Mangkunegara AP. 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama.
________________.2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mathis RL, Jackson JH. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
McCann AT, Tashima J. 1990. Training Needs Assesment Tool: Trainer Guide. Organization Design and Development, Inc.
Management for Development Foundation [MDF]. 2005. Training Needs Assessment.
http:www.toolkitsportdevelopment.orghtmlresourcesB3 B3375796- DDDF - 42AE - AF44 - 519B2D7A94DD 1220Training20
Needs 20Assessment.pdf [27 Maret 2012].
Miller JA, Diana MO. 2002. Training Needs Assessment. http:www.ispi.orgpdf
suggestedReadingMiller_Osinski.pdf. [27 Maret 2012].
Mullins LJ. 2005. Management and Organizational Behavior. New York: Prentice Hall Edinburg Gate Harlow.
Munandar AS. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta:Universitas Indonesia
Nurcahyati E. 2009. Gerakan Pengembangan Agribisnis Terpadu. Tabloid Menara Banten. Edisi 6. Tahun Pertama.Hal.14-16.
Papu J. 2002. Analisis Kebutuhan Pelatihan Kategori Organisasi Industri. http:www.e-psikologi.comepsiindustri_detail.asp?id=129
. [15 Desember 2011].
Pranadji T, Endang LH. 2004. Transformasi Sosial Budaya dan Pembangunan Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 2 No.1. Maret 2004.
Hal.77-92. Puspita T. 2004. Analisis Kebutuhan Pelatihan Berbasis Kompetensi Pada Bank
BNI Divisi Syariah [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Robbins S, M Coulter. 2007. Manajemen. Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit
PT.Indeks. Sajogyo. 2002. Pertanian dan Kemiskinan. Majalah Ekonomi Rakyat, artikel Th.1
No.1, Maret 2002. Makalah disampaikan pada Pertemuan II Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat, YAE-Bina Swadaya, Financial Club, Jakarta
5 Februari 2002. http:www.ekonomirakyat.org
. [27 Maret 2012]. Schuler RS, Huber VL. 1993. Personel and Human Resource Management. Third
Edition. USA: West Publishing Company.
Simanjuntak PJ. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE UI. Simatupang P. 2004. Pengertian Usaha dan Sistem Agribisnis dan Implikasinya
Terhadap Kajian Teknologi dan Usaha Pertanian. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Analisa Finansial dan Ekonomi, 29 November sd 9
Desember 2004 di Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Sudaryanto T, Pantjar S, Ketut K. 2005. Konsep Sistem Usaha Pertanian serta Peran BPTP dalam Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi. Analisis
Kebijakan Pertanian. Volume 3 No.3 Desember 2005. Hal.349-366. Sudirman. 2006. Model Pelatihan Keterampilan Usaha Terpadu Bagi Petani
Sebagai Upaya Alih Komoditas. [disertasi]. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Suradisasra K, Dwi P. 2011. Pemberdayaan Posisi dan Peran Tokoh Tradisional dalam Upaya Pengembangan Ternak di Provinsi Banten. Wartazoa. Volume
21 No.2 Tahun 2011. Hal.51-59
Syahyuti. 2011. Gampang-Gampang Susah Mengorganisasikan Petani: Kajian Teori dan Praktik Sosiologi Lembaga dan Organisasi.Bogor: IPB Press.
_______. 2010. Lembaga dan Organisasi Petani dalam Pengaruh Negara dan Pasar. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 28 No.1 Juli 2010. Hal.35-
53. ________.2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani Gapoktan
Sebagai Kelembagaan
Ekonomi Di
Perdesaan. Analisis
Kebijakan Pertanian .Volume 5 No.1. Maret 2007.Hal.15-35.
Taslaangreini D. 2004. Analisis Kebutuhan Pelatihan Pada Divisi Perkreditan PT. Bank Riau [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Wulandari R. 2005. Penilaian Kebutuhan Pelatihan : Tantangan dan Solusi. Jurnal Siasat Bisnis. Edisi Khusus. Hal.75-86.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Matrik Kinerja Pelaksanaan Penelitian MATRIK KINERJA PELAKSANAAN PENELITIAN
ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN GABUNGAN KELOMPOK TANI DI KAMPUNG DOMBA CINYURUP BANTEN
Justifikasi Tujuan
Sasaran Masukan
Keluaran Akibat
Manfaat Dampak
Kondisi kehidupan petani di Kampung Cinyurup
Banten yang
bermata pencaharian usahatani sayuran dan mencari
kayu bakar yang merambah ke lahan hutan lindung berdampak pada penggundulan
hutan. Upaya
yang dilakukan
oleh Pemerintah
Provinsi Banten
dengan dukungan keterpaduan lintas institusi dan
lintas elemen dalam himpunan kelompok kerja pokja, melakukan upaya program
problem solving
dalam konsep
pembangunan pemberdayaan masyarakat melalui
penguatan organisasi
petani gapoktan berupa usahatani terintegrasi
antara sayuran
dan ternak
domba. Pengalihan usaha ini setidaknya mencakup
3 tujuan, yaitu : 1 melakukan program buffer zone akibat pengundulan hutan, 2
meningkatkan pendapatan petani, dan 3 memanfaatkan SDA yang belum digunakan
tepat guna.
