Outcome Kegiatan Kampung Domba Terpadu

Kondisi ini harus ditindaklanjuti melalui penetapan skala prioritas kebutuhan pelatihan dengan mempertimbangkan faktor karateristik petani dan kurikulum materi yang dibutuhkan. 2. Membatasi jumlah aktivitas kunjungan ke Gapoktan Juhut Mandiri melalui pengelolaan frekuensi dan substansi aktivitas kunjungan agar tidak berdampak negatif terhadap petani. 3. Segera melakukan kaderisasi baik dari sisi penyuluh pendamping yang dibatasi oleh masa penugasan, dan kepengurusan gapoktan yang berfungsi melayani dan memfasilitasi kegiatan anggota gapoktan. Belajar dari pengalaman, penerimaan peran orang “asing” oleh komunitas gapoktan di filter oleh investasi “kepercayaan” yang tidak mudah didapatkan memerlukan waktu. 4. Menyarankan kepada penyuluh pendamping dan pengurus gapoktan mengikutsertakan secara aktif “lapis keduanya” dalam aktivitas gapoktan. Hal ini sangat penting dilakukan sebagai proses kaderisasi. 5. Memberikan bantuan kepada petani untuk mengatasi masalah pemasaran produknya. Karena tuntutan terhadap produktivitas tanpa disertai jaminan hasil penjualan produk, akan mempengaruhi motivasi dalam aktivitasnya. 6. Memastikan bahwa sebelum intervensi dilepas, petani sudah dibekali dengan kompetensi yang memadai sehingga mereka dapat memanfaatkannya sebagai modal untuk mencapai kemandirian usaha.

6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari hasil pembahasan penelitian diketahui bahwa training needs assessment mengungkap existing condition kompetensi petani Gapoktan Juhut Mandiri di Program KDT melalui pengukuran gap Kemampuan Kerja Pribadi dan Kemampuan Kerja Jabatan. Hasil analisis gap kompetensi menggambarkan bahwa gap kompetensi yang terjadi di KDT Cinyurup Banten disebabkan oleh kurangnya frekuensi pelatihan dan rendahnya tingkat pendidikan petani yang menyebabkan petani belum memanfaatkan sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya secara tepat guna. Kemudian untuk efektifitas kebutuhan pelatihan mempertimbangkan dua faktor, yaitu : karateristik petani dan karateristik kurikulum materi pelatihan. Karateristik petani ditentukan melalui pendekatan lima indikator utama. Kelima indikator tersebut : 1 identitas petani mencerminkan karakteristik petani yang memerlukan kompetensi di bidang manajemen, 2 faktor pribadi petani mencerminkan karakteristik petani yang memerlukan kompetensi di bidang teknis,3 faktor usahatani mencerminkan karakteristik petani yang memerlukan kompetensi di bidang teknis, 4 faktor eksternal petani mencerminkan karakteristik petani yang memerlukan kompetensi di bidang manajemen dan teknis, dan 5 aktivitas gapoktan mencerminkan karakteristik petani yang memerlukan kompetensi di bidang manajemen. Gap kompetensi sumberdaya manusia di Gapoktan Juhut Mandiri disebabkan oleh : 1 belum baiknya kompetensi petani yang berelevansi dengan tingkat pendidikan petani, dan 2 frekuensi dan jenis kegiatan yang diketahui kegiatan yang bersifat pelatihan sebesar 18,03 dari total keseluruhan.

6.2 Saran

Dari simpulan di atas, diketahui bahwa sumberdaya manusia Gapoktan Juhut Mandiri perlu ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan. Namun demikian, selain upaya pelatihan pelaksanaan program pembangunan di KDT