2.3 Organisasi Petani
Pemberdayaan petani dengan pendekatan pengorganisasian secara formal merupakan hal yang umum tidak hanya di Indonesia, namun kurang berhasil
dalam pelaksanaannya. Negara menginginkan petani diorganisasikan secara formal. Sebagian besar organisasi petani dibentuk untuk tujuan distribusi bantuan
dan memudahkan tugas kontrol dan kepentingan administratif bagi pelaksana program. Penelitian Pranadji et al. 2004 mengemukakan bahwa gejala pada saat
ini hampir tidak ada organisasi ekonomi petani mampu bertahan hidup dan mengembangkan diri dengan baik. Hingga kini organisasi petani yang dibentuk
dari atas hampir tidak ada yang mampu bertahan hidup dengan tingkat daya saing tinggi.
2.3.1 Intervensi Negara dan Pasar dalam Organisasi Petani
Negara dan pasar merupakan dua elemen lingkungan pokok yang mempengaruhi berjalannya organisasi petani. Modernisasi sangat mewarnai
pendekatan pemerintah
dalam pembangunan
pertanian. Corak
kebijakan pembangunan desa semasa Orde Baru ditandai “kuatnya negara masuk desa”
dimana semua desa mengikuti model “desa di Jawa” Sajogyo, 2002. Melalui Revolusi Hijau, terjadi introduksi teknologi, birokrasi dan pasar. Namun
pendekatan yang disebabkan modernisasi tersebut menimbulkan dampak, antara lain : 1 timbulnya pelapisan sosial dan akumulasi penguasaan lahan, 2
hilangnya nilai egaliter dalam masyarakat, 3 hubungan patron-klien melemah digantikan hubungan komersial kalkulasi untung-rugi. Kondisi sosial politik ini
memberikan lingkungan yang kurang kondusif untuk berkembangnya organisasi petani yang kuat dan berakar Syahyuti, 2010.
Kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam penelitian Syahyuti 2010 bahwa eksistensi organisasi milik petani bergantung kepada kondisi lingkungan dimana
ia hidup. Dua kekuatan yang menentukan dalam eksistensi ini adalah negara dan pasar. Pertama, negara menginginkan petani diorganisasikan secara formal untuk
kepentingan administratif
petani dalam
menjalankan program-program
pemberdayaan petani di perdesaan sementara yang kedua, pasar cenderung
menekan petani secara individu dan kelompok untuk berperilaku efisien dan
menguntungkan, melalui tekanan pasar menginginkan seluruh perilaku petani harus dapat dirasionalisasikan dan dikalkulasikan dalam dimensi untung-rugi.
2.3.2 Organisasi Petani dalam Teori Kelembagaan Baru