Merujuk kepada Miller et al., 2002 pemanfaatan training needs assessment
antara lain membantu analisis program solving problem dalam hal ini program
buffer zone dan kesiapan kompetensi SDM petani atas pengalihan usaha dari bertani
sayuran dan mencari kayu bakar menjadi usaha sayuran dan ternak domba. Analisis
ini berguna untuk mengetahui existing condition
petani melalui
pendekatan kompetensi SDM.
1.Menganalisis gap kom petensi SDM gapok-
tan dalam
program Kampung
Domba Terpadu dilihat dari
Kemampuan Kerja
Pribadi dan Kemam- puan Kerja Jabatan
2.Menganalisis kebutu- han
pelatihan yang
diperlukan untuk
mengurangi gap kom- petensi SDM gapok-
tan dalam
suatu sistem
agribisnis program
Kampung Domba Terpadu
3.Menganalisis hubung an
keeratan faktor
karateristik petani
dengan kebutuhan
pelatihan 4.Menganalisis
faktor penyebab
terjadinya gap kompetensi SDM
gapoktan Pengurus gapok-
tan dan anggota 1. Standarisasi kinerja
pengurus gapoktan dan anggota
2. Kompetensi aktual pengurus gapoktan
dan anggota 3.SDM, terdiri dari:
a.Peneliti 3 org b.Penyuluh 1 org
c.Enumerator 5 org d.Petani 64 org
4.Biaya Rp 27.000.000 1.Gap
kompetensi SDM
pengurus gapoktan dan anggota
2.Jenis kebutuhan pelatihan yang diper- lukan berupa karateristik kurikulum
materi pelatihan 3.Karateristik petani yang membutuhkan
pelatihan 4.Faktor penyebab gap kompetensi
1. Peningkatan keterampilan manajemen gapoktan dan
kemampuan teknis petani dalam usaha ternak domba
2. Kemandirian usahatani Peningkatan
skala usahatani yang ber-
orientasi pada nilai ekonomi
Pendapatan peta- ni meningkat
Lampiran 2. Uji Validitas Instrumen Manajemen Gapoktan
Lampiran 3. Uji Validitas Instrumen Bidang Teknis Petani
Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Berganda
1. IDENTITAS PETANI DENGAN KEBUTUHAN PELATIHAN
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-,956 ,300
-3,189 ,003
Jenis Kelamin ,071
,080 ,591
,896 ,377
Umur ,135
,080 ,754
1,694 ,100
Pendidikan ,111
,078 ,953
1,411 ,168
Lama Bergabung di Gapoktan -,213
,081 -1,460
-2,644 ,013
a. Dependent Variable: Kebutuhan Pelatihan
2. FAKTOR PRIBADI DENGAN KEBUTUHAN PELATIHAN
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-,992 ,335
-2,964 ,006
Jumlah Tanggungan ,065
,051 ,346
1,278 ,211
Lama Pengalaman ,029
,033 ,231
,881 ,385
Frekuensi Ikut Pelatihan ,081
,044 ,327
1,824 ,078
a. Dependent Variable: Kebutuhan Pelatihan
3. FAKTOR USAHATANI DENGAN KEBUTUHAN PELATIHAN
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-,664 ,388
-1,713 ,098
Pelihara Domba = 3 ekor -,139
,142 -1,277
-,983 ,334
Kepemilikan Modal Sendiri ,042
,113 ,207
,370 ,714
Biaya Pemeliharaan 500rb -,107
,050 -,838
-2,139 ,041
Keuntungan = 1jt ,044
,142 ,412
,308 ,760
Lama Pelihara = 2 tahun ,198
,149 1,893
1,327 ,195
Sumber Pembiayaan Sendiri ,081
,089 ,481
,910 ,371
Tenaga Kerja Yang Membantu X = 2org
-,003 ,073
-,018 -,036
,971 a. Dependent Variable: Kebutuhan Pelatihan
4. FAKTOR EKSTERNAL DENGAN KEBUTUHAN PELATIHAN
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-,439 ,574
-,766 ,450
Aktif dalam Pertemuan Poktan ,350
,139 2,597
2,521 ,017
Aktif dalam Pertemuan Gapoktan
-,214 ,149
-1,488 -1,438
,161 Motivasi karena Butuh
Informasi -,041
,083 -,203
-,488 ,629
Tidak Mengerti Materi -,022
,063 -,088
-,348 ,730
a. Dependent Variable: Kebutuhan Pelatihan
5. AKTIVITAS GAPOKTAN DENGAN KEBUTUHAN PELATIHAN
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
,092 ,596
,154 ,878
Tidak Terkendala dengan Peraturan ,112
,087 ,945
1,289 ,208
Merasakan Manfaat -,242
,130 -2,231
-1,866 ,072
