. Gangguan koordinasi 35. Pesimis

36. Hilang rasa humor 37. Mudah kaget 38. Menggigit kuku

39. Peningkatan konsumsi kafein (teh, kopi)

40. Menunda pekerjaan 41. Lupa

42. Ragu – ragu 43. Bersikap curiga

44. Merasa kewalahan dengan pekerjaan banyak

45. Merasa panik

46. Mengurangi produktivitas kerja 47. Sembelit

48. Cemburu 49. Kurang motivasi

50. Sering mengerdipkan mata 51. Suka mengambil inisiatif terlebih

dahulu

52. Membuang – buang waktu pekerjaan 53. Gemetar

54. Keringat berlebihan 55. Sulit bernafas

56. Menggertakkan gigi pada saat tidur 57. Merasa ingin bunuh diri


(39)

59. Rambut rontok

60. Iritasi pada tenggorokan 61. Mulut kering

62. Mengkonsumsi obat stres

Sumber : http://bfec.kenyon.edu/Healthy_Kenyon/stress_psymptoms.pdf

2.1.5. Cara Pengukuran Stres Kerja

Teknik pengukuran stres yang banyak studi di Amerika menurut Karoley dalam Hawari (2001) dapat digolongkan kedalam 4 cara, yaitu :

1. Self Report Measure

Cara ini menggunakan kuesioner untuk mengukur stres yaitu dengan menyatakan intensitas pengalaman psikologis, fisiologis dan perubahan fisik yang dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang. Cara ini juga dikenal sebagai “Life Event Scale” yang berisi beberapa pertanyaan sebagai indikator dalam menentukan stres kerja. Metode ini digunakan karena metode ini cukup mewakili berbagai peristiwa yang dialami seseorang yang stres. Metode ini juga dapat dengan mudah dan cepat untuk diisi.

Berdasarkan pertanyaan pada daftar pertanyaan metode Life Event Scale setiap pertanyaan bernilai 0-4. Untuk melakukan penilaian indikator stres kerja, dapat dilakukan penilaian sendiri (self assesment). Sistem penilaian yang digunakan sebagai indikator untuk masing-masing kelompok adalah nilai <71 termasuk kategori stres ringan, untuk nilai ≥71 termasuk kategori stres berat. Pertanyaan yang digunakan tidak bersifat mutlak, artinya pertanyaan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan


(40)

22

kondisi saat itu. Sehingga penilaian dan pengelompokannya juga dapat disesuaikan (Karoley,1985 dalam Hawari, 2001).

2. Performance Measure

Cara ini mengukur stres dengan melihat atau mengobservasi perubahan-perubahan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang. Contohnya, penurunan prestasi kerja terlihat dari gejala - gejala seperti cenderung berbuat salah, cepat lupa, kurang perhatian terhadap hal yang detail dan menjadi lamban dalam bereaksi.

3. Physiological Measure

Pengukuran ini berusaha untuk melihat perubahan yang terjadi pada fisik seseorang akibat stres, seperti perubahan tekanan darah, ketegangan pada otot bahu, leher dan pundak, dan sebagainya. Cara ini sering dianggap paling tinggi reabilitasnya, namun sangat tergantung si pengukur sendiri dan pada alat yang digunakan pada saat pengukuran.

4. Biochemical Measure

Teknik pengukuran ini melihat stres melalui respon biokimia individu berupa perubahan kadar hormon katekolamin dan kortikosteroid setelah pemberian suatu stimulus. Reabilitas dari cara ini tergolong paling tinggi namun hasil pengukurannya dapat berubah bila subjek penelitiannya adalah perokok, peminum alkohol dan kopi. Hal ini karena rokok, kopi dan alkohol dapat meningkatkan kadar kedua hormon tersebut dalam tubuh.


(41)

Dari keempat cara tersebut, yang paling sering digunakan dalam penelitian stres adalah life event scale, karena metode ini cukup mewakili berbagai peristiwa yang dialami seseorang yang stres. Metode ini juga dapat dengan mudah dan cepat untuk diisi, paling mudah diatur, manageable, dan membutuhkan biaya yang relatif lebih murah walaupun ada beberapa kelemahan, misalnya :

a. Terjadi pemalsuan jawaban. Responden dapat dengan sengaja memalsukan jawabannya yaitu memberikan jawaban yang menguntungkan dirinya. Pemalsuan itu dapat ke arah baik (faking good) atau dapat pula kearah buruk (faking bad).

