Penetapan Kampung Domba Terpadu

kawasan penyangga hutan dan lingkungan forest and environment bufferzone area. Keberadaan zona penyangga ini diharapkan menjadi benteng pencegah masyarakat untuk memasuki kawasan hutan lindung dan merusak hutan dengan menebang kayu dan mengambil hasil hutan lainnya tanpa terkontrol. Upaya pengalihan prioritas usaha petani dari menanam sayuran di kawasan hutan ke usahatani ternak terpadu sebagai upaya peningkatan pendapatan petani. Kampung Cinyurup memiliki dukungan sumberdaya alam yang sangat menunjang bagi pengembangan ternak domba terutama dalam penyediaan pakan ternak. Terdapat sedikitnya 30 jenis hijauan pakan ternak jenis rumput dan dedaunan dan hamparan padang hijauan yang luas di lahan kehutanan.

4.4 Upaya Menjadikan Sumber Pendapatan Bulanan Petani

Dasar perhitungan teknis untuk menentukan besaran ekonomi usahaternak domba adalah Laju Reproduksi Induk LRI. LRI adalah jumlah anak yang hidup sampai disapih per induk per tahun. LRI adalah gambaran kemampuan induk merawat anaknya sampai usia sapih. Semakin besar nilai LRI, semakin tinggi kinerja produksi usahaternak dan semakin besar tingkat keuntungannya. Berdasarkan hasil kajian di Desa Nagrak dan Cisaat Kabupaten Sukabumi Suradisastra et al., 2011, jumlah dan komposisi ternak yang dipelihara untuk memenuhi nilai LRI antara 2,33 ekor dan 2,63 ekor per petani kooperator. Dimana setiap petani kooperator memelihara 6 ekor induk domba dan 1 ekor pejantan. Pola pengembangan KDT Cinyurup adalah setiap petani kooperator yang menerima 1 ekor betina berkewajiban mengembalikan 2 ekor domba dewasa, jika menerima 1 ekor pejantan berkewajiban mengembalikan 1 ekor domba dewasa dalam kurun waktu 3 tahun dan setelah itu domba bantuan menjadi milik petani kooperator. Target skala usahanya adalah setiap petani kooperator memelihara 8 ekor induk betina dan 1 ekor jantan sebagai pemacek. Dengan pertimbangan, LRI jumlah anak yang dilahirkan per induk per tahun adalah 2 ekor, maka dengan 8 ekor induk per tahun dapat menghasilkan 16 ekor; apabila jarak beranak lambing interval dicapai 8 bulan 3 bulan masa kosong dan 5 bulan bunting, maka diperoleh anak sebanyak 16 ekor per tahun. Apabila target lambing interval meleset dari 8 bulan, maka target 12 ekor anak dapat tercapai, sehingga setiap bulan peternak mampu menjual 1 ekor anak kambing dengan kisaran harga Rp 500.000 – Rp 700.000 per ekor. Maka target pendapatan 50 UMR Provinsi Banten Rp. 490.000 dapat dipenuhi. Tabel 11. Perkembangan Pengelolaan Ternak Domba Gapoktan

4.5 Struktur Organisasi Gapoktan Juhut Mandiri

Gapoktan adalah kelompok tani lanjutan yang dibentuk dari beberapa kelompok tani, bersifat informal, sukarela dan swadaya atas dasar kesepakatan dan kepentingan bersama. Sebagai kelompok lanjutan, maka pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dan mufakat oleh pengurus gapoktan dan kelompok tani. Tujuan dibentuknya gapoktan untuk memberikan pelayanan dan manfaat ekonomi dan sosial secara berkelanjutan bagi anggotanya, seperti peningkatan skala usaha, produktivitas, daya saing dan kemandirian. Keberadaannya tidak hanya dianggap untuk mempermudah pembinaan, tapi harus benar-benar terasa manfaatnya oleh seluruh anggota.