Kerukunan Baik ,215
,109 1,242
1,974 ,058
Pelayanan Cukup ,094
,085 ,602
1,097 ,282
Keperdulian Baik ,014
,097 ,066
,148 ,883
Jumlah Anggota Dirasakan Banyak ,078
,070 ,356
1,121 ,271
a. Dependent Variable: Kebutuhan Pelatihan
6. FAKTOR DOMINAN DENGAN KEBUTUHAN PELATIHAN
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-,392 ,326
-1,202 ,238
Lama Gabung -,109
,074 -,749
-1,487 ,147
Biaya Yang Dikeluarkan ,032
,050 ,247
,634 ,531
Frekuensi Keaktifan ,179
,061 1,330
2,942 ,006
a. Dependent Variable: Kebutuhan Pelatihan
Lampiran 5. Daftar Istilah Singkatan
1. FGD : Focus Group Discussion. Adalah suatu metode riset berupa
proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
2. KDT : Kampung Domba Terpadu. Adalah satu kampung domba yang
berintegrasi tanaman sayuran, tanaman pangan, dan talas beneng. Berlokasi di Kampung Cinyurup, Keluruhan Juhut,
Kecamatan Tanjung Karang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
2. KKJ : Kemampuan Kerja Jabatan. Adalah suatu ukuran standarisasi
kompetensi pada posisi jabatan tertentu 3. KKP
: Kemampuan Kerja Pribadi. Adalah suatu ukuran standarisasi kompetensi aktual seorang pegawai.
4. LRI : Laju Reproduksi Induk. Adalah gambaran kemampuan induk
merawat anaknya sampai usia sapih. 5. Pokja
: Kelompok Kerja. Adalah kelompok kerjasama pada elemen lintas institusi yang melibatkan 14 Satuan Perangkat Kerja
Daerah dalam menangani Program Kampung Domba Terpadu. 5. TNA-T
: Training Needs Assessment Tool. Adalah
salah satu model needs assessment yang fokus pada pendekatan analisis
individu. Dalam analisis ini faktor utama yang diungkap adalah gap antara Kemampuan Kerja Pribadi dengan Kemampuan
Kerja Jabatan.
KUESIONER PENELITIAN TESIS
ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN GABUNGAN KELOMPOK TANI
DI KAMPUNG DOMBA TERPADU KDT CINYURUP BANTEN
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : …………………………………………
Jenis Kelamin : L P
Umur : …………………………………………
Pendidikan Akhir : …………………………………………
Nama Kelompok Tani : …………………………………………
Nama Gapoktan : JUHUT MANDIRI
Status Keanggotaan : Ketua GapoktanKetua Kelompok Tani
Anggota Lama Bergabung
: ……… Tahun
Coret yang tidak perlu
PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
I. PETANI A. FAKTOR PRIBADI
1. Berapa orang jumlah tanggungan keluarga BapakIbu ?
a. 1-2 orang b. 3-5 orang
c. ≥ 5 orang 2. Sudah berapa lama BapakIbu berusaha ternak domba ?
a. ≤ 2 tahun b. 3-5 tahun
c. ≥ 5 tahun 3. Sudah berapa kali BapakIbu ikut pelatihan ternak domba ?
a. ≤ 2 kali b. 3-5 kali
c. ≥ 5 kali
B. FAKTOR USAHA TANI 1. Ada berapa banyak domba yang BapakIbu pelihara ?
a. 1-2 ekor b. 3-5 ekor
c. ≥ 5 ekor 2. Siapa pemilik domba yang BapakIbu pelihara ?
a. Pinjaman b. Milik Sendiri
c. Pinjaman dan Milik Sendiri 3. Berapa biaya yang BapakIbu keluarkan untuk pelihara ternak domba sampai
ternak terjual ? a. Rp 500.000
b. Rp 500.000 - Rp.1 juta c. Rp 1 juta
4. Berapa keuntungan yang BapakIbu peroleh dari hasil ternak terjual ? a. Rp 470.000
b. Rp 470.000 - Rp.1 juta c. Rp 1 juta
5. Berapa lama BapakIbu pelihara ternak dari mulai diperoleh sampai dijual ? a. 1 tahun
b. 1 – 2 tahun c. 3-5 tahun
6. Darimana sumber pembiayaannya ? a. Pinjam
b. Biaya Sendiri c. Pinjam dan Biaya Sendiri
7. Berapa orang yang ikut membantu dalam usaha ternak domba BapakIbu ? a. 1-2 orang
b. 3-5 orang c. ≥ 5 orang
C. FAKTOR EKSTERNAL 1. Berapa kali dalam sebulan kelompok tani BapakIbu membuat pertemuan ?
a. ≤ 2 kali b. 3-5 kali
c. ≥ 5 kali 2. Berapa kali dalam sebulan terakhir BapakIbu ikut pertemuan ?