b. Terdapat perbedaan pemahaman kusioner antar responden. Perbedaan karakteristik individu antar responden akan mengakibatkan perbedaan pandangan yang dimunculkan responden.

c. Responden memberikan jawaban menurut cara yang biasa dilakukannya. Ada individu – individu yang cenderung untuk menjawab dengan jawaban “ya”, sebaliknya ada juga yang cenderung untuk menjawab “tidak” terlepas dari isi kuesioner yang dihadapinya. Pada kuesioner yang menyajikan alternatif jawaban lebih dari dua, sementara orang cenderung untuk memberikan jawaban yang berkisar di sekitar alternatif yang ada ditengah, dan menghindarkan diri dari jawaban yang ekstrim.


(42)

24

2.1.6. Faktor Penyebab Stres Kerja

Konsep stres di tempat kerja beserta faktor yang berpengaruh di dalamnya, secara komprehensif diuraikan oleh Cooper dan Davidson (1987). Menurutnya stres di tempat kerja dapat bersumber dari beberapa hal, yaitu :

1. Work area, yaitu suatu stressor yang bersumber dari situasi dan kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya beban kerja, jam kerja, jenis pekerjaan, hubungan interpersonal, dan lain – lain.

2. Home area, yaitu stressor yang bersumber dari kehidupan rumah, misalnya perubahan sosial atau teknologi, keluarga, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, keadaan tempat tinggal atau komunitas, dan lain – lain.

3. Sosial area, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat atau diluar rumah dan pekerjaan, misalnya lokasi kerja, sarana dan fasilitas kerja, lingkungan kerja.

4. Individual area, yaitu karakteristik yang melekat pada individu itu sendiri, misalnya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan lain–lain.

Semua faktor tersebut saling terkait dan mempengaruhi sehingga menghasilkan suatu gejala – gejala dalam ruang lingkup manifestasi stres (manifestation area).


(43)

Model kejadian stres kerja menurut Cooper dan Davidson (1987) Number of working years, position, duty, assingment, supervisory responsibilities. Factors Interinsic to the Job :

Person/Envirentment fit and Job satisfaction, Equipment, Training, Shift work, Work over-load, Work underload, Physical danger, Work related self esteem.

Role in the organization :

Role ambiguity, Role conflict, Responsibility for people, organizational boundaries. Career development :

Over/under promption, lack of Job security, Job future ambiguity, Status congruency, Satisfaction with pay

Relationship/sosial support : Colleagues, supervisors, subordinates Organizational stucture and climate :

Politics, consultation/communication, Participation in decesing making, Restriction on behavior, Rigidity of departemental policis, Significan others.

The Individual Arena

Genetics traitss, history (demographigs e.g.: agem education, religion, nationality), Stress, Copping ability, Type A personality, Extraversion versus Introversion, Neuorosis, Life Events,

Significant others.

The Manifestation Arena : Stress Outcome

Job dissatisfaction, Work-related self esteem, Alcohol consumption, Cigarette smoking, Marital dissafaction, Divorce or separation, Drug use, Obesity or diet, Coronary heart disease, Hypertention, Migraine, Asthma, Mental illness, Total mental and physocal illness, Level of performance, Accidents, Physiological measures.

The Social Arena Allenation and anomy, Climate, diet etc, Frequent moving, Driving, |Urban versus rural living, Exercise, Sport, Hobbies, Social contact and activities. The Home Arena

Family dinamics, Marital relations, General social supports from

spouse/closest friend of opposite sex, Relations with children, Famili concern for safety, Living environment,


(44)

26

a. Karakteristik Individu

Setiap individu memiliki ambanag stres yang berbeda – beda. Karakteristik seseorang akan mempengaruhi kadar stres yang dialaminya. Menurut pandangan interaktif tentang stres, dikatakan bahwa stres itu sendiri dapat ditentukan oleh individunya sendiri, semua tergantung sejauh mana individu itu melihat situasi sebagai stres. Menurut Evayanti (2003) tidak semua orang yang menghadapi sumber stres yang sama akan mengalami stres kerja karena adanya perbedaan karakteristik individu.

Karakteristik individu yang merupakan faktor internal terdiri dari beberapa faktor, seperti usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, masa kerja, dan lain – lain.

