menguntungkan, melalui tekanan pasar menginginkan seluruh perilaku petani harus dapat dirasionalisasikan dan dikalkulasikan dalam dimensi untung-rugi.
2.3.2 Organisasi Petani dalam Teori Kelembagaan Baru
Era globalisasi merubah konstelasi paradigma pembangunan pertanian di tingkat dunia. Berbagai konsep yang sedang populer dewasa ini antara lain :
pendekatan kemiskinan, ketahanan pangan, pembangunan wilayah, pembangunan berkelanjutan, gender, dan juga pemberdayaan Syahyuti, 2007. Perubahan
lingkungan tersebut
mengharuskan Indonesia
menyesuaikan diri
dengan perubahan tersebut. Hal ini nampak dari perubahan pola pembangunan sektor
pertanian di Indonesia, semula pendekatan komoditas menjadi pendekatan Sistem Usaha
PertanianAgribisnis yang
bercirikan pada
orientasi peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani Sudaryanto et al., 2005. Paradigma baru ini ditandai dengan kuatnya intervensi negara terhadap
pembangunan organisasi petani, melalui introduksi teknologi, birokrasi dan pasar terhadap pembangunan sektor pertanian. Syahyuti 2010 mengemukakan bahwa
dampak dari intervensi tersebut mengakibatkan perubahan pada struktur ekonomi dan politik lokal petani. Petani mengembangkan organisasinya sesuai dengan
kondisi dan pemahaman mereka, semisal : mempertimbangkan kebutuhan spesifik komoditas yang mereka usahakan. Teori Kelembagaan Baru seolah menjawab
dinamika perubahan paradigma pembangunan pertanian. Pendekatan yang dilakukan dalam teori ini adalah untuk memaparkan kerangka pemikiran
bagaimana petani menjalankan usahanya sehari-hari. Petani membangun relasi horizontal sesama petani dan relasi vertikal dengan pemasok saprodi,
permodalan, teknologi, dan pedagang hasil pemasaran. Dalam setiap relasi petani memiliki dua pilihan yaitu yang bersifat individual dan bentuk aksi kolektif.
Pengorganisasian petani
pada hakekatnya
merupakan upaya
untuk menjalankan tindakan kolektif, dengan kenyakinan bahwa tindakan kolektif lebih
murah dan efektif. Agar tindakan kolektif berjalan, maka harus dapat diketemukan cara untuk memotivasi individu agar mau melibatkan diri. Organisasi hanyalah
salah satu wadah dalam menjalankan tindakan kolektif. Tindakan kolektif yang selama ini gagal dijalankan dalam organisasi formal petani di Indonesia,
disebabkan petani telah memiliki berbagai relasi dimana relasi tersebut berada di luar organisasi formal. Petani enggan berorganisasi karena kompensasi yang
diterima tidak sebanding dengan peningkatan pendapatan yang mereka peroleh. Perilaku ini sejalan dengan Teori Pilihan Rasional rational choice theory.
Syahyuti 2010 menyimpulkan bahwa pengembangan keorganisasian petani dimasa mendatang setidaknya perlu memperhatikan prinsip-prinsip : 1
organisasi formal untuk petani hanyalah sebuah opsi bukan keharusan, 2 pengembangan organisasi memperhatikan prinsip multi purpose sehingga tidak
terikat lagi pada egosubsektor dan keproyekan, 3 organisasi hanyalah alat bukan tujuan, 4 petani dihargai sebagai individual yang rasional dan memahami
kondisinya, 5 bentuk organisasi yang ditawarkan ke petani adalah yang mampu memperkuat relasi-relasi vertikal dengan pemasok saprodi,
permodalan, teknologi, pelaku pengolahan, dan pedagang hasil pertanian.
2.4 Gabungan Kelompok Tani Gapoktan
Departemen Pertanian 2008 mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani Gapoktan sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan
bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi
desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier. Gapoktan pada hakekatnya organisasi yang dapat dipilih opsi disamping
organisasi-organisasi lain yang juga terlibat dalam aktivitas ekonomi secara langsung. Pengembangan gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan
aksesibilitas terhadap berbagai lembaga layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian, serta
terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya gapoktan diarahkan sebagai sebuah organisasi ekonomi yang mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya, yaitu :
sebagai organisasi pengelolaan sumberdaya alam, untuk tujuan aktivitas kolektif, pengembangan usaha, dan melayani kebutuhan informasi.