a. ≤ 2 kali b. 3-5 kali
c. ≥ 5 kali
3. Apa yang mendorong BapakIbu ikut pertemuan ? a. Kewajiban
b. Butuh Informasi c. Ikut-ikutan
4. Apa yang membosankan bagi BapakIbu pada pertemuan tersebut ? a.Tidak mengerti materinya
b. Cara penyampaiannya c. Kedua-duanya
5. Masalah apa yang sering dihadapi BapakIbu dalam usaha ternak domba ? Jawaban : ….…………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………….
6. Kalau menemui kesulitan dalam ternak domba, biasanya BapakIbu menemui siapa ? ………………………………………………………………………………...
No. Pihak tempat bertanya
Berapa kali dalam sebulan
1. 2.
3. 4.
7. Kepada siapa BapakIbu sering bertanya? Jawaban : ………………………………………………………………………………...
II. GAPOKTAN 1. Seringkah BapakIbu mengalami kesulitan dengan peraturan yang diberlakukan
di Gapoktan? a.Jarang
b. Kadang-kadang c. Sering
2. Apakah BapakIbu merasakan manfaat dari Gapoktan ? a.Ya
b. Tidak c. Kadang-kadang
3. Bagaimana kerukunan anggota dan pegurus Gapoktan yang BapakIbu rasakan?
a.Baik b. Cukup
c. Kurang 4. Bagaimana pelayanan pengurus Gapoktan menurut BapakIbu ?
a.Baik b. Cukup
c. Kurang 5. Bagaimana menurut BapakIbu, keperdulian anggota dan pengurus terhadap
Gapoktan ? a.Baik
b. Cukup c. Kurang
6. Menurut BapakIbu, jumlah anggota dalam Gapoktan sekarang ini? a.Kurang
b. Cukup c. Banyak
KUESIONER KEMAMPUAN KERJA JABATAN KKJ UNTUK DI ISI OLEH : KETUA KELOMPOK TANI DAN KETUA GAPOKTAN
Petunjuk Menjawab Pertanyaan
Mohon berikan tanda X pada salah satu kotak sesuai pendapat BapakIbu. Sebagai petunjuk pengisian dalam 9 kotak adalah sebagai berikut :
Pengisian nilai untuk memberikan gambaran kondisi ideal yang seharusnya.
Urutan angka dari 1 sd 9, pilihan angka semakin besar berarti semakin mendekati kondisi ideal yang seharusnya.
NO PERTANYAAN
NILAIBOBOT KKJ 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
Kemampuan Perencanaan
1. Membantu persiapan kegiatan pelatihan
2. Membantu persiapan kegiatan pertemuan
3. Menyiapkan peralatan untuk persiapan pertemuan
4. Saling membantu dalam acara persiapan pertemuan
5. Membuat usulan kegiatan tertulis
6. Membuat perhitungan keputusan usaha
2.
Kemampuan Organisasi
1. Aktif mengikuti pertemuan gapoktan
2. Aktif dalam kelompok belajar
3. Memahami peraturan yang ada
4. Menjalankan peran sesuai tugasnya
3.
Kemampuan Pelaksanaan
1. Hadir dalam acara pelatihan
2. Hadir sesuai jadual yang di buat
3. Aktif dalam kegiatan
4. Melaksanakan aturan yang ada
5. Menggunakan peralatan yang dianjurkan
6. Menggunakan saprodi ternak yang dianjurkan
NO PERTANYAAN
NILAIBOBOT KKJ 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4.
Kemampuan Pengendalian
1. Mempelajari pengalaman yang telah lewat
2. Membuat catatan usahanya
5.
Kemampuan Mengembangkan Kepemimpinan Kelompok
1. Membantu teman yang dalam kesulitan
2. Menjalankan kewajiban
3. Bekerjasama usaha dengan anggota kelompok lain
4. Bekerjasama usaha dengan teman di luar
6.
SaranaPeralatan
1. Mengetahui peralatan pembersih kandang ternak
7.
Penyiapan Bibit dan Bakalan
1. Mengetahui cara memilih bibit dan memelihara bakalan
yang baik
8.