1)Usia

Peranan faktor usia pada individu dalam bereaksi dalam situasi yang potensial menimbulkan stres juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain. Individu yang telah berusia 50 tahun menurut Rustika (1997), akan mengalami kemunduran pada jaringan tubuh yang diantaranya jaringan otak menyusut karena atropi, jaringan paru menjadi kurang elastik, jantung mulai melemah, gerakan yang sering kuat dan kurang terkoordinasi. Levi (1984) mengatakan bahwa mereka yang berusia diatas 50 tahun telah mengalami penurunan kemampuan fisik sehingga tidak lagi dapat mengerjakan pekerjaan–pekerjaan dengan beban kerja yang lebih berat dan mereka sering merasakan gejala–gejala stres seperti badan letih dan lemah, serta merasa tidak bertenaga.


(45)

Hubungan antara usia dengan stres kerja memiliki kesamaan dengan hubungan antara masa kerja dengan stres kerja. Namun, tidak selamanya usia dengan stres kerja dapat dihubungkan dengan masa kerja. Ada beberapa jenis pekerjaan yang sangat berpengaruh dengan usia, terutama yang berhubungan dengan sistem indra dan kekuatan fisik. Namun dalam beberapa pekerjaan lain, faktor usia yang lebih tua biasanya memiliki pengalaman dan pemahanan bekerja yang lebih banyak, sehingga pada jenis pekerjaan tertentu usia dapat menjadi kendala dan dapat pula menjadi pemicu terjadinya stres kerja (Munandar, 2001).

Menurut European Commision for Employment and Social Affair (1999) dalam Hidayat (2012), pada usia 20 – 29 tahun individu berusaha untuk menempatkan diri pada lingkungan sosial yang berubah dengan cepat, adanya konflik, kebimbangan, dan nilai sosial, individu pada usia ini juga mulai memasuki masa bekerja secara formal dan tentulah mereka mempunyai harapan – harapan yang besar di dalam karirnya, namun apabila dirasakan ketidaksesuaiaan dengan kondisi pekerjaan yang dimilikinya saat ini, maka individu akan merasa tidak puas dan cenderung mengalami stres kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Sugijanto (1999) diketahui bahwa usia ≥40 tahun memiliki tingkat stres yang tinggi sebesar 55,2% dibandingkan dengan usia <40 tahun yang hanya 48,6%. Namun berdasarkan uji statistik tidak diketahui adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan stres kerja dengan p value 0,236. Menurut Desy (2002)


(46)

28

menyatakan bahwa pekerja yang telah berusia 35 tahun lebih kebanyakan telah mempunyai pengalaman kerja yang lama, sehingga dapat bertindak lebih bijaksana dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri yang lebih baik terhadap perubahan – perubahan di sekitar lingkungan kerjanya dan karena sudah bekerja lama, maka pekerja tersebut sudah lebih mengenal dan mampu beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.

Menurut Schultz (1998), pekerja muda dilaporkan mempunyai kepuasan dalam bekerja yang rendah, terutama sewatu mereka bekerja untuk pertama kali. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya pengalaman serta tanggung jawab terhadap pekerjaan serta ingin mencari pekerjaan yang lebih menantang. Sedangkan pekerja dewasa mempunyai pilihan yang lebih baik untuk mencari pemenuhan aktualisasi diri dalam pekerjaannya. Pada umumnya usia dan pengalaman bekerja lebih meningkatkan keyakinan, kemampuan, penghargaan, dan tanggung jawab bekerja.

Menurut penelitian Undari (2006) berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan stres kerja dengan p value 0,001.

2)Pendidikan

Menurut Effendi dalam Jurnal Pendidikan dan Kebidayaan No. 043 (2003) yang dikutip oleh Adas (2006) baik disadari atau tidak pendidikan mempunyai pengaruh dalam stres kerja, hal ini disebabkan seseorang pekerja harus memiliki kualifikasi sebagai gambaran keserasian


(47)

seseorang dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, yang secara internal dipengaruhi oleh kemampuan, pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki. Pada umumnya pendidikan yang lebih tinggi menggambarkan tingkat profesional dan tanggung jawab yang lebih besar, serta kedudukan yang memerlukan otoritas yang “lebih” dibandingkan level pendidikan yang berada dibawahnya.

Sedangkan menurut Anderson dalam Suhartini (2004), karyawan baru dengan harapan tinggi dengan latar belakang pendidikan yang tidak menunjang pekerjaan akan sering mengalami stres kerja.

Berdasarkan hasil penelitian Lelyana (2003) diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan stres kerja dengan p value 0,002.Namun kondisi berbeda didapatkan dari hasil penelitian Utami (2009) yang diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian stres kerja dengan p value 0,585.

