Sekolah Dasar. Hal ini menyebabkan mereka memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan teknis, administrasi, ataupun manajerial. Permasalahan lain
adalah kurangnya pembinaan terhadap kepengurusan gapoktan. Jika merujuk kepada Tabel 1 dimana prosentase bantuan yang bersifat manajemen sebesar
28,57 dari total bantuan yang diterima, jelas menambah keterpurukan dari eksistensi gapoktan itu sendiri
. Pemberdayaan
petani dengan
pendekatan organisasi
secara formal
merupakan hal yang umum tidak hanya di Indonesia, namun kurang berhasil dalam pelaksanaan. Hasil penelitian Pranadji et al. 2004 mengemukakan bahwa
gejala pada saat ini hampir tidak ada organisasi ekonomi petani mampu bertahan hidup dan mengembangkan diri dengan baik. Hal ini disebabkan kebijakan “blue
print approach” dimana kebijakan tersebut mengandung kelemahan karena bersifat umum, disusun dan dipikirkan oleh sekelompok orang saja secara terpusat
Uphoff, 1986 dalam Syahyuti, 2011. Dari sisi lain, keberhasilan organisasi
selain ditentukan oleh kompetensi sumberdaya manusianya, juga pengaruhi oleh faktor lain, yaitu kelembagaan. Doliver 1993 dalam Wulandari 2005
menyatakan manajemen tidak dapat menentukan pelatihan begitu saja tanpa menganalisis dahulu kebutuhan dan tujuan apa yang ingin dicapai. Penilaian
kebutuhan merupakan “road map” untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, oleh karena itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat desa khususnya golongan orang dewasa antara lain disebabkan rendahnya tingkat pendidikan, sehingga masyarakat
belum dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia dengan tepat guna untuk meningkatkatkan kesejahteraan mereka Sudirman, 2006. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa kaum muda yang memiliki pola pikir dinamis dan rasional lebih cenderung melakukan urbanisasi untuk mencari pekerjaan atau sebagai buruh diperkotaan.
Meskipun demikian, orang dewasa sebagai bagian dari masyarakat yang banyak tinggal di perdesaan sesungguhnya juga memiliki potensi, mereka punya prakarsa
yang apabila distimulasi akan mampu mengembangkan dirinya. Kemampuan
keterampilan yang dimiliki masyarakat saat ini harus dapat dikembangkan agar dapat dijadikan sebagai sumber usaha sesuai kebutuhan mereka.
Pelatihan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan kepada siapapun sehingga dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Proses pelatihan dapat terlaksana bila didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas baik yang berasal dari masyarakat maupun instansi terkait. Dukungan
yang diberikan dalam arti untuk mendampingi serta mampu berperan baik sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator selama program berlangsung, dan berfungsi
sebagai konsultan sewaktu diperlukan oleh kelompok. Perubahan perilaku masyarakat untuk mandiri dan kreatif dalam mengembangkan usaha produktif merupakan
fokus dari pelaksanaan program pelatihan. Pertanian modern tidak hanya identik dengan mesin pertanian yang
modern tetapi perlu ada organisasi yang dicirikan mampu menyentuh dan menggerakan ekonomi di perdesaan melalui pengembangan sistem agribisnis
sesuai komoditas unggulannya di setiap desa. Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan petani, sarana produksi, pemasaran
produk, dan menyediakan informasi yang dibutuhkan petani. Oleh karena itu, pengembangan gapoktan harus dirancang sebagai upaya peningkatan kompetensi
anggotanya dengan prinsip kemandirian lokal. Dari uraian yang telah dikemukakan di atas ditemukan suatu rumusan
permasalahan pokok di kalangan petani Gapoktan Juhut Mandiri yang selama ini bermata pencaharian usahatani sayuran yang banyak merambah hutan dan pencari
kayu bakar, untuk memadukan dengan usahatani sayuran dengan usaha ternak domba. Secara umum masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah
“Kebutuhan pelatihan apa yang diperlukan petani yang tergabung dalam Gapoktan Juhut Mandiri dalam pelaksanaan program KDT ?“. Berangkat dari permasalahan
tersebut, kemudian dirinci dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gap kompetensi sumberdaya manusia gapoktan dalam suatu sistem
agribisnis program KDT, dilihat dari pendekatan Kemampuan Kerja Pribadi dan Kemampuan Kerja Jabatan?
2. Kebutuhan pelatihan apa yang diperlukan untuk mengurangi gap kompetensi sumberdaya manusia gapoktan dalam suatu sistem agribisnis program KDT?
3. Bagaimana hubungan keeratan faktor karateristik petani dengan kebutuhan pelatihan ?
4. Bagaimana gap kompetensi sumberdaya manusia gapoktan terjadi dan faktor apa yang mempengaruhinya?
1.3 Tujuan Penelitian