Pemeliharaan
1. Membersihkan kandang secara rutin
2. Mampu memberikan obat pada ternak yang sakit
3. Mampu merawat ternak secara rutin
4. Membuat pakan sesuai kondisi ternak indung,anak,dwsa
5. Mampu membersihan kotoran ternak secara rutin
6. Mengetahui jenis penyakit ternak
7. Mengetahui waktu perkawinan ternak yang tepat
8. Mengetahui tindakan persiapan kelahiran ternak
9.
Panen dan Pascapanen
1. Mengetahui tujuan memelihara ternak
2. Mengetahui kapan waktu jual ternak yang menguntungkan
3. Mengetahui bobot hidup ternak layak jual
4. Mengetahui pemanfaatan feses kotoran ternak = kompos
KUESIONER KEMAMPUAN KERJA PRIBADI KKP UNTUK DI ISI OLEH : ANGGOTA KELOMPOK TANI DAN GAPOKTAN
Petunjuk Menjawab Pertanyaan
Mohon berikan tanda X pada salah satu kotak sesuai pendapat BapakIbu. Sebagai petunjuk pengisian dalam 9 kotak adalah sebagai berikut :
Pengisian nilai untuk memberikan gambaran kondisi yang BapakIbu alami sekarang ini.
Urutan angka dari 1 sd 9, pilihan angka semakin besar berarti semakin mendekati kondisi yang BapakIbu alami.
NO PERTANYAAN
NILAIBOBOT KKP 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
Kemampuan Perencanaan
1. Berupaya membantu persiapan kegiatan pelatihan
2. Berupaya membantu persiapan kegiatan pertemuan
3. Berupaya menyiapkan peralatan utk persiapan pertemuan
4. Berupaya membantu dalam acara persiapan pertemuan
5. Berupaya membuat usulan kegiatan tertulis
6. Berupaya membuat perhitungan keputusan usaha
2.
Kemampuan Organisasi
1. Berupaya aktif mengikuti pertemuan gapoktan
2. Berupaya aktif dalam kelompok belajar
3. Berupaya memahami peraturan yang ada
4. Berupaya menjalankan peran sesuai tugasnya
3.
Kemampuan Pelaksanaan
1. Berupaya hadir dalam acara pelatihan
2. Berupaya hadir sesuai jadual yang di buat
3. Berupaya aktif dalam kegiatan
4. Berupaya melaksanakan aturan yang ada
5. Berupaya menggunakan peralatan yang dianjurkan
6. Berupaya menggunakan saprodi ternak yg dianjurkan
NO PERTANYAAN
NILAIBOBOT KKP 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4.
Kemampuan Pengendalian
1. Berupaya mempelajari pengalaman yang telah lewat
2. Berupaya membuat catatan usahanya
5.
Kemampuan Kepemimpinan
1. Berupaya membantu teman yang dalam kesulitan
2. Berupaya menjalankan kewajiban
3. Berupaya bekerjasama usaha dgn anggota kelompok lain
4. Berupaya bekerjasama usaha dgn teman di luar
6.
SaranaPeralatan
1. Berupaya mengetahui peralatan pembersih kndang ternak
7.
Penyiapan Bibit
1. Berupaya mengetahui cara memilih bibit dan memelihara
bakalan yang baik
8.
Pemeliharaan
1. Berupaya membersihkan kandang secara rutin
2. Berupaya memberikan obat pada ternak yang sakit
3. Berupaya merawat ternak secara rutin
4. Berupaya mbuat pakan sesuai kndisi ternak indung,anak
5. Berupaya membersihan kotoran ternak secara rutin
6. Berupaya mengetahui jenis penyakit ternak
7. Berupaya mengetahui waktu perkawinan ternak yg tepat
8. Berupaya mengetahui tindakan persiapan kelahiran ternak
9
Panen dan Pascapanen
1. Berupaya mengetahui tujuan memelihara ternak
2. Berupaya mengetahui kapan waktu jual ternak yang
menguntungkan 3.
Berupaya mengetahui bobot hiduo ternak layak jual 4.
Berupaya mengetahui pemanfaatan feses kotoran ternak
ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN GABUNGAN KELOMPOK TANI
DI KAMPUNG DOMBA TERPADU CINYURUP BANTEN
ABSTRACT
DIDU WAHYUDI. Training Needs Analysis Farmers Group Combined in Integrated Village Sheep Cinyurup Banten. Under direction of M.SYAMSUL
MA’ARIF and ANGGRAINI SUKMAWATI.
Habits of the people who cultivate crops in forest areas by opening new land, contribute to the deforestation of protected forests. Integrated Village Sheep
IVS is one of the strategies to implement community empowerment through strengthening farmer organizations with an integrated agribusiness pattern
between lamb and vegetable business. Farmers do not have the actual competence adequately for their optimal roles. Training needed to reduce the performance
gap indicated at this time. The aims of this study were to analyze training needs of the farmer group combined in integrated village sheep Cinyurup Banten. The
study population is farmers who are members of the Joint breeders Farmers Juhut Mandiri Cinyurup Banten. Training Needs Analysis was done by individuals’
analysis approach through gap analyzed between the Position Work Ability PtWA and Personal Work Ability PnWA. The data collected by questionnaire,
focus group discussion FGD, and direct interview. The data then was analyzed by using method of Training Needs Assessment Tools TNA-T. The results
showed that the training needs in the field of management organization,
correlated very significantly with factors of gender ρ = 0.002, frequency of group meetings ρ = 0.004, understanding purpose of the meeting ρ = 0.003,
and benefits achieved from the group meetings ρ = 0.003. In the technical area the ability of farmers, training needs correlated very significantly with lack of
understanding of the material presented in the meeting of the group ρ = 0.019. Based o FGD, development of productivity of rancher was supported by KDT
institution, i.e.: leadership, asset self collectiveness, local roles, and integrity organization.
Keywords: training needs, competency, agribusiness, institutional
RINGKASAN
DIDU WAHYUDI. Analisis Kebutuhan Pelatihan Gabungan Kelompok Tani di Kampung Domba Terpadu Cinyurup Banten. Dibimbing oleh M. SYAMSUL
MA’ARIF dan ANGGRAINI SUKMAWATI.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi kehidupan petani sayuran yang kegiatan usahataninya merambah ke lahan hutan lindung Kampung Cinyurup,
Kelurahan Juhut, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten yang selain tingkat pendidikannya masih rendah, juga tidak memiliki mata
pencaharian tetap mencari kayu bakar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan pelatihan petani peternak dalam mengadopsi program
solving problem yang dikemudian dikenal dengan nama program Kampung Domba Terpadu. Program ini dibentuk sebagai Buffer Zone kawasan penyangga
yang dapat menyediakan ketersediaan rumput lapangan dan leguminosa sepanjang tahun dengan kualitas yang baik. Pola pikir yang dikembangkan adalah
melakukan pemberdayaan masyarakat melalui penguatan organisasi petani gapoktan dengan pola usaha agribisnis terpadu antara usahaternak domba dan
sayuran.
Metode untuk menentukan kebutuhan pelatihan gapoktan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis individu dengan metode Training Needs Assessment
Tools TNA-T yaitu menganalisis gap Kemampuan Kerja Jabatan KKJ dengan Kemampuan Kerja Pribadi KKP. Jika gap KKJ dengan KKP disebabkan oleh
rendahnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap, maka solusinya adalah dengan pelatihan. Akan tetapi jika bukan gap bukan disebabkan oleh faktor tersebut,
maka solusinya bukan pelatihan tetapi dengan solusi lain sesuai dengan faktor- faktor penyebabnya. Selisih antara KKJ dan KKP merupakan kekurangan
kemampuan yang perlu dilatih. Penetapan kebutuhan pelatihan ditentukan berdasarkan lokasi titik potong antara nilai KKJ dan KKP dengan menggunakan
Diagram Peringkat Kebutuhan Pelatihan. Kemudian untuk memahaminya diinterpretasikan melalui suatu matrik interpretasi. Sehingga refleksi mengenai
kondisi pekerjaan dan kompensi diketahui. Hubungan faktor karateristik petani
peternak yang dominan ρ 0,05 terhadap kebutuhan pelatihan dianalisis dengan menggunakan crosstab analysis. Hal ini dimaksudkan untuk menganalisis
sejauhmana bentuk kecenderungan hubungan antara karateristik petani peternak dengan kebutuhan pelatihan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan pelatihan di bidang manajemen organisasi, mempunyai kecenderungan hubungan sangat nyata
dengan faktor-faktor: jenis kelamin ρ = 0,002, frekuensi pertemuan kelompok ρ = 0,004, memahami tujuan pertemuan ρ = 0,003, dan merasakan manfaat dari
pertemuan kelompok ρ = 0,003. Di bidang teknis kemampuan petani, kebutuhan pelatihan mempunyai kecenderungan hubungan sangat nyata dengan
faktor ketidakpahaman terhadap materi yang disampaikan dalam pertemuan
kelompok ρ = 0,019. Berdasarkan FGD, pengembangan produktivitas petani peternak didukung pula oleh kelembagaan KDT, antara lain : kepemimpinan,
swadaya permodalan, aturan main lokalita, dan kerjasama lintas organisasi.
Kata kunci: kebutuhan pelatihan, kompetensi, agribisnis, kelembagaan
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan eksistensi suatu organisasi ditentukan oleh bagaimana organisasi tersebut dapat memenuhi keinginan pelanggan. Leigh et al. 2000
menyatakan bahwa analisis kebutuhan pelatihan atau penilaian kebutuhan kebutuhan pelatihan merupakan langkah strategis dalam pengelolaan organisasi
dalam bentuk intervensi pengembangan sumberdaya manusia melalui proses mengidentifikasi
gap antara
kinerja yang diperlukan dan kinerja saat ini.
Dahiya dan Jha 2011 menyampaikan tujuan dari penilaian kebutuhan pelatihan adalah untuk memprioritaskan penyelesaian masalah kinerja dengan mengetahui
gambaran berupa kondisi riil yang terjadi,
seberapa pentingnya, bagaimana penjelasannya, bagaimana didefinisikan, bagaimana usulan perbaikan, dan apa
yang menjadi prioritas. Analisis kebutuhan pelatihan sangat penting dilakukan karena menyediakan informasi mengenai tingkat keterampilan skill dan
pengetahuan knowledge sumberdaya manusia organisasi. Dengan informasi ini, manajemen dapat mengetahui gap antara kebutuhan organisasi dan kapabilitas
karyawan. Pelatihan yang diselenggarakan dapat difokuskan untuk mengisi gap tersebut.
Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui kegiatan mengidentifikasi persyaratan kinerja, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan organisasi. Sebelum melakukan penilaian kebutuhan pelatihan setidaknya harus melakukan analisis terhadap tiga
aspek utama terlebih dahulu, tiga aspek dimaksud adalah : organisasi, operasijabatan, dan individu Cascio 1992; Schuler 1993; Erasmus et al. 2000;
Miller 2002; Bernardin 2003; MDF 2005; dan Wulandari 2005. McClelland 1993 dalam Dahija dan Jha 2011 menyatakan bahwa penilaian kebutuhan
pelatihan training needs assessment adalah suatu metode yang populer dan berharga
bagi pengembangan
sumberdaya manusia
dalam menentukan
keterampilan sebuah organisasi, pengetahuan dan bakat. Selain itu, metode ini menyediakan
informasi mengenai
kebutuhan pelatihan
yang dapat
diimplementasikan secara efektif dengan implikasi yang luas.
Kebiasaan masyarakat dalam bercocok tanam di wilayah kehutanan dengan cara membuka lahan baru, memberikan kontribusi terhadap penggundulan hutan
lindung. Salah satu strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Banten dalam mengurangi dampak kegiatan tersebut adalah melakukan pemberdayaan
masyarakat melalui penguatan organisasi petani dengan pola usaha agribisnis terpadu antara usahaternak domba dan sayuran Nurcahyati, 2009. Kampung
Domba Ternak dalam penulisan selanjutnya disingkat KDT, terletak di Kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten dibentuk sebagai Buffer Zone kawasan penyangga karena lokasi tersebut berbatasan dengan kawasan hutan lindung yang dapat menyediakan
ketersediaan rumput lapangan dan leguminosa sepanjang tahun dengan kualitas yang baik. Pola pikir yang dikembangkan adalah dengan memberdayakan
masyarakat sekitar hutan melalui usaha pemeliharaan ternak domba, maka usahatani sayuran yang banyak merambah hutan sekitar dapat dikendalikan
melalui usaha konservasi dan keterkaitan usahatani integrasi tanaman – ternak. Pelatihan dalam pembangunan masyarakat bertujuan untuk mengubah
perilaku masyarakat dalam arti luas. Keterbatasan kemampuan yang dialami petani di perdesaan relevan dengan tingkat pendidikan sehingga menyebabkan rendahnya
produktivitas kerja Sudirman, 2006. Hasil penelitian terhadap organisasi petani di Cianjur Jawa Barat menyimpulkan bahwa petani belum memiliki kompetensi
aktual yang memadai untuk berperan optimal Alimin, 2004. Pelatihan sebagai human investment, mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin di
perdesaan, karena dalam jangka pendek kegiatan pelatihan telah berhasil menciptakan lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan setelah terlebih
dahulu meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya melalui pelatihan. Merujuk kepada laporan yang diterbitkan oleh Kemristek 2011 tentang
bantuan yang diberikan kepada program KDT Cinyurup Banten dari kurun waktu tahun 2007 sampai 2011 diketahui bahwa jenis bantuan yang bersifat manajemen
sebanyak 12 kegiatan atau sebesar 28,57, sedangkan jenis bantuan yang bersifat teknis sebanyak 30 kegiatan atau sebesar 71,43. Jenis bantuan yang bersifat
manajemen teridentifikasi sebanyak 1 kegiatan atau sebesar 8,33 2,38 dari jumlah keseluruhan bantuan berkaitan dengan kemampuan pengendalian berupa
penyusunan studi kelayakan usaha, dan sebanyak 11 kegiatan atau sebesar 91,67 26,19 dari jumlah keseluruhan bantuan
berkaitan dengan kemampuan pemanfaatan alat produksi. Jenis bantuan yang bersifat teknis teridentifikasi
sebanyak 12 kegiatan atau sebesar 40 28,57 dari jumlah keseluruhan bantuan berkaitan dengan bantuan sarana dan peralatan, sebanyak 14 kegiatan
atau sebesar 46,66 33,33 dari jumlah keseluruhan bantuan berkaitan dengan bantuan bibit ternak, dan sebanyak 4 kegiatan atau sebesar 13,34 9,53 dari
jumlah keseluruhan bantuan berkaitan bantuan pemeliharaan ternak Tabel 1.
Tabel 1. Keragaman Jenis Bantuan Kurun Waktu Tahun 2007 sd 2011.
No. Uraian
Volume Kegiatan
Prosentase Kegiatan Terhadap
Terhadap Bidangnya
Keseluruhan 1.
Bidang Manajemen 12
100,00 28,57
a.Kemampuan pengendalian 1
8,33 2,38
b.Kemampuan pemanfaatan alat 11
91,67 26,19
Produksi 2.
Bidang Teknis 30
100,00 71,43
a.Sarana dan peralatan 12
40,00 28,57
b.Bibit ternak 14
46,66 33,33
c.Pemeliharaan ternak 4
13,34 9,53
Jumlah 42
100,00
Sumber : Kemristek, 2011.
Keragaan tersebut menggambarkan bahwa prosentase bantuan yang diberikan kepada program KDT Cinyurup Banten kurun waktu tahun 2007 sd
2011, bantuan yang bersifat teknis 71,43 lebih tinggi dibandingkan bantuan yang bersifat manajemen 28,57. Namun besarnya prosentase tersebut tidak
serta merta mengatasi permasalahan yang ditemui di lapangan. Kajian dari Bank Indonesia Serang 2011 menyatakan bahwa kendala teknis yang muncul di
tingkat petani adalah : 1 kurangnya pemahaman mengenai pemeliharaan ternak, hal ini tercermin dari pemberian pakan oleh petani yang belum efisien. Jika diukur
secara kuantitas berlebih, namun tidak memperhatikan komposisi sesuai status fisiologik ternak, 2 pemberian pakan masih didominasi rumput liar sebesar
73,31 dan dedaunan sebesar 18,65, 3 ketergantungan bibit unggul dari luar daerah Garut bagi peternak kecil menjadi kendala tersendiri.
Identifikasi dari aspek manajemen menunjukan bahwa keragaan tingkat pendidikan sumberdaya manusia pengurus gapoktan rata-rata hanya tamat
Sekolah Dasar. Hal ini menyebabkan mereka memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan teknis, administrasi, ataupun manajerial. Permasalahan lain
adalah kurangnya pembinaan terhadap kepengurusan gapoktan. Jika merujuk kepada Tabel 1 dimana prosentase bantuan yang bersifat manajemen sebesar
28,57 dari total bantuan yang diterima, jelas menambah keterpurukan dari eksistensi gapoktan itu sendiri
. Pemberdayaan
petani dengan
pendekatan organisasi
secara formal
merupakan hal yang umum tidak hanya di Indonesia, namun kurang berhasil dalam pelaksanaan. Hasil penelitian Pranadji et al. 2004 mengemukakan bahwa
gejala pada saat ini hampir tidak ada organisasi ekonomi petani mampu bertahan hidup dan mengembangkan diri dengan baik. Hal ini disebabkan kebijakan “blue
print approach” dimana kebijakan tersebut mengandung kelemahan karena bersifat umum, disusun dan dipikirkan oleh sekelompok orang saja secara terpusat
Uphoff, 1986 dalam Syahyuti, 2011. Dari sisi lain, keberhasilan organisasi
selain ditentukan oleh kompetensi sumberdaya manusianya, juga pengaruhi oleh faktor lain, yaitu kelembagaan. Doliver 1993 dalam Wulandari 2005
menyatakan manajemen tidak dapat menentukan pelatihan begitu saja tanpa menganalisis dahulu kebutuhan dan tujuan apa yang ingin dicapai. Penilaian
kebutuhan merupakan “road map” untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, oleh karena itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat desa khususnya golongan orang dewasa antara lain disebabkan rendahnya tingkat pendidikan, sehingga masyarakat
belum dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia dengan tepat guna untuk meningkatkatkan kesejahteraan mereka Sudirman, 2006. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa kaum muda yang memiliki pola pikir dinamis dan rasional lebih cenderung melakukan urbanisasi untuk mencari pekerjaan atau sebagai buruh diperkotaan.
Meskipun demikian, orang dewasa sebagai bagian dari masyarakat yang banyak tinggal di perdesaan sesungguhnya juga memiliki potensi, mereka punya prakarsa
yang apabila distimulasi akan mampu mengembangkan dirinya. Kemampuan