3)Status pernikahan

Menurut European Commision for Employment and Social Affair (1999) mereka yang berstatus pernah menikah (duda), mereka yang menjadi orang tua tunggal (pernah menikah dan memiliki anak) merupakan kelompok yang lebih rentan mengalami stres sebab mereka dihadapkan pada masalah sosial dan emosional dari lingkungan dan anggota keluarga.


(48)

30

Evayanti (2003) mengatakan bahwa bagi pekerja yang berstatus menikah, keadaan keluarga bisa jadi penghambat, mempercepat atau menjadi penangkal pross terjadinya stres. Bila seseorang mempunyai masalah gawat di rumah kecenderungan untuk mendapatkan stres di tempat kerja akan lebih besar. Sebaliknya bila rumah tangga dirasakan aman, nyaman, dan menyenangkan maka masalah – masalah ditempat kerja dapat dihadapi dengan lebih baik.

Menurut Apelbaum (1981) menyatakan jika seorang pekerja mendapatkan dukungan dalam karir dari istri maka ia akan mendapatkan kepuasan kerja, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu hubungan pernikahan yang baik membantu pekerja untuk mencegah atau mengurangi stres kerja.

Seseorang yang belum menikah memiliki kebebasan yang lebih besar serta rasa tanggung jawab yang lebih ringan, namun dengan tidak adanya pendamping hidup maka membuat stressor sulit untuk dikendalikan. Jika seseorang telah menikah meski memiliki tanggung jawab yang besar namun karena adanya pendamping hal ini dimungkinkan akan membuat beban yang dirasakan menjadi lebih ringan karena adanya tempat berbagi dan dirasakan menjadi lebih dapat ditoleransi (Gita, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2009), menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna anatar status pernikahan dengan stres kerja deng p value 0,031. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Vierdelina (2008) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa


(49)

responden yang berstatus sudah menikah dan mengalami stres kerja sedang yaitu sebanyak 55,8%. Hal ini diduga karena tanggung jawab kelangsungan hidup keluarga yang dipikul oleh responden yang sudah menikah semakin berat, apalagi dengan meningkatnya harga kebutuhan yang tentu akan mempengaruhi meningkatnya pengeluaran keluarga, namun tidak didukung dengan peningkatan pendapatan responden.

4)Masa kerja

Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana pekerja telah menjalani pekerjaan tersebut. Semakin banyak informasi yang kita simpan, semakin banyak keterampilan yang kita pelajari, maka akan semakin banyak hal yang kita kerjakan (Malcom, 1998).

Menurut Munandar (2001), baik masa kerja yang sebentar maupun yang lama dapat memicu terjadinya stres dan diperberat dengan adanya beban kerja yang besar. Namun masa kerja yang lama mempengaruhi pekerja karena menimbulkan kebosanan, disertai dengan lingkungan kerja yang terbatas membuat pekerja menjadi jenuh. Pekerja yang telah bekerja diatas 5 tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi daripada pekerja yang baru bekerja. Sehingga dengan adanya tingkat kejenuhan tersebut dapat menyebabkan stres dalam bekerja.

Hasil penelitian Gautama (2008) diketahui ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan stres kerja dengan p value 0,000. Namun tidak demikian dengan hasil penelitian Diah (2009), yang


(50)

32

menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan stres kerja dengan p value 0,795.

5)Kepribadian

Ketika berbicara tentang stres kerja pada pekerja, maka kita akan melihat bagaimana seseorang memandang stres sebagai suatu gangguan, sehingga stres sangat bergantung pada kepribadian individu yang terkena stres tersebut. Orang dengan tipe kepribadian A lebih mudah stres dibandingkan dengan tipe kepribadian B, orang dengan tipe kepribadian introvert lebih mudah stres daripada tipe kepribadian extrovert. Pengalaman hidup orang yang pernah mengalami kegagalan di masa lampau akan mudah membuatnya menilai kegagalan sebagai hal yang sudah biasa. Orang yang belum dewasa dalam menghadapi perkara akan mudah goyah dalam sikap, pendirian, dan arah hidupnya dibandingkan orang yang berkepribadian matang (Nasution, 2000).

Seyle (1983) mengemukakan bahwa individu tipe A identik dengan sangat kompetitif, brusaha keras untuk memperoleh penghargaan, agresif, tidak sabaran, tergesa- gesa, mudah gelisah, sangat waspada, suka berbicara meledak–ledak, dan berada pada suatu tekanan waktu. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang dengan tipe A lebih sering menaruh perhatian lebih pada pekerjaan, sedangkan aspek kehidupan lainnya sering diabaikan. Dalam hal ini, orang yang berkepribadian tipe A biasanya dapat diketahui/disembuhkan oleh orang yang ahli dalam bidangnya.


(51)

6)Nilai dan kebutuhan

Setiap organisasi dan perusahaan atau instansi memiliki budaya dan nilai masing–masing. Para tenaga kerja diharapkan dapat mengikuti nilai budaya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Proses sosialisasi pekerja dalam mengikuti nilai dan budaya tidak sepenuhnya berhasil. Bagi pekerja yang gagal biasanya akan mengundurkan diri, dan bila ada yang tidak mengundurkan diri karena tidak adanya pekerjaan lain atau karena sebab lain maka tenaga kerja tersebut akan mengalami stres (Munandar, 2001).

7)Kecakapan

Kecakapan merupakan variabel yang ikut menentukan stres sesorang. Jika seorang pekerja mengalami masalah yang ia rasakan tak mampu ia pecahkan, maka ia akan mengalami stres dan menimbulkan ketidakberdayaan (disstress), sebaliknya jika ia merasa mampu maka ia merasa tertantang dan motivasinya meningkat (eustress). Ketidakmampuan individu menyelesaikan masalah sehingga menyebabkan terjadinya stres berkaitan dengan kecakapan dan kemampuan masing – masing individu (Munandar, 2001).

b. Kondisi Pekerjaan

Sebagian besar dari waktu manusia digunakan untuk bekerja, maka lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja (Munandar, 2001). Setiap pekerjaan mempunyai


(52)

34

faktor penyebab stres yang berbeda – beda, sesuai dengan kondisi pekerjaan dan lingkungan kerjanya.

1)Divisi

Divisi merupakan organ/lembaga/unit/ yang melaksanakan hukum dengan tujuan utamanya yaitu pencapaian sesuai dengan keahliannya (Koeswadji, 2002). Divisi pada suatu pekerjaan akan mengakibatkan perbedaan tingkat stres karena adanya perbedaan tanggung jawab dan beban kerja. Divisi pada suatu institusi pendidikan seperti fakultas dapat dikenal dengan istilah jururan/program studi. Jurusan dapat diartikan sebagai unit pelaksana akademik yang melaksanakan pendidikan dalam satu cabang ilmu pengetahuan. Masing – masing jurusan memiliki karakteristik yang berbeda – beda sesuai dengan bidang keilmuannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nordin, dkk (2009) diketahui ada perbedaan yang signifikan antara kesehatan mental dengan jenis jurusan yang diambil oleh mahasiswa. Hal ini diperkirakan adanya perbedaan materi dan sifat pembelajaran pada tiap jurusan. Namun berdasarkan hasil penelitian Sayiner (2006) diketahui tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis jurusan dengan tingkat stres. 2)Beban kerja

Dengan melakukan aktivitas pekerjaan, tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi pekerjanya. Beban tersebut dapat berupa beban kerja fisik dan mental (Tarwaka, et al, 2004).


(53)

Menurut Schlutz (1998), beban kerja terbagi atas dua macam yaitu beban kerja yang berlebihan (over load) dan beban kerja yang kurang (under load). Pada beban kerja yang berlebihan dapat dilihat melalui kondisi dari banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan dengan waktu yang terbatas/ditentukan atau suatu pekerjaan yang sangat sulit untuk dikerjakan karena kurangnya kemampuan. Sedangkan beban kerja yang kurang (under load) diakibatkan adanya pekerjaan yang dilakukan secara rutinitas/monoton yang pada akhirnya mengakibatkan kebosanan pada pekerja. Everly dan Giordano (1980) dalam Munandar (2001) berpendapat bahwa faktor – faktor yang menjadi penyebab beban kerja berat atau tidak yaitu :

a) Tugas yang diemban terlalu besar sementara waktu terbatas. b) Rutinitas/pekerjaan monoton.

c) Adanya fluktuasi dalam beban kerja, seperti pada jangka waktu tertentu beban kerja ringan namun di lain waktu beban kerja berat. d) Tingginya kemajemukan pekerjaan sebagai dampak dari

peningkatan dari jumlah informasi yang harus digunakan dan sebagai alternatif dari perluasan metode pekerjaan.

e) Adanya over laping pekerjaan membuat beban kerja semakin besar dan menimbulkan stres pada pekerja.

Lebih lanjut menurut Munandar (2001) beban kerja dibedakan menjadi beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualititif. Beban kerja


(54)

36

kuantitatif yaitu beban kerja yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang diberikan harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Sedangkan beban kerja kualitatif yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga kerja. Beban kerja kuantitatif dan kualitatif yang berlebih dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, maka sumber terjadinya stres akan lebih banyak.

French dan Caplan (1973) yang dikutip oleh Pratiwi (2002), mengemukakan adanya perbedaan antara kelebihan secara kuantitatif dengan kualitatif. Kuantitatif berarti mempunyai „banyak hal yang dapat dilakukan‟, sedangkan kelebihan secara kualitatif yang melibatkan pekerjaan adalah „terlalu sulit‟. Orang yang menerima banyak telpon, menerima banyak tamu kantor, dan pertemuan setiap jam kerja ditemukan lebih banyak merokok daripada orang yang jarang mempunyai perjanjian. Pada penelitian 100 orang penderita jantung koroner, Russek dan Zohman (1958) menemukan bahwa 25% memiliki dua pekerjaan, dan 45% bekerja pada pekerjaan yang memerlukan (berkewajiban untuk bekerja overload) 60 jam atau lebih.

Jumlah dan tingkat kesulitan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan bisa menyebabkan orang menjadi stres. Bekerja dengan beban kerja secara kuantitatif yang berlebihan telah menjadi fokus banyak penelitian, karena dampak yang ditimbulkan tidak hanya berkaitan dengan fisiologis seseorang tetapi juga psikologinya. Hasil penelitian


(55)

menunjukkan bahwa hipertensi tinggi atau tekanan darah tinggi terkait dengan beban kerja yang tinggi diikuti dengan tingginya kegelisahan dan frustasi. (Spector et al , 1988 dalam Anugrah, 2009). Jones et all (1988) dalam Anugrah (2009) menemukan bahwa pekerja yang dituntut bekerja cepat dan mempunyai banyak pekerjaan yang harus diselesaikan (having too much work) mempunyai resiko mengalami tekanan kerja 4,5 kali lebih besar dibandingkan pekerja biasa. Penelitian yang dilakukan oleh ahli jantung Meyer Friedmen dan Ray Resenmen (1974) dalam Anugrah (2009) menunjukkan bahwa desakan waktu kronis tampaknya memberi pengaruh yang tidak baik terhadap sistem kardiovaskular, yang hasilnya secara khusus adalah serangan jantung prematur dan tekanan darah tinggi.

Beban kerja berlebih secara fisik maupun mental seperti harus melakukan banyak hal merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Banyak atau sedikitnya, berat atau ringannya beban kerja yang diterima seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan tanpa mengalami kelelahan. Dimana semakin berat beban kerja sehingga melampaui kapasitas kerja akan menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja (Tarwaka et al, 2010).

Selain beban berlebih, yang menjadi stresor lain, salah satunya adalah desakan waktu yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat


(56)

38

mungkin secara tepat dan teratur. Pada saat-saat tertentu, deadline justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Namun bila desakan waktu justru menyebabkan timbulnya banyak keasalahan atau menyebabakan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka hal ini cerminan adanya beban berlebihan kuantitatif (Anugrah, 2009).

Beban kerja dihitung dengan menggunakan rumus estimating metabolic heat production rates by task analysis, seperti yang tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Penilaian Pekerjaan

A. Posisi dan Pergerakan Badan Kcal/min*

Sitting 0,3

Standing 0,6

Walking 2,0 – 3,0

Walking Uphill Add 0,8 for every meter (yard) rise

*For a “standart” worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1,8m2 body surface (19,4 ft2). Sumber : ACGIH, 1992 dalam Dowell, 2007

B. Type of Work Average Kcal/min Range Kcal/min

Hand Work

Light 0,4 0,2 – 1,2

Heavy 0,9

Work : One Arm

Light 1,0 0,7 – 2,5

Heavy 1,7

Work : Both Arm

Light 1,5 1,0 – 3,5

Heavy 2,5

Work : Whole Body

Light 3,5 2,5 – 15,0

Moderate 5,0

Heavy 7,0

Very Heavy 9,0


(57)

Adapun klasifikasi beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan dalam emalakukan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan

Kategori Kcal/jam

Pekerjaan Ringan Sampai dengan 200 Kcal/jam

Pekerjaan Sedang 200 – 350 Kcal/jam

Pekerjaan Berat >350 Kcal/jam

Sumber : ACGIH, 1992 dalam Dowell, 2007

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siswanti (2004) mengatakan bahwa dari 170 responden yang diteliti, 75% diantaranya menyatakan bahwa beban kerja mereka sangat berat sehingga menyebabkan stres. Kemudian menurut Bida (1995) dari 56,3% yang diteliti menyatakan bahwa beban kerja mereka berat sehingga menyebabkan stres dan 38,1% mengalami stres walaupun beban kerja mereka cenderung normal. Hasil uji statistiknya menyatakan p value 0,01007 yang artinya ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja.

Namun hasil lain dari penelitian Desy (2002) diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat beban kerja dengan stres kerja. Begitu pula hasil penelitian Desy (2002) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat beban kerja dengan stres kerja di PT. Unilever Indonesia dengan p value 0,125.

3)Waktu kerja

Waktu kerja menunjukkan efisiensi dan produktivitas seseorang.Umumnya seseorang dapat bekerja baik yaitu pada 6 – 8 jam


(58)

40

perhari atau 40 – 50 jam seminggu. Pekerjaan yang biasa tidak terlalu berat atau ringan, produktivitasnya akan mulai menurun setelah 4 jam bekerja. Keadaan ini sejalan dengan menurunnya kadar gula dalam darah. Sehingga perlu istirahat dan kesempatan untuk makan guna meningkatkan kembali kadar gula darah (Suma‟mur, 1997). Penambahan jam kerja diluar standar dapat meningkatkan usaha adaptasi pekerja, yang kemudian dapat meningkatkan ekskresi katoholamin yaitu hormon adrenalin dan non-adrenalin (Munandar, 2001).

Menurut beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu sering apalagi tanpa kontrol dan jumlah jam kerja yang berlebihan ternyata tidak hanya mengurangi kuantitas dan kualitas hasil kerja akan tetapi juga seringkali meningkatkan kuantitas absen dengan alasan sakit atau kecelakaan kerja (Chairin, 2006).

Menurut penelitian Noer (2004) diketahui bahwa 87,5% responden yang bekerja >12 jam menunjukkan gejala stres sedang. Hal ini diperkuat dengan hasil uji statistik yang menunjukkan p value sebesar 0,002 yang artinya ada kecenderungan hubungan yang bermakna anatar jam kerja dengan stres kerja.

Penelitian lain yang berhubungan dengan jam kerja berlebihan yang dilakukan oleh Margolis dkk yang dikuti oleh Suprapto (2008) pada penduduk Amerika secara nasional yang diwakili oleh 1.496 pekerja. Mereka menemukan bahwa kelebihan jam kerja secara signifikan berhubungan dengan beberapa gejala atau indikator stres kerja, seperti


(1)

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.04. b. Computed only for a 2x2 table

E. Hubungan antara Rutinitas Kerja dengan Tingkat Stres Kerja rutinitas * stress Crosstabulation

stress

Total stres tidak stres

rutinitas membosankan Count 9 12 21

Expected Count 5.9 15.1 21.0

% within rutinitas 42.9% 57.1% 100.0%

tidak membosankan Count 5 24 29

Expected Count 8.1 20.9 29.0

% within rutinitas 17.2% 82.8% 100.0%

Total Count 14 36 50

Expected Count 14.0 36.0 50.0

% within rutinitas 28.0% 72.0% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.964a 1 .046

Continuity Correctionb 2.796 1 .095

Likelihood Ratio 3.951 1 .047

Fisher's Exact Test .061 .048

Linear-by-Linear

Association 3.885 1 .049

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.88. b. Computed only for a 2x2 table

F. Hubungan antara Struktur dan Iklim Organisasi dengan Tingkat Stres Kerja iklim * stress Crosstabulation

stress

Total stres tidak stres

iklim tidak mendukung Count 8 10 18

Expected Count 5.0 13.0 18.0


(2)

mendukung Count 6 26 32

Expected Count 9.0 23.0 32.0

% within iklim 18.8% 81.2% 100.0%

Total Count 14 36 50

Expected Count 14.0 36.0 50.0

% within iklim 28.0% 72.0% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.773a 1 .052

Continuity Correctionb 2.606 1 .106

Likelihood Ratio 3.680 1 .055

Fisher's Exact Test .099 .055

Linear-by-Linear

Association 3.697 1 .055

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.04. b. Computed only for a 2x2 table

G. Hubungan antara Peran Organisasi dengan Tingkat Stres Kerja peran_organisasi * stress Crosstabulation

stress

Total stres tidak stres

peran_organisasi tidak berperan

Count 6 16 22

Expected Count 6.2 15.8 22.0

% within peran_organisasi 27.3% 72.7% 100.0%

berperan Count 8 20 28

Expected Count 7.8 20.2 28.0

% within peran_organisasi 28.6% 71.4% 100.0%

Total Count 14 36 50

Expected Count 14.0 36.0 50.0

% within peran_organisasi 28.0% 72.0% 100.0% Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)


(3)

Pearson Chi-Square .010a 1 .919

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .010 1 .919

Fisher's Exact Test 1.000 .587

Linear-by-Linear

Association .010 1 .920

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.16. b. Computed only for a 2x2 table

H. Hubungan antara Pengembangan Karir dengan Tingkat Stres Kerja pengembangan_karir * stress Crosstabulation

stress

Total stres tidak stres

pengembangan_karir tidak memuaskan

Count 9 16 25

Expected Count 7.0 18.0 25.0

% within

pengembangan_karir 36.0% 64.0% 100.0%

memuaskan Count 5 20 25

Expected Count 7.0 18.0 25.0

% within

pengembangan_karir 20.0% 80.0% 100.0%

Total Count 14 36 50

Expected Count 14.0 36.0 50.0

% within

pengembangan_karir 28.0% 72.0% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.587a 1 .208

Continuity Correctionb .893 1 .345

Likelihood Ratio 1.604 1 .205

Fisher's Exact Test .345 .173

Linear-by-Linear

Association 1.556 1 .212

N of Valid Casesb 50


(4)

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.587a 1 .208

Continuity Correctionb .893 1 .345

Likelihood Ratio 1.604 1 .205

Fisher's Exact Test .345 .173

Linear-by-Linear

Association 1.556 1 .212

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00. b. Computed only for a 2x2 table

I. Hubungan antara Gaji dengan Tingkat Stres Kerja gaji * stress Crosstabulation

stress

Total stres tidak stres

gaji tidak sesuai Count 14 26 40

Expected Count 11.2 28.8 40.0

% within gaji 35.0% 65.0% 100.0%

sesuai Count 0 10 10

Expected Count 2.8 7.2 10.0

% within gaji .0% 100.0% 100.0%

Total Count 14 36 50

Expected Count 14.0 36.0 50.0

% within gaji 28.0% 72.0% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)


(5)

Continuity Correctionb 3.280 1 .070

Likelihood Ratio 7.500 1 .006

Fisher's Exact Test .045 .025

Linear-by-Linear

Association 4.764 1 .029

N of Valid Casesb 50

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.80. b. Computed only for a 2x2 table

J. Hubungan antara Lingkungan Kerja Fisik dengan Tingkat Stres Kerja ling_fisik * stress Crosstabulation

stress

Total stres tidak stres

ling_fisik tidak baik Count 6 6 12

Expected Count 3.4 8.6 12.0

% within ling_fisik 50.0% 50.0% 100.0%

baik Count 8 30 38

Expected Count 10.6 27.4 38.0

% within ling_fisik 21.1% 78.9% 100.0%

Total Count 14 36 50

Expected Count 14.0 36.0 50.0

% within ling_fisik 28.0% 72.0% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.791a 1 .052

Continuity Correctionb 2.491 1 .115

Likelihood Ratio 3.546 1 .060

Fisher's Exact Test .071 .060

Linear-by-Linear

Association 3.715 1 .054

N of Valid Casesb 50

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.36. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

ling_sosial * stress Crosstabulation stress

Total stres tidak stres

ling_sosial tidak baik Count 9 13 22

Expected Count 6.2 15.8 22.0

% within ling_sosial 40.9% 59.1% 100.0%

baik Count 5 23 28

Expected Count 7.8 20.2 28.0

% within ling_sosial 17.9% 82.1% 100.0%

Total Count 14 36 50

Expected Count 14.0 36.0 50.0

% within ling_sosial 28.0% 72.0% 100.0%

Chi-Square Tests Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.247a 1 .072

Continuity Correctionb 2.205 1 .138

Likelihood Ratio 3.252 1 .071

Fisher's Exact Test .113 .069

Linear-by-Linear

Association 3.182 1 .074

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.16. b. Computed only for a 